"Alexander!! Alexander!!" teriak Carolline memanggil Alexander setelah berada di kamarnya.
Beberapa kali Carolline memanggil, Alexander tak juga menampakkan diri. Dengan perasaan putus asa Carolline duduk di pinggir ranjangnya, pikirannya tertuju pada Alexander.
"Kamu di mana Lex?" gumam Carolline dengan suara lirih.
"Hemmm.. sepertinya ada yang mencariku." ucap Alexander yang tiba-tiba sudah ada dan berbaring di samping Carolline.
"Alexander!! kamu membuat orang kaget saja?" teriak Carolline sambil memegang dadanya.
Alexander tersenyum lepas, sambil mengacak rambut Carolline.
"Maaf Caroll, aku terlalu gembira karena kamu mencariku." ucap Alexander menatap penuh wajah Carolline.
"Aku mencarimu karena ada hal yang penting Lex." sahut Carolline dengan bibir cemberut.
"Ada apa kamu mencariku Caroll?" tanya Alexander dengan serius.
"Aku mau bertanya tentang buku yang kapan hari aku lempar di kamu, kamu yang membawanya bukan?" tanya Carolline dengan tatapan serius.
"Heem, kenapa memang?" tanya Alexander balik bertanya.
"Apa kamu yang mengambil buku itu dari laci meja Nyonya Darren?" tanya Carolline menatap Alexander tanpa berkedip.
"Buku itu hidupku Carolline, jadi aku harus mengambilnya, hanya buku itu dan kamu yang membuatku bisa berada di sini." jawab Alexander dengan sedih.
"Setiap kamu bicara soal buku dan diriku, kenapa kamu terlihat sangat sedih Lex? dan selalu kamu bilang tidak akan bisa hidup tanpa buku itu dan diriku? apa maksudmu Lex?" tanya Carolline semakin penasaran dengan sosok Alexander.
"Suatu saat kamu pasti akan mengerti Carolline, bagaimana aku bisa ada di sini untukmu dan bagaimana aku tidak bisa hidup tanpa kamu, dan kamu juga tidak akan bisa hidup tanpa aku." jawab Alexander bangun dari tidurnya kemudian turun dari ranjang dan duduk di sebuah kursi menghadap ke Carolline.
"Ceritakan sekarang saja Lex? aku penasaran dengan dirimu." ucap Carolline menyibakkan anak rambutnya.
"Tenang saja Carolline, kamu akan melihat dan mengalaminya secara perlahan-lahan." jawab Alexander menatap penuh wajah Carolline yang cantik.
"Drrrrrrt... Drrrrrrt... Drrrrrrt"
"Sebentar ada yang telepon." ucap Carolline mengambil ponselnya yang ada di atas meja.
"Dari siapa?" tanya Alexander mengikuti di belakang Carolline.
"Oh, dari pacarku Lucas." Jawab Carolline setelah melihat nama Lucas dilayar ponsel.
"Kamu sudah punya pacar? tidak bisa!! kamu hanya milikku Carolline!" ucap Alexander dengan wajah yang tiba-tiba berubah, ada taring yang keluar di ujung mulutnya dengan bulu-bulu panjang yang keluar dari pori-pori kulitnya.
Sontak Carolline mematikan ponselnya dan mundur beberapa langkah merasa jijik dan ketakutan.
"Apa maksudmu dengan bilang aku hanya milikmu? aku sudah lama berhubungan dengan Lucas sebelum bertemu denganmu, dan lagi aku tidak mencintai kamu Lex, aku hanya mencintai Lucas!" sahut Carolline merasa takut dan sedikit jijik melihat wajah Alexander yang berubah seperti monster dengan mata yang berwarna biru.
"Kamu hanya milikku Carolline, bukan milik Lucas atau milik siapapun." ucap Alexander terbang ke dinding langit kemudian turun berdiri tepat di belakang Carolline.
Carolline berdiri tegang di tempatnya.
Dengan sedikit keberanian dan rasa takutnya yang tak bisa lepas dari pikirannya, Carolline mengulurkan ujung jari tengahnya yang memakai cincin biru safirnya dengan merapal doa-doa yang sudah di ingatnya.
"Aaaakkkhhhhhh." jerit melengking suara Alexander dengan tubuhnya yang jatuh ke lantai.
Tubuh Alexander tergeletak seketika dengan posisi meringkuk, kedua matanya menatap sedih ke dalam mata Carolline, tidak ada yang di ucapkan Alexander selain memanggil nama Carolline berulang-ulang.
Kulit tubuh Alexander mulai mengeluarkan asap putih dengan darah hijau yang keluar dari pori-pori kulitnya.
"Tolong aku Carolline aku bisa mati, kenapa kamu ingin sekali melenyapkan aku...aakkhh." rintih Alexander tiap kali kesakitan sambil menatap penuh kesedihan ke dalam mata Carolline.
Carolline mundur kebelakang, selalu ada keraguan setiap kali dia ingin melenyapkan Alexander.
Di satu sisi hatinya Carolline, ada kekuatan jahat yang ingin melenyapkan Alexander, tapi di sisi hatinya yang lain ada sesuatu pada perasaan hatinya yang ingin selalu menjaga dan menyayangi Alexander.
"Akkkhh..Carolline, kamu mencintaiku.. jangan lagi kamu membunuhku, ada sesuatu yang jahat berusaha menguasaimu, dengarkan aku Carolline aku sangat mencintaimu dan kamu mencintaiku." ucap Alexander dengan tubuh yang sudah mulai melepuh.
Kedua mata Carolline merebak, bingung dengan pilihan hatinya, dia sudah mempunyai Lucas, dan dia sangat mencintai Lucas dan ingin hidup secara normal seperti dulu tanpa ada bayang-bayang seorang makhluk jadi-jadian yang bernama Alexander.
"Kamu bukan manusia Alexander, kamu sudah menggangu ketenanganku, sejak kamu datang hidupku tidak berjalan dengan normal, aku seperti orang gila yang terkadang bangun dari sebuah mimpi, aku ingin kamu pergi dari hidupku aku ingin menjalani hidupku secara normal." ratap Carolline masih dengan cincin yang di arahkan ke Alexander.
Alexander menatap penuh kesedihan ada airmata kesedihan yang mengalir di kedua sudut matanya.
"Aku mencintaimu Carolline, aku sudah berusaha untuk hidup di dunia nyata bersamamu..aku sudah berusaha untuk menjadi bagian dari hidupmu..aku mohon beri aku kesempatan untuk mendapatkanmu kembali Carolline." rintih Alexander menahan rasa sakit yang sudah hampir membunuhnya.
Carolline menatap nanar pada kedua mata Alexander.
Hati dan pikirannya benar-benar merasakan kebingungan, dengan memejamkan matanya Carolline berusaha untuk menenangkan hatinya dan berusaha menyelami kata hatinya.
Perlahan kedua mata Carolline terbuka dan menatap sedih pada Alexander yang terlihat sekarat.
"Alexander." panggil Carolline dengan suara lirih seraya menarik tangannya kembali.
Dengan cepat Carolline mendekati Alexander mengangkat tubuh Alexander dan membaringkannya di atas pangkuannya.
Tidak ada rasa jijik atau takut dengan keadaan Alexander yang wajahnya sudah seperti monster dengan seluruh kulit tubuh yang melepuh.
"Alexander." panggil Carolline dengan suara lirih menatap kelembutan pada kedua mata Alexander yang menatapnya dalam kesakitan.
"Carolline." ucap Alexander dengan suara pelan, tubuh Alexander sudah lemas sama sekali tidak bergerak.
"Alexander, maafkan aku..maafkan aku yang ingin sekali melenyapkanmu, aku tidak tahu apa yang terjadi padaku." ucap Carolline mengusap wajah Alexander yang sudah seperti mayat hidup.
"Aku sudah tidak bisa bertahan lagi Carolline, aku akan segera lenyap, tidak bisa lagi melihatmu dan memilikimu." ucap Alexander lirih berusaha mengangkat tangannya untuk membelai wajah Carolline.
"Maafkan aku Lex, apa yang harus aku lakukan sekarang untuk membuatmu kembali? apa aku harus memberikan darahku untukmu lagi? ambillah sekarang Lex." ucap Carolline yang tanpa sadar airmatanya sudah mengalir di kedua pipinya.
"Tidak lagi Carolline, aku tidak ingin darahmu habis olehku, aku ingin kamu menjalani hidupmu dengan normal dan tidak menjadi bagian dari klanku, aku akan pergi." ucap Alexander dengan kedua matanya yang sudah setengah terpejam.
"Tidak Lex, kamu jangan pergi." ucap Carolline mengangkat kepala Alexander dan di dekatkannya pada ceruk lehernya.
"Carolline apa yang kamu lakukan? aku tidak ingin melakukannya lagi." ucap Alexander dengan suara lirih di ceruk leher Carolline.