"Ini adalah pemandangan yang tidak biasa"
Ucap Rose saat dia melihat tiga bangunan utama yang menjadi tempat tinggal Boss Monster di dalam Hidden Area - East Chieftain Tomb.
"Pemandangan unik nan menyeramkan"
Balasku pada ucapan Rose.
Itu benar, sekarang kami berada di dalam Hidden Area. Di depan kami terdapat tiga bangunan yang mirip dengan rumah tradisional samurai Jepang. Mereka di hubungkan oleh satu halaman depan yang luas. Bangunan di sisi kiri dan kanan halaman memiliki dua lantai, sedangkan bangunan utama di belakang halaman memiliki tiga lantai. Cahaya obor dan letak mereka yang ada di dalam gua, membuat tempat ini cukup menakutkan.
Kami sudah membahas rencana yang aku miliki dan meningkatkannya menjadi lebih baik dua hari yang lalu. Kami juga sudah mempersiapkan berbagai macam peralatan kemarin. Karena semua itu, kami sudah siap. Karena semua itu, kami berada di sini sekarang. Siap untuk mengalahkan Undead Shogun dan memusnahkan para Zombie.
"Jadi, dimana puluhan Zombie menyeramkan yang kau ceritakan itu?"
"Mereka berada di dalam ketiga bangunan yang ada di sana, dan mereka akan keluar dari tiga pintu kayu yang terhubung ke halaman saat Undead Shogun yang ada di halaman berada dalam kondisi kritis"
Jelasku pada Rose dan yang lainnya sambil menunjuk satu persatu pintu kayu milik ketiga bangunan dan Undead Shogun yang berdiri di halaman.
Maju satu langkah untuk melihat lebih jelas, Clemantis mengucapkan pendapatnya.
"Setidaknya kita bertarung di terbuka. Aku bisa membayangkan kita akan berada dalam bahaya jika melawan para Zombie itu di tempat yang sempit"
"Sekarang, ayo kita turun. Para Zombie itu tidak akan musnah jika kita terus berdiri di sini"
Meninggalkan kalimat itu di belakang, Rose mulai melangkah menuruni tangga.
"Sebelum kita memasuki halaman, biar saya jelaskan sekali lagi rencana pemusnahan Undead yang kita bahas kemarin"
Ucapku saat kami melangkah mengikuti Rose.
"Kita akan membagi Party menjadi dua. Tim pertama, Rose, Ruciel, Marigold, dan saya akan melawan Undead Shogun dengan tujuan akhir membunuhnya. Tim kedua yang terdiri dari Acardia dan Pluion bertugas menangani pembuatan Santuary Area. Tim terakhir, Clemantis, Sakura, dan Hacquietia memiliki peran untuk melindungi Acardia dan Pluion dari bahaya. Apa kalian mengingatnya?"
Dengan pertanyaan itu aku menoleh melihat para wanita dan seorang pemuda untuk melihat reaksi mereka. Dan sesuai harapanku, mereka mengangguk atau memberi jawaban mereka mengingatnya. Reaksi mereka yang positif membuat aku merasa lega.
Dan.. benar, kalian tidak salah dengar. Ada seorang pemuda yang bergabung di Party yang aku buat. Kenapa ini bisa terjadi kau bertanya?. Bukankah aku hanya ingin merekrut para wanita kau bertanya?.
Semua berawal dari rencana yang aku buat. Di hari ketika kami berkumpul, aku menjelaskan rencana untuk menaklukkan Hidden Area. Aku berencana untuk melawan Undead Shogun dan membuatnya sekarat terlebih dahulu. Kemudian, saat dia memanggil para Zombie. Aku mengusulkan agar pintu tempat dimana para Zombie akan keluar harus di tutup oleh diding tanah yang di buat oleh Earth Mage, namun. Clemantis mengucapkan rencana ini tidak akan berhasil. Dia memberiku penjelasan jika Earth Magic tidak bisa di gunakan di dalam Dungeon. Tanah di dalam Dungeon merupakan bagian dari Dungeon itu sendiri, mereka bagaikan daging di tubuh manusia, jadi... Earth Mage tidak bisa mengendalikan tanah di dalam Dungeon yang dialiri oleh Mana milik Dungeon. Singkat cerita, Mana kuat dungeon yang ada di dalam tanah menghalangi Earth Magic untuk memanipulasi tanah tersebut. Mereka tidak bisa mengangkat batu seberat satu ton dengan tenaga seorang manusia biasa.
Penjelasan itu membuat aku kehilangan arah. Aku kemudian meminta pendapat dan bantuan yang lainnya untuk membuat rencana baru. Pada akhirnya kami sepakat untuk merekrut seorang Priestess tambahan. Kami ingin membuat Santuary Area yang kuat dengan harapan kami dapat mengalahkan para Undead dengan mudah. Dan di sinilah aku membuat keputusan untuk merekrut si pemuda yang bernama Pluion itu.
Priestess Acardia yang membuat permintaan untuk merekrut Pluion sambil memandangku dengan tatapan 'puppy eyes' menggoyahkan hatiku. Dan saat dia memasang raut wajah sedih saat aku mengucapkan aku hanya ingin merekrut seorang wanita, aku langsung menarik ucapanku dan menyetujui permintaan Acardia.
Aku tidak ingin membuat Priestess bertubuh Dynamite itu sedih. Dan saat dia tersenyum. Aku tidak bisa mengucapkan apapun, aku hanya bisa memandang keindahan yang dia miliki.
Untungnya Pluion masih muda, dia baru berusia tiga belas tahun. Jika dia pria dewasa, aku mungkin akan berpikir dua kali untuk menyetujui permintaan Acardia.
Sekarang, cukup dengan Pluion. Aku harus fokus pada Quest untuk menaklukkan Hidden Area. Aku harus mengalahkan Undead Shogun kemudian mengambil harta yang ada di tempat ini.
"Kalian siap?"
Tanya Rose yang berdiri di depan pintu ganda menuju halaman tempat Undead Shogun berada.
"Saya siap"
Jawabku diikuti oleh yang lainnya.
"Kalau begitu ayo kita mulai pertarungan ini"
Ucap Rose sebelum dia menyentuh pintu ganda itu kemudian membukanya.
Kreeekk...!!
Pintu kayu menuju halaman terbuka dan kami langsung menjalankan tugas masing-masing.
Aku, Rose, dan Marigold langsung berlari mendekati Undead Shogun. Clemantis, Acardia, dan lainnya segera melakukan persiapan untuk membuat Santuary Area.
Ruciel.. dia sudah menembakkan anak panah miliknya kearah Undead Shogun saat kami bertiga berlari. Anak panah itu melayang di udara melewati kami dan kemudian tertancap di lantai setelah Undead Shogun menepisnya dengan tombak berwarna merah. Melihat senjata yang dia genggam membuat aku terkejut sebelum aku mengucapkan.
"Saya akan merebutnya kembali"
Itu benar. Senjata itu adalah Bleed Fair milikku. Aku memiliki kenangan yang cukup banyak dengannya. Dia juga merupakan senjata pertama yang aku dapat di dunia ini. Aku tidak akan melepaskannya dengan mudah.
"...."
Kemarin saat aku meninggalkannya tidak di hitung okay. Kemarin ada banyak sekali Zombie yang menakutkan okay. Aku tidak mengucapkan itu untuk mencari alasan untuk tidak merebut Bleed Fair kembali okay.
Lihat!. Rose menghunus Great Sword miliknya siap untuk menebas Undead Shogun dengan keinginan membunuh yang kuat. Dia akan menghentikan Undead Shogun yang berlari mendekati Ruciel.
Rose benar-benar wanita yang baik hati.
Tidak ingin ketinggalan, aku..
"[Blade of Light]"
Membuat Blade of Light sebagai senjataku.
Aku tidak bisa atau aku tidak ingin menggunakan Aoi Byakuya karena aku tidak memiliki Skill East swordsmanship yang nantinya akan berevolusi menjadi Skill Samurai jika sudah memenuhi kriteria tertentu.
Menggunakan Katana tanpa Skill hanya akan merusaknya lebih cepat. Semua seranganku juga mungkin tidak akan memberi kerusakan besar. Hal ini muncul di pikiranku karena aku ingat saat di dalam game senjata yang digunakan tanpa Skill akan kehilangan Durability lebih cepat dan mendapat penalti Damage Reduce sebanyak dua puluh persen.
Klang!!.
Bleed Fair dan Great Sword milik Rose berhantam dengan keras menghasilkan suara yang nyaring. Saat aku melamun.
"...."
Aku tahu!. Aku akan fokus pada pertarungan di hadapanku sekarang.
Mengamati pertarungan, aku mencari posisi yang tepat untuk memberi bantuan. Aku tidak bisa langsung bergabung dengan pertarungan itu dengan sembarangan karena kami tidak pernah bertarung bersama sebelumnya. Jika aku sembarangan membantu, aku bisa saja membuat kami berada dalam bahaya. Karena itu aku harus menunggu kesempatan datang.
Aku langsung melesat dan melancarkan berbagai jenis serangan pedang pada Undead Shogun saat kesempatan datang.
Selama pertarungan berlangsung aku mulai bisa menyesuaikan diri dengan gaya bertarung Rose dan Marigold. Hal ini membuat kerjasama kami menjadi lebih baik. Kami bahkan bisa melakukan serangan kombinasi sederhana.
KLANG!! KLANG!! KLANG!!
Pedang dan sihir saling baku hantam di pertarungan ini. Undead Shogun lebih kuat dari sebelumnya. Kami bertiga mendapat kesulitan untuk melukainya, sedangkan monster itu dapat melukai kami dengan mudah.
Pertarungan kami berlangsung untuk beberapa lama. Dan dalam kurun waktu itu, beberapa tembakan anak panah Ruciel menyelamatkan kami dari serangan mematikan.
Slash! Splash!
"Sial!"
Ucapku saat aku mendapat luka tusukan baru yang tidak terlalu dalam. Menepis Bleed Fair dengan kuat, aku melangkah untuk menjaga jarak dari Undead Shogun. Mengetahui kondisiku, Rose melangkah kedepan menggantikan aku untuk bertukar serangan dengan monster itu.
Rose dan Undead Shogun saling bertukar serangan dengan cepat. Sayangnya hampir semua serangan tajam Rose di tangkis dengan mudah oleh Undead Shogun.
What a fearsome enemie.
Beberapa saat kemudian, kesempatan datang. Saat Marigold masuk kedalam pertarungan untuk menangkis serangan Undead Shogun yang akan menusuk Rose, aku langsung mendekat. Mengayunkan Blade of Light dengan kuat, aku bermaksud memotong leher Undead Shogun.
Dan seperti yang kalian kira, monster itu menangkis seranganku dengan mudah. Dia bahkan tidak menoleh ke arahku saat dia melakukannya. Dia memutar Bleed Fair, dan menggunakan bagian bawah tombak itu untuk menepis Blade of Light.
"Undead sial-"
Dan dia bahkan tidak memberiku kesempatan untuk menghinanya.
Menggenggam erat Bleed Fair, Undead Shogun menyerang kami bertiga sekaligus. Serangnya begitu akurat dan mematikan hingga membuat kami harus bertahan atau menghindar.
KLANG!. KLANG!. KLANG!.
"Ugh!!"
"Uwaa.."
"Itu sangat berbahaya"
Rentetan serangan Undead Shogun hampir saja membuat tubuh kami berlubang. Kemudian, Di tengah pertarungan. Bleed Fair yang digenggam Undead Shogun mengeluarkan kabut putih. Disaat yang Sama, udara disekitar Kami menjadi dingin. Ini hanya berarti satu hal.
"Hati-hati! Monster itu mulai menggunakan Ice Magic miliknya"
"Ice Magic!"
"Monster itu bisa menggunkannya?"
"Ya, senjatanya bisa membekukan tubuh Kita. Jadi, berhati-hatilah"
"Aku me-"
Rose mencoba memberi balasan namun, sebelum dia bisa megucapkannya, Undead Shogun menancapkan Bleed Fair ke lantai dan membekukan lantai itu. Dia membuat lantai es yang luas di bawah kaki Kami dalam sekejab.
Lantai es yang muncul dalam sekejab membuat pijakan kami goyah. Memanfaatkan kesempatan saat Kami tidak bisa berhenti dengan kokoh, Undead Shogun melesat dengan cepat kearah Rose dengan tombak terhunus, siap untuk menusuk wanita cantik yang kehilangan keseimbangan itu tepat di hatinya.
Ingin menyelamatkan Rose, aku mengumpulkan Mana bersiap untuk menembakkan sebuah Spell. Namun, sebelum aku sempat melepaskannya, Marigold muncul di depan Rose dengan perisai terangkat tinggi.
KLANG!!!
Suara nyaring terdengar saat kedua senjata bertemu. Perisai Marigold berhasil menghentikan tombak Undead Shogun, namun sebagai bayarannya perisai Marigold membeku diselimuti es tebal. Marigold terlihat kesulitan mengangkat perisai yang dia gunakan.
"[Water Spear]"
Ucapku saat melepaskan sebuah Spell. Aku tidak ingin membuang kesempatan saat Undead Shogun diam. Sayangnya, Water Spear yang aku tembakkan diubah menjadi salju oleh Undead Shogun. Dia mengubah Spell mematikan itu menjadi lembut. Spell itu kini tidak bisa menyakitinya.
Undead Shogun menarik Bleed Fair. Dia siap melancarkan serangan lain kearah Marigold untuk membuka pertahanannya. Disaat yang sama, Rose melangkah dari belakang Marigold dengan Great Sword terhunus.
KLANG! KLANG! KLANG!
Dengan lihai, Rose menepis serangan serangan Undead Shogun untuk melindungi Marigold. Dia juga tidak mendapat kesulitan untuk berdiri kokoh diatas es karena dia menghancurkan es Di bawah kakinya dengan hentakan kaki kuat.
Melihat mereka bertukar serangan, aku tidak ingin tinggal diam. Aku melangkah ke belakang Undead Shogun untuk melancarkan serangan kejutan. Tentu, aku harus melangkah dengan hati-hati dan diam-diam.
Melihatku tepat berada di sisi buta Undead Shogun, Rose melancarkan ayunan pedang yang kuat. Hal itu membuat tombak Undead Shogun terangkat ke atas dan membuat keseimbangan monster itu sedikit goyah. Tidak membuang kesempatan, aku Langsung mendekati monster itu dan melancarkan seranganku.
"[Foconswi]"
Empat tebasan kuat Blade of Light berhasil melukai Undead Shogun di punggung dan lengan atas sebelah kanan. Seranganku juga membuat monster itu mengambil beberapa langkah terhuyun ke samping kiri. Dan sebelum dia sempat berdiri dengan kokoh. Dua anak panah bercahaya menghantam perut monster itu dengan kuat, membuat dia terjatuh ke lantai.
Kesempatan lain datang. Tidak ingin membuang kesempatan ini, aku, Rose, dan Marigold mendekat untuk melancarkan serangan pada Undead Shogun.
Aku ingin segera mengalahkan monster ini. Aku yakin. Rose, dan Marigold juga memiliki pikiran yang Sama denganku.
Kami mengayunkan senjata kearah Undead Shogun yang mencoba bangkit namun.
SWOSH!! CRACK!! CRACK!! CRACK!!
Bongkahan es raksasa muncul melindungi monster itu. Disaat yang sama, bongkahan es itu mulai menyelimuti bagian tubuhku.