"Aku tidak akan menurunkan kamu, sebelum kamu menciumku." jawab Alexander dengan suara pelan sambil menatap bibir merah Carolline yang begitu menggoda.
"Alex! jangan macam-macam! cepat turunkan aku." ucap Carolline dengan wajah yang semakin merah.
Alexander menggelengkan kepalanya dengan sebuah senyuman.
"Alexander!!" teriak Carolline belum sempat melanjutkan ucapannya bibir lembab dan dingin Alexander sudah melumat bibirnya dengan sangat lembut dan intens.
Carolline yang tidak menduga dengan serangan lembut bibir Alexander hanya bisa terperangah dan itu semakin memudahkan Alexander memainkan lidahnya pada rongga mulut Carolline.
Dan Carolline sendiri tanpa bisa menolak kata hatinya membiarkan Alexander melumat bibirnya bahkan Carolline membalas lebih intens setelah Alexander semakin gencar melumat dan memagut bibirnya.
"Alexander, hentikan." ucap Carolline dengan suara sedikit tercekat di sela-sela nafasnya yang hampir hilang.
Alexander menghentikan gerakannya, kemudian melepas pagutannya dengan pelan.
"Maafkan aku...aku tidak bisa menahan perasaanku saat bersamamu." ucap Alexander sambil mengusap bibir Carolline yang sedikit bengkak.
Carolline mengalihkan perhatiannya ke arah lain. Sungguh dirinya yang lebih malu pada Alexander karena di awal dia menolaknya dan sekarang dia membalas ciuman Alexander malah lebih intens daripada Alexander.
"Kamu tidak memaafkan aku Caroll?" tanya Alexander meraih dagu Carolline agar mau menatapnya.
Dengan terpaksa Carolline menatap wajah Alexander yang sedang menatapnya dengan tatapan yang sayu.
Hati Carolline melemah tidak sanggup menatap kedua mata Alexander yang selalu dengan mudah melemahkan hatinya.
"Carolline...aku menunggu jawabanmu? apa kamu tidak mau memaafkan aku?" tanya Alexander dengan suara lirih.
"Aku memaafkanmu Lex, bukannya sesama teman harus saling memaafkan?" ucap Carolline yang masih belum bisa mengakui perasaannya.
"Terima kasih Carolline sudah mau memaafkan aku. Aku harus pergi sekarang." ucap Alexander merasa sedih dengan ucapan Carolline yang selalu menganggap dirinya hanya teman walau pada kenyataannya Carolline tidak pernah menolak ciumannya.
"Kamu mau pergi ke mana?" tanya Carolline saat Alexander hendak pergi menutup dirinya dengan jubah hitamnya.
Alexander menatap penuh wajah Carolline.
"Aku harus menyembuhkan diriku." ucap Alexander dengan suara pelan kembali hendak menutup tubuhnya tapi Carolline masih bertanya sesuatu padanya.
"Butuh berapa hari untuk kembali sembuh?" tanya Carolline tiba-tiba merasa berat untuk di tinggalkan.
"Aku tidak tahu, aku harus pergi sekarang." ucap Alexander menutup dirinya dan menghilang dengan membawa rasa sakit dan luka di dalam hatinya.
"Alexander!!" panggil Carolline bersamaan dengan tubuh Alexander menghilang dari hadapannya.
"Jangan terlalu lama kamu pergi." gumam Carolline duduk lemas di pinggir ranjang dengan rasa penyesalan yang mendalam.
Sudah terlambat bagi Carolline memanggil nama Alexander atau meminta Alexander untuk tidak terlalu lama perginya.
Carolline menangis sedih meringkuk di atas tempat tidurnya.
Hingga tak terasa Carrolline tertidur karena terlalu lelah banyak menangis.
Waktu pun bergulir dengan cepat hingga sang matahari pagi menyeruak dari singgasananya menerobos masuk di sela-sela jendela kamar Carolline.
Perlahan Carolline membuka matanya saat mendengar suara ponselnya berbunyi.
Dengan malas Carolline meraih ponselnya dan menerima panggilan entah dari siapa.
"Hallo." ucap Carolline dengan suara pelan.
"Carolline! kamu kemana saja? aku mencarimu semalaman dan aku menghubungi tapi kamu tidak menerimanya." ucap Lucas di sana.
'Aku tidak kemana-mana, aku sudah ada di rumah dari semalam." ucap Carolline dengan perasaan malas pada Lucas yang sudah membohonginya.
"Dari semalam? tapi aku telah mencarimu kemana-mana setelah aku bertarung dengan Edgar, kamu tidak terluka kan Caroll? aku mencemaskanmu?" ucap Lucas sungguh-sungguh di sana.
"Lucas, aku tidak tahu setelah kejadian kamu yang membohongiku dan juga setelah kejadian semalam apa kita masih bisa bersama? aku ingin kita berpisah Luc." ucap Carolline dengan hati sedih.
"Tidak Carolline, aku mohon... jangan katakan itu! aku sudah minta maaf padamu, aku juga susah menceritakan semuanya padamu. Aku sungguh-sungguh mencintaimu Carolline, aku tidak ingin kita putus." ucap Lucas dengan suara tangis memohon.
"Aku sudah terlalu sakit kamu bohongi Luc? aku ingin kita berteman saja dan berpisah secara baik-baik." ucap Carolline dengan sedih.
"Tidak Carolline! kita tidak akan pernah putus! selamanya kita akan tetap bersama! itu janjiku padamu! aku hanya milikmu dan kamu miliku Carrolline!" ucap Lucas seraya menutup panggilannya.
Dengan rasa takut Carolline meletakkan ponselnya di atas meja, sungguh kata-kata Lucas telah membuatnya takut.
"Aku harus bagaimana sekarang? aku harus tetap melanjutkan hidupku, aku tidak perduli walau harus bertemu Lucas di kampus." ucap Carolline memulai hidup barunya tanpa adanya Lucas dan Alexander.
Dengan semangat yang masih tersisa Carolline berangkat bekerja ke toko Edward sampai sore hari, setelah itu Carrolline mandi di toko Edward dan langsung berangkat ke kampus.
Dan waktu pun bergerak dengan cepat, sudah hampir lima hari Carolline menjalani kehidupannya tanpa Lucas yang masih pantang menyerah tetap mengejarnya, juga tanpa Alexander yang kadang Carolline sangat merindukannya.
Dengan perasaan lelah dan sedikit tidak enak badan Carolline masuk ke dalam kamarnya.
Entah kenapa hari ini hatinya begitu sangat merindukan Alexander. Sejak pagi pikirannya tidak lepas dari sosok Alexander.
Caroline berbaring lemas di atas tempat tidurnya sambil menatap langit kamarnya.
Ada bayangan Alexander di mana-mana yang tak mampu Carolline tepis.
"Alexander, kenapa aku tidak bisa melupakanmu? kenapa bayangan kamu selalu ada di mata dan di pikiranku? apa aku telah merindukanmu Lex?" tanya Carolline dalam hati dengan tatapan matanya yang masih kosong menatap langit kamarnya.
"Bagaimana kabarmu sekarang Lex? apa kamu baik-baik saja? apa kamu tidak merindukan aku? atau kamu sudah melupakan aku?" tanya Carolline dengan kedua matanya berkaca-kaca.
"Wuuussshh"
Tiba-tiba di hadapan Carolline berdiri seseorang yang tinggi tegap seperti seorang prajurit dari suatu kerajaan di masa lampau.
Dengan cepat Carolline bangun dari tidurnya dan merapatkan dirinya di dinding tempat tidur.
"Tuan Putri Carolline." panggil seseorang itu dengan sangat hormat.
"Siiaa...siappaaa kamu?" tanya Carolline dengan penuh ketakutan.
"Hamba panglima Laurent, panglima Pangeran Alexander. Hamba ke sini ingin membawa Tuan Putri Carolline untuk melihat keadaan Pangeran Alexander yang sedang sakit parah." ucap Laurent dengan perasaan sedih.
"Sakit parah? bukannya Alexander tidak apa-apa saat dia kembali pulang ke dunianya?" tanya Carolline dengan perasaan yang tiba-tiba cemas.
"Keadaan pangeran Alexander sebenarnya masih belum sehat saat menyelamatkan Tuan Putri Carolline, dan saat kembali dari sini Pangeran Alexander jatuh sakit dan sakitnya semakin parah karena Pangeran sama sekali tidak makan dan minum darah untuk menyambung hidupnya." ucap Laurent dengan jujur menceritakan semuanya pada Carolline kalau Alexander selalu memanggil namanya terus-menerus.
Hati Carolline tiba-tiba merasa sedih dan ingin menangis mendengar keadaan Alexander dan semua yang terjadi pada Alexander selalu karena dirinya.
"Alexander, apa yang terjadi padamu?" ucap Carolline dalam hati menangis sedih.