Terbangun..
Mas…..mas….mas…
Ternyata itu hanya mimpi, Mora tersadar saat terdengar suara brukkkkk…. Sepertinya tangan Mora terbentur oleh meja lampu tidur.
auwwww, sakit….
Suara benda terjatuh terdengar kembali, Mora masih enggan tersadar dari tidurnya. Mata Mora semakin rapat dan tubuhnya hanya menggeliat di atas kasur empuk.
Brakkkkk…..
Tangan kiri Mora kembali membentur lampu tidur, kali ini semakin keras, sehingga menyebabkan lampu tidurnya terjatuh…
Brakkkkk…..
Bantal panjang dan empuk berwarna putih polos itu seakan menjadi ganjalan kuping Mora, selimut tebal bermotif kotak-kotak putih itu pun ia tarik sehingga menutupi semua tubuhnya.
Auwwghhhh,
Hooooammmmm…..
Mora menggeliat kembali,
Posisi nya sudah tidak sama seperti semula, kasur seluas 3 meter x 3,5 meter itu tak lelah dijajal oleh Mora.
Kringggggg...
Kringggggg...
Kringggggg...
Ponsel yang terletak di meja rias itu terjatuh, karena getaran nya. Mungkin itu getaran ke sepuluh kali.
Butuh sepuluh kali getaran baru mampu membangunkan tidur Mora.
"Hei kau sudah bangun sayang?"
Mora terkejut, sepertinya ia hafal suara itu. Tidak salah lagi itu suara mas Andre,
Berfikir jika itu hanya halusinasi saja, "ah mana mungkin"
"Saayang?"
Suara itu seakan menjawab pertanyaan yang di ajukan Mora dalam hati, Mora berbalik dan tak melihat siapa-siapa.
Langkah kaki Mora seakan mengajak kearah toilet, Mora menggelisik masuk, ternyata tidak ada siapa-siapa hanya ada keran yang terbuka, sepertinya keran ini bocor.
Kursi itu Seolah memanggil Mora, untuk segera menduduki nya,
Belaian hangat dari belakang tubuh, dan nafas itu seakan mendekati dan semakin dekat,
Kurasakan kecupan hangat di kepala ku,
"Mas, Andre?"
Seseorang yang memakai handuk setengah badan, iya dia Andre, sosok yang dirindukan Mora.
Ada yang berbeda dari aroma ini, ini seperti aroma parfume, lebih tepatnya parfume wanita.
Tatapan dan sorotan tajam itu Mora tujukan kepada Andre, dari seluruh tubuhnya tak terkecuali menjadi perhatian untuk Mora.
Tak salah lagi,
Andre meninggalkan ku, dan mengganti pakaian nya di ruang sebelah, ia juga menyempatkan diri mengambil ponsel di dalam tas kerja nya.
Lowbet,
Ia sibuk mencari sesuatu seorang diri, mencari di ruang kerja dan juga di tas yang ia kenakan saat keluar kota,
Tak hanya itu pakaian kotor pun menjadi tempat yang ia tuju.
Berbeda, tak seperti biasanya, ia pulang selalu mengabari ku, dan juga jika terlambat selalu memberikan kabar, sepertinya ada yang berbeda!
Hahahha…
Suara tawa lepas dari ruang ganti. Yang terdengar jelas di kuping Mora.
Kaca itu memantulkan gambar Andre yang sedang sibuk di ruang ganti, "Tak salah lagi ada yang berbeda!"
Bete!!!!
Dengan muka kusut dan juga dengan rasa dongkol didada, Mora berusaha memendam rasa.
Cemburu????
Seakan mulut ini ingin memanggil nya, ingin menanyakan langsung atau bahkan ingin langsung menuduh?
Ponsel yang penuh dengan notifikasi, di genggaman ku. Tak ingin ku melirik nya, karena dongkol didada.
Hahaha…
Suara tawa itu semakin jelas,
Mata nya tertuju hanya di layar berkisar 5,5 inc, Bahkan untuk memilih pakaian pun mas Andre membutuhkan waktu sampai setengah jam,
Ini ga bener!
Mas, mas, mas, ingin sekali mulut ini memanggilnya! Dan menegurnya.
Dasar laki-laki, ga sensitif. Aku berharap mas Andre pulang memberikan kabar, dan memeluk ku hangat. Bukankah 2 hari cukup lama???
Selimut seakan menjadi teman sejati dan penghangat, kembali Mora memilih berada dibalik selimut tebal itu.
Suhu pendingin ruangan seakan sengaja dibuat Mora sedingin mungkin, seakan ia semakin menikmati tidur nya dalam kaku.
Sejam berlalu,
Suara tawa itu tak juga menghilang, berisik!!!! Mora kembali mengambil bantal keduanya untuk menutupi pendengarannya.
Gregggggg, cacing dalam perut pun berteriak
"Yasudah kita lanjut besok!"
Mora hanya menahan cacing-cacing dalam perutnya, seakan enggan bergerak.
"Suara tawa nya berhenti!"
Tak kunjung juga Kurasakan ada seseorang mendekat, atau bahkan membangunkan ku.
Mungkin beberapa saat lagi, fikir Mora. Susah setengah jam berlalu ia tak juga membangunkan atau mencium hangat di keningku.
"Oh Rasanya! " Mora semakin mengenakan erat Kedua bantalnya. Sesekali Mora menggerakan tubuhnya Seolah menggeliat.
Tak kunjung ada respon,
Mata semakin berat, tapi ku coba tahan. "ku yakin sebentar lagi dia akan naik kekasih!"
Mengapa aku merasa gerah? Sementara pendingin sudah maksimal? "Aghhhh…." gerutu Mora dalam hati.
Tak sabar ingin aku intip dia sedang apa?
Terdengar suara beberapa orang, atau mungkin dia sedang membahas pekerjaan? Atau sedang Zoom?
Penasaran? Tapi aku enggan terperangkap oleh cemburu!
Sedikit demi sedikit Mora menurunkan bantal nya yang berada di atas kupingnya.
Sementara tubuh Mora masih berada di balik selimut tebal, sepertinya masih terdengar suara beberapa orang!
"intip ga ya?" Mora yang penuh pertimbangan, seakan ingin segera tahu apa yang sedang dilakukan mas Andre?
Mora memilih menahan lagi rasa penasaran nya, Sudah 2 jam lebih menahan penasaran ini, Rasanya tak tahan lagi.
MASSSSSSSSS!!!!!! Teriak Mora,
"kau tak berperasaan? Kau pulang tak memberikan kabar? Tak menelpon? Tak menepati janji? Apa kau tak merindukan aku? Apa kau sesibuk itu?" Mora yang berteriak penuh amarah seraya membanting beberapa bantal didekatnya ke arah manapun.
"Mengapa kau tak menjawab? Hei? Aku ini butuh jawaban!?!" gerutu Mora yang tak berenti.
MASSSSSSSS!!!!!!
Mora membuka matanya,
Karena terlalu emosi Mora sampai tak menyadari jika Andre berada di dekatnya.
Ya, Andre tertidur pulas di sofa yang berwarna kecoklatan.
Glegggggg,
Suara menelan ludah.
Mas, kau ini, teledor sekali,
Andre yang tertidur pulas. Dengan keadaan handphone yang masih menyala digenggaman tangan kanannya.
Zzzzzzzztttt,
Handphone Andre bergetar,
Mora melepaskan remot Tv dan handphone dari genggaman tangan suaminya, ia juga mengambikan selembar selimut yang tidak terlalu tebal,
Iya selimut ini, selimut kesayangan mas Andre sejak ia kuliah.
Usia selimut ini mungkin sudah 10tahun, namun karena teksturnya yang halus dan lembut membuatnya semakin enak dan nyaman dikenakan.
Sepertinya suara hujan diluar,
Mora menutup jendela kamar di dekat televisi, namun sengaja tak menutupi tirai nya, karena pemandangan dari kamarnya sangat indah. Bagaimana tidak,jendela kamar Mora dan Andre menatap langsung ke halaman samping rumahnya, disanalah ada pendopo kecil dan beberapa hewan peliharaan, seperti burung dan kelinci.
Andre menyukai Burung Beo, itu sebabnya di halaman samping terdapat beberapa burung Beo yang sudah sedari kecil dirawat nya.
"tidurlah yang nyenyak, sayang!" kecup Mora pada kening Andre.
Hoammmmm…..
Aghhhh…..
Andre menggeliat, dan menarik tinggi selimut nya.
Mora tersenyum melihat suaminya terlelap.
Namun ada yang mengganjal, ia suara getaran Handphone yang tiada henti.
Mora pun terpanggil untuk melihat notifikasi yang masuk di handphone Andre,
Sepertinya hanya urusan bisnis,
Yah, mas Andre kan sibuk sekali, fikir Mora.
Hmmmmm,.... CAN…..CAN….CANTIKA!!!!
Suara yang menghentikan Mora,
Mora mendengarkan dengan jelas jika mas Andre memanggil nama seseorang, yaitu Cantika….
Padahal saat ini sekretaris nya kan Bela, kenapa dia memanggil Cantika????? Apa mereka????? Apa sedekat itu??????
Mora seakan bertanya dengan sedikit getir,
Cantika kan sekretaris yang sudah sangat lama, mana mungkin?!
Mora menolak berfikir negatif, namun….