Di kampus Carolline berjalan agak cepat untuk mencari keberadaan Lucas yang menunggu kedatangannya di kantin.
"Caroll, aku di sini!" panggil Lucas duduk di pojok dengan suara sedikit berteriak.
Sedikit berlari Carolline menghampiri Lucas, namun karena tidak hati-hatiannya Carolline hampir saja tergelincir dan jatuh ke lantai jika saja Lucas tidak menangkapnya.
Carolline terkesiap dengan jantung yang hampir lepas saat hampir terjatuh dan tiba-tiba tubuhnya sudah berada dalam gendongan Lucas.
"Lucas!!" seru Carolline dengan wajah terkejut karena Lucas sudah menggendongnya.
"Hati-hati kalau jalan Caroll." ucap Lucas dengan suara pelan sambil mengedarkan pandangannya ke arah sekelilingnya yang tidak terlalu memperhatikan kejadian yang barusan yang terjadi.
"Kamu kok bisa cepat di sini?" tanya Carolline sedikit heran dengan pertolongan Lucas yang begitu cepat menolongnya padahal jarak antara Lucas duduk dan dirinya tidak dekat.
"Lariku sangat cepat Caroll." jawab Lucas sambil menempelkan hidungnya dan mengendusnya pelan di leher Carolline yang berbau harum.
"Luc, apa yang kamu lakukan?" tanya Carolline yang merasa malu jika ada yang melihatnya.
"Aku merindukanmu Carolline." bisik Lucas masih di sela-sela ceruk leher Karin dengan mata yang sayu.
"Sudah Luc, malu di lihat orang, turunkan aku." ucap Carolline seraya menjauhkan kepalanya dari hidung Lucas.
Dengan menahan keinginannya, Lucas menggenggam tangan Carolline dan membawanya kembali ke tempatnya.
"Sejak kapan kamu mulai berani menciumku Luc?" tanya Carolline dengan tatapan tajam yang sangat heran dengan perubahan pada Lucas yang berbeda sebelum ke pergi berlibur dengan keluarganya.
"Aku hanya merindukanmu Caroll, apa kamu tidak senang kalau aku merindukanmu?" tanya Lucas menatap jernih Carolline.
"Ya aku senang, tapi tidak dengan menciumku di depan umum, kalau ada yang melihatnya aku malu Luc." jawab Carolline dengan wajah memerah, entahlah ada apa dengan hatinya di saat kekasihnya yang ingin menciumnya, hatinya tidak bisa menerimanya, tapi di saat Alexander menciumnya kenapa tidak ada kemarahan sedikitpun di hatinya selain rasa kasihan dan sayang.
"Kamu melamun Caroll?" tanya Alexander menatap dalam-dalam wajah Caroll yang putih bersih dan sedikit pucat dengan sebuah bibir merah tanpa polesan, serta rambutnya yang hitam legam panjang terurai.
"Aku tidak melamun, hanya saja aku sedikit aneh saja dengan sikapmu hari ini, tidak seperti biasanya, kenapa kamu tidak banyak bicara seperti biasanya?" tanya Carolline dengan hati yang menyimpan beberapa pertanyaan yang di anggapnya sangat aneh, sepertinya Lucas bisa menghilang, dan saat dalam pelukan Lucas kulit tubuh Lucas hangat seperti kulit tubuh Alexander.
"Aku sakit beberapa hari saat berlibur Caroll, dan aku mengalami pingsan sampai lima hari lamanya, dan itupun aku tahunya dari orang tuaku, dan setelah itu aku terbangun aku hanya memikirkan kamu, merindukanmu ingin cepat bertemu denganmu." ucap Lucas dengan suara yang begitu tenang.
"Kamu sakit sampai beberapa hari dan kamu tidak di bawa ke rumah sakit? yang benar saja? orang tuamu kan kaya Lucas?" tanya Carolline yang tidak percaya dengan apa yang di ceritakan Lucas.
"Aku tidak tahu, mungkin saja orang tuaku memanggil dokter pribadi Caroll, buktinya aku bisa sembuh bukan?" tanya Lucas dengan tatapan bola mata yang sekilas ada kilatan merah kemudian kembali ke hitam.
"Ya sudah, sebentar lagi kita akan masuk kelas sekarang kamu mau pesan apa buat kita sarapan?" tanya Lucas mengalihkan pembicaraan.
"Aku air teh hangat saja, aku tidak bisa tidur semalam." ucap Carolline yang masih saja hatinya menyimpan sesuatu kejanggalan.
"Baiklah aku akan kesana untuk pesan makanan." ucap Lucas seraya pergi untuk pesan makanan.
Tidak beberapa lama Lucas membawa sepiring daging asap bakar dan segelas teh hangat.
"Apa yang kamu pesan Luc?" tanya Carolline sambil melihat yang di bawa Lucas.
"Ini teh hangatmu, dan karena aku sudah lapar aku pesan daging asap bakar." jawab Lucas seraya meletakkan makanan dan minumannya di atas meja.
"Sebentar Luc? kamu pesan daging asap bakar? yang benar saja? bukannya kamu sama sekali tidak suka dengan daging? dan ini coba lihat belum matang lagi?" tanya Carolline saat melihat daging asap Lucas masih terlihat sedikit mentah.
"Kata dokter, aku harus mengkonsumsi makanan yang mengandung protein dan zat besi biar kondisi tubuhku membaik Caroll, ada apa? kenapa kamu sepertinya tidak percaya padaku? kamu bisa telepon orangtuaku kalau tidak percaya padaku." ucap Lucas seraya memberikan ponselnya pada Carolline.
"Tidak perlu Luc, aku percaya padamu." ucap Carolline sambil menatap dalam pada kedua bola mata Lucas.
"Oke, minum tehnya dulu keburu dingin." ucap Lucas sambil makan dagingnya dengan sangat lahap. Dan Carrolline melihatnya dengan perut yang sedikit mual.
Setelah selesai sarapan Carolline dan Lucas meninggalkan kantin dan berjalan menuju ke kelas.
Di depan kelasnya Carolline bertemu dengan Nyonya Darren.
"Carolline, kebetulan kita bertemu." ucap Nyonya Darren dengan wajahnya yang terlihat sedikit ketakutan dan panik.
"Ya Nyonya Darren? ada apa?" tanya Carolline yang merasa cemas dengan ketakutannya Nyonya Darren.
"Apa kamu ke perpustakaan beberapa hari terakhir ini?" tanya Nyonya Darren dengan suara sedikit gemetar.
"Tidak Nyonya Darren, kenapa?" tanya Carolline semakin penasaran dan heran.
"Buku sejarah Pangeran Alexander tidak ada di laciku, dan aku sudah mencarinya di mana-mana tapi tidak ketemu." ucap Nyonya Darren sebagai gusar.
Carolline menatap wajah Nyonya Darren dengan hatinya yang di liputi rasa ketakutan, ternyata buku yang di lihat di kamarnya bukanlah mimpi, dengan bukti buku di laci Nyonya Darren juga hilang.
"Kenapa bisa hilang Nyonya Darren bukannya Nyonya Darren sudah menguncinya?" tanya Carolline yang tidak bisa berterus terang saat ini, karena dirinya juga sudah tidak tahu di mana buku itu, mungkin sudah di bawa Alexander.
Alexander, kenapa pikiran dan hatinya tak lepas memikirkan Alexander.
"Apa kamu tidak meminjamnya lagi Caroll?" tanya Nyonya Darren menatap dalam wajah Carolline yang pucat.
"Tidak Nyonya Darren, aku sudah beberapa hari ini tidak masuk kelas." ucap Carolline tidak berani menceritakan yang sebenarnya.
"Hm, aneh sekali..ya sudah kalau begitu." ucap Nyonya Darren dan meninggalkan Carolline setelah tergesa-gesa.
"Apa yang kamu bahas dengan Nyonya Darren Caroll? kenapa Nyonya Darren menyebut nama pangeran Alexander?" tanya Lucas dengan tatapan tajam.
"Oh...buku sejarah Nyonya Darren hilang, dan aku juga tidak tahu bagaimana bisa hilang, sudahlah ayo masuk ke kelas." ucap Carolline yang tidak ingin memperpanjang masalah beranjak meninggalkan Lucas dan masuk ke dalam kelas.
Lucas menatap punggung Carolline dengan bola matanya yang berkilat merah serta tarikan nafas yang sangat panjang.
***
"Nanti malam aku ke sini ya?" tanya Lucas di dalam mobil setelah sampai di rumah Carolline.
"Sepertinya jangan malam ini Luc, aku mau ke rumah Bibi Rachel, bagaimana kalau besok saja?" tanya Carolline dengan pikiran yang lelah.
"Baiklah, sampai besok malam." ucap Lucas dengan tersenyum kemudian menjalankan mobilnya meninggalkan Carolline yang masih berdiri di tempatnya.
"Alexander!! aku harus bertanya pada Alexander tentang buku itu, pasti Alexander yang mengambilnya dari laci Nyonya Darren." gumam Carolline berjalan cepat masuk kedalam rumah.
"Alexander!! Alexander!!" teriak Carolline memanggil Alexander setelah berada di kamarnya.