"Kenapa kamu harus marah? aku hanya penasaran bagaimana rasanya mencium manusia yang berjenis wanita. Kamu manusia kan?" tanya laki-laki itu dengan sebuah senyuman yang ramah.
"Memang aku manusia, tapi bukan berarti kamu bisa seenaknya menjadikan aku uji percobaan kamu." ucap Carolline berdiri dari tempatnya dan meninju keras perut laki-laki yang sudah tidak sopan padanya.
"Aauugghh! hai kamu mau ke mana?" tanya Laki-laki itu mengejar Carolline yang berjalan cepat meninggalkannya.
Saat Carrolline sampai pada di pohon besar, tiba-tiba Carolline menghentikan langkahnya dan bergerak mundur. Ada seekor ular cobra yang sudah menegakkan kepalanya dengan tatapan matanya yang mengarah pada dirinya.
Ular itu menjulurkan lidahnya dengan posisi siap untuk menyerang Carolline.
Air mata Carolline mengalir deras.
"Ya Tuhan, apa yang terjadi padaku...aku ingin kembali pulang." ratap Carolline dengan suara tangisnya yang semakin mengundang ular itu mendekat.
Carolline semakin takut saat ular itu semakin dekat dan siap untuk menyerangnya. Dengan kaki gemetar Carolline bergerak mundur dan ular itu bergerak cepat melesat ke arah Carolline.
Dan....
"Aaaahhhhh!" Carolline berteriak histeris seiring dengan jeritan seseorang yang sedang memeluknya dengan erat.
Ular yang sudah menggigit mangsanya tiba-tiba mendadak pergi dengan begitu cepatnya, seolah-olah takut dengan kehadiran orang itu.
"Aaakkkhhh!" teriak seseorang itu kesakitan karena tergigit lengannya.
Caeolline terkejut karena orang yang menolongnya tak lain adalah orang yang sudah menciumnya dengan tidak sopan.
"Lepaskan!!" teriak Carolline setelah sadar orang itu masih memeluknya.
"Akkkhhh, tolong aku...aku tergigit ular itu karena sudah menolongmu." ucap orang itu dengan tubuh lemas jatuh dalam pelukan Caeolline.
"Hai.. bangun!! aku tahu kamu hanya pura-pura." ucap Carolline sambil menatap wajah orang itu yang pucat, di lihatnya lengan orang itu ada bekas gigitan ular.
"Ya Tuhan, dia benar-benar telah di gigit oleh ular itu!" ucap Carolline dengan panik yang tidak tahu harus berbuat apa.
Bergegas Carolline menyandarkan orang itu di pohon besar.
"Siapa namamu?" tanya orang itu dengan wajah pucat dan lengannya yang sudah membiru.
"Kamu sendiri siapa? kamu makhluk jadi-jadian atau tidak?" tanya Carrolline dengan tatapan menyelidik.
"Namaku William, ibuku manusia dan ayahku seorang werewolf." ucap William dengan jujur.
"Siapa namamu cantik?" tanya William dengan serius.
"Namaku Carrolline, kalau ibu kamu manusia tolong antarkan aku pulang." ucap Carolline dengan sedih karena harus mengingat kembali bagaimana Alexander dengan mudahnya menerima pelukan dan sentuhan dari Cleopatra.
"Aku akan mengantarmu pulang, tapi kamu harus mengobati lukaku ini lebih dulu. Aku akan mengajakmu ke kerajaanku." ucap William dengan tatapan serius.
"Apa kamu bisa di percaya?" tanya Carrolline dengan rasa putus asa. Karena semua yang di kenalnya telah membohonginya, baik Lucas dan Alexander.
"Kamu bisa mempercayaiku, ini...aku berikan senjataku padamu, kamu bisa membunuhku dengan senjata ini...senjata ini adalah kelemahanku." ucap William serius dengan janjinya.
"Tidak! aku bukan seorang pembunuh, baiklah aku percaya padamu." ucap Carolline yang juga tidak ingin berlama-lama dalam hutan.
"Bantu aku untuk berdiri dan berjalan." ucap William merasa senang dengan sikap Carrolline yang sudah baik padanya.
Tanpa bicara, Carrolline membantu William dengan memapahnya.
Belum sempat Carolline dan William melangkah, Carolline di kejutkan oleh suara Alexander yang memanggil namanya.
"Carrolline berhenti, menjauhlah dari dia." ucap Alexander yang berdiri agak jauh di hadapannya.
"Apa maksudmu? William telah dua kali menolongku." ucap Carolline dengan hati yang kembali terluka.
"Carrolline dia orang klan werewolf, keselamatanmu terancam Carolline." ucap Alexander dengan tatapan cemas.
"Aku sudah tahu dia seorang werewolf dan aku percaya padanya." ucap Carolline dengan nada dingin.
"Carrolline... kembalilah pulang bersamaku, kita sudah terikat satu sama lain, kamu akan tersiksa jika jauh dariku." ucap Alexander dengan serius.
"Aku tidak percaya padamu, kamu pergilah dan kembali ke Cleopatra, aku akan melupakan semuanya." ucap Carolline dan melanjutkan langkahnya seraya memapah William.
"Carrolline aku sudah mengingatkan padamu! Jangan pergi, kita akan sama-sama tersiksa Carrolline." ucap Alexander putus asa tidak bisa membujuk Carrolline pulang.
"Aku sudah siap untuk tersiksa, bukannya kamu sudah menyakiti hatiku." ucap Carolline dengan kedua matanya berkaca-kaca.
"Carrolline, aku sudah bilang padamu Cleopatra adalah seorang penyihir yang bisa menyihir pikiranku, aku tidak mungkin menyakitimu... pulanglah bersamaku Carrolline" ucap Alexander dengan tatapan memohon.
"Tidak! aku akan pulang ke rumah William setelah itu William akan mengantarku pulang." ucap Carolline berjalan tanpa menghiraukan Alexander.
William yang diam saja dari tadi, tersenyum bahagia karena Carrolline tidak mendengarkan ucapan Alexander.
"Carrolline!!! aku mohon berhentilah!" ucap Alexander dengan suara parau.
"Carrolline dia masih memanggilmu." ucap William memastikan Carolline benar-benar bisa melupakan Alexander.
"Kita jalan terus saja, aku tahu Alexander sebenarnya tidak mencintaiku, tapi dia merasa jiwa Cleopatra ada pada diriku makanya dia memilihku." ucap Carolline dengan hati sangat sedih.
Alexander menatap kepergian Carolline dengan hati terluka, dan semua terjadi karena kesalahannya yang tidak bisa menolak sihir Cleopatra yang sudah di dominasi oleh wanita sihir entah siapa.
Dengan hati yang sama-sama terluka Carolline meninggalkan Alexander dengan luka hatinya.
"Carrolline, kamu masih bisa kembali ke tempat Alexander kalau kamu menginginkannya." ucap William merasa iba dengan Carrolline.
Tiba di kerajaan Willian semua mata memberi hormat pada William dan Carolline.
"Apa kamu di sini menjadi orang penting Will?" tanya Carrolline dengan tatapan heran.
"Aku? kamu tidak perlu memikirkan aku orang penting atau tidak." ucap William tidak berterus terang kalau dia seorang pangeran.
"Di mana kamu tinggal Will?" tanya Carolline dengan hati yang masih sedih.
"Aku tinggal di dalam istana, kamu bisa istirahat di sana setelah mengobati lukaku tentunya." ucap William tersenyum ramah.
Memasuki istana kerajaan, Carrolline beberapa kali di kejutkan oleh beberapa wanita yang di jumpainya selalu mencium William dengan antusias.
"Will, memang kamu tidak risih dengan semua wanita yang selalu menciummu?" tanya Carolline dengan tatapan tak percaya.
"Semua wanita di sini sangat memujaku Carrolline, cara memuja di sini dengan mencium. Jadi saat aku menciummu tadi karena aku sangat memujamu." ucap William dengan tersenyum.
"Ohh.. begitu." sahut Carolline setelah paham dengan penjelasan William.
"Nah, sekarang kamu bisa istirahat di kamarmu, aku akan kembali ke kamarku." ucap William menatap penuh wajah Carrolline.
"Tapi...aku belum mengobati lukamu Will." ucap Carolline dengan serius sambil melihat luka William yang masih bengkak dan membiru.
"Tidak perlu, kamu istirahat saja...dan jika kamu perlu sesuatu kamu panggil saja aku, aku pasti akan datang." ucap William beranjak dari tempatnya dan berjalan menjauh sambil mengusap lukanya yang berangsur-angsur hilang saat William mengusapnya beberapa kali.