"Aku tidak tahu, dan tak percaya dengan semua cerita ini, aku harap aku terbangun dan semua ini hanyalah mimpi." ucap Carolline sambil memejamkan matanya dengan kejadian yang sudah-sudah kalau semua yang di alaminya hanyalah mimpi.
Cukup lama Carolline memejamkan matanya tanpa menyadari Alexander mengangkatnya dan membaringkannya di atas ranjang.
Carolline tertidur dengan lelap karena terlalu lelah dan lemas setelah memberikan darahnya pada Alexander.
Sampai pagi hari datang, perlahan Carolline membuka matanya berharap apa yang terjadi semalam hanyalah sebuah mimpi.
"Carolline, selamat pagi." sapa Alexander dengan tersenyum.
"Aaaaahhhhhhh." jerit Carolline melihat Alexander berada di sampingnya dengan memakai kacamata hitam.
"Ada apa Carolline? kenapa kamu berteriak?" tanya Alexander menatap heran.
"Kamu!! masih ada di sini?" tanya Carolline sambil mencubit pipinya sendiri ternyata sakit, berarti semalam bukanlah mimpi.
"Aku menjagamu tidur, kamu terlihat lelah semalam." ucap Alexander yang sangat berterimakasih karena Carolline telah memberikan darah murninya.
"Itu semua karenamu!! tahu tidak?" ucap Carolline dengan bersungut-sungut turun dari ranjangnya dan diikuti oleh Alexander.
"Kenapa kamu mengikutiku?" tanya Carolline merasa risih.
"Aku aku akan ikut denganmu kemanapun kamu pergi." ucap Alexander berhadapan dengan Carolline.
"Kamu tahu! aku akan kemana sekarang!" tanya Carolline dengan mata melotot.
Alexander menggelengkan kepalanya dengan wajah polosnya.
"Aku hanya ikut denganmu." ucap Alexander dengan tersenyum tipis.
"Apa kalau aku mau mandi, kamu akan ikut?" tanya Carolline dengan gemas.
"Aku akan ikut denganmu, kemanapun kamu pergi." ucap Alexander lagi dengan pasti.
"Tidak boleh!!! dasar otak mesum!!" ucap Carolline dengan tangan berkacak pinggang.
"Otak mesum itu apa Carolline?" tanya Alexander mendekati Carolline.
"Sudah nanti aku jelaskan, kamu duduk di sini, dan jangan kemana-mana!! aku mau mandi dulu." ucap Carolline setelah menarik tangan Alexander untuk duduk di ranjang.
"Kenapa aku tidak boleh ikut denganmu? bukannya kamu milikku?" tanya Alexander dan tidak bisa melanjutkan kata-katanya karena Carolline sudah menutup mulutnya dengan tangannya.
"Ssssttt... diam!! dan jangan bersuara!! oke?" ucap Carolline dengan gemas, kemudian masuk ke dalam kamar mandi, dan mandi cepat-cepat.
Dan belum lagi selesai berganti pakaian di dalam kamar mandi, Alexander sudah berada di kamar mandi dengan menembus pintu.
"Kkyyyaaaaa!!! Alexander!!" teriak Carolline segera memakai handuknya kemudian menjewer telinga Alexander dan membawanya kembali duduk di ranjang.
"Siapa yang menyuruhmu masuk Alexander?" tanya Carolline dengan mata indahnya yang melotot tajam.
"Kamu terlalu lama di dalam sana, aku takut terjadi sesuatu padamu Carolline." jawab Alexander dengan polosnya.
"Sudah diam, sekarang tutup matamu!! dan jangan sekali-kali melihatku!! jangan buka matamu sebelum aku menyuruhmu, oke!!kamu mengerti Alexander?" tanya Carolline dengan serius.
Alexander menganggukkan kepalanya.
"Bagus, awas kalau kamu melihatnya!" ucap Carolline kemudian melepas handuknya untuk berganti pakaian.
Setelah selesai berpakaian Carolline menyisir rambutnya kemudian memakai sedikit lipgloss yang sedikit berwarna merah, karena di lihatnya wajah dan bibirnya tampak pucat.
Dengan sedikit parfum di tubuhnya, selesai sudah Carolline berdandan dan bersiap-siap untuk bekerja.
Tanpa mengingat Alexander yang masih duduk diam di pinggir ranjangnya, Carolline keluar dan mengunci pintu rumahnya.
Carolline mengambil nafas panjang terpaksa untuk sampai ke toko Edward harus berjalan kaki karena sepedanya telah di tinggalkannya di jalan.
Tapi sungguh tak di sangka, Carolline melihat sepedanya sudah bertengger di luar tepat di bawah jendelanya.
Dengan perasaan hati yang gembira Carolline mangayuh sepedanya dengan cepat agar tepat waktu untuk sampai di tempat Edward.
"Pagi Edward." sapa Carolline dengan sebuah senyuman yang sangat manis.
"Tumben pagi-pagi kamu sudah sampai di sini? dan ada sebuah senyuman lagi." ucap Edward membalas senyuman Carolline.
"Ya, hanya bersyukur saja... setidaknya hari ini aku tidak mengalami mimpi lagi, dan tentang Alexander yang kamu bicarakan.... Alexander!! Ya Tuhan!! aku lupa Alexander masih di dalam kamar!!" pekik Carolline langsung keluar dari toko berniat pulang kembali ke rumah.
"Tunggu-tunggu Alexander kan hantu, dia bisa bebas kemana saja dia mampu menghilang, datang dan pergi seenak hatinya, jadi kenapa aku harus cemas?" monolog Carolline sambil masuk ke dalam tokonya kembali.
Dengan sibuknya bekerja, tak terasa waktu pun berlalu hingga sore hari.
"Edward aku ada kelas malam ini, aku tidak lembur ya." ucap Carolline berniat pulang cepat untuk melihat keberadaan Alexander yang tidak muncul di hadapannya.
"Oke Carolline, hati-hati di jalan ya." ucap Edward yang masih sibuk dengan kue barunya.
Dengan memakai jaketnya, Carolline kembali mengayuh sepedanya pulang menuju ke rumahnya.
Sampai di rumah, bergegas Carolline membuka pintu rumahnya dan naik tangga menuju ke kamarnya.
"CEKLEK"
Tampak Alexander masih duduk bergeming di ranjangnya dengan matanya yang masih terpejam.
"Alexander!!" Carolline terkejut dengan apa yang di lihatnya, dengan cepat Carolline menghampiri dan duduk di samping Alexander.
"Alexander!! buka matamu." panggil Carolline dengan sedikit keras.
Perlahan Alexander membuka matanya kemudian tersenyum manis menatap kedua mata Carolline dengan matanya yang meredup.
"Kamu telah kembali." ucap Alexander dengan suara yang lemah kemudian tubuhnya luruh ke dalam pelukan Carolline.
"Alexander!! Alexander!!" teriak Carolline sambil menepuk-nepuk pipi Alexander.
"Aku bisa mati lemas di dunia jika jauh darimu Carolline, kamu nafasku." ucap Alexander dengan suara lirih.
"Kamu kan bisa kembali ke dunia kamu Alex, tanpa harus menungguku di sini!!" ucap Carolline tidak mengerti jalan pemikiran Alexander.
"Aku memegang kata-kata kamu Carolline, kamu bilang aku tidak boleh kemana-mana dan tidak membuka mataku sebelum kamu yang bilang untuk membuka mataku." jawab Alexander semakin lemah.
"Baiklah aku minta maaf, aku bersalah padamu, sekarang minumlah darahku agar kamu bisa segar kembali." ucap Carolline menatap wajah Alexander yang seperti mayat hidup.
"Tidak Carolline, aku akan pergi saja untuk memulihkan tenagaku, aku tidak ingin kamu lemas sepertiku karena banyak darahmu yang aku minum." ucap Alexander menatap sendu wajah Carolline.
"Baiklah, semoga cepat pulih tenagamu." ucap Carolline dengan perasaan bersalah.
Tubuh Alexander saat itu juga menghilang dengan meninggalkan aroma citrus khas aroma dari tubuh Alexander.
Carolline mengambil nafas panjang, Antara kasihan dan entah perasaan apa, Pikirannya tidak bisa lepas dari wajah polos Alexander.
"Alexander, apa yang terjadi pada dirimu di masa lalu? bagaimana kamu bisa mencintai Cleopatra, kalau kamu tahu Cleopatra telah mengkhianatimu dengan saudara tirinya Edgar? lalu apa yang kamu cari hingga kamu terdampar di dunia nyata ini?" gumam Carolline sambil mengusap cincin pemberian Momy nya yang tidak ada kekuatan apa-apa sebelum dia membaca rapalan doanya.
"Drrrrttt... Drrrrttt... Drrrrttt"
Carolline mengambil ponselnya dari dalam kantongnya dan melihat nama Lucas di sana.
"Hallo ya Luk." ucap Carolline dengan hati yang penuh rindu.
"Hallo beb, kamu kuliah kan? aku tunggu di tempat biasanya ya." ucap Lucas yang baru datang dari berlibur bersama keluarganya.
"Oke Luk, sampai nanti bye." ucap Carolline kemudian menutup ponselnya.