Arlan Gueterez adalah anak yang terlahir dari kalangan keluarga yang sederhana. Di bilang tidak berkecukupan, ia berkecukupan tetapi tidak terlalu. Ya lebih tepatnya sederhana dan apa adanya. Semenjak kedua orang tua Arlan meninggal, Arlan harus hidup bersama paman dan bibinya. Paman dan bibinya sangat menyayangi Arlan. Terlebih bibinya yang tak memiliki seorang anak sekalipun. Jadi sejak saat itu semua kebutuhan Arlan di tanggung oleh paman dan tantenye.
Hari ini Arlan harus masuk kesekolah baru pasca perpindahannya dari kota sebelumnya, sebenarnya Arlan adalah anak orang berada dulunya, tetapi usaha ayahnya bangkrut dan tidak mampu melunasi hutang-hutang mereka akhirnya perusahaan ayahnya Arlan terpaksa gulung tikar. Arlan harus menelan pahit getirnya kehidupan di usianya yang masih belia. Tetapi, karena pemikirannya yang dewasa ia cepat melupakan apa yang terjadi dan semua ia ambil hikmahnya saja.
"Arlan, bangun nak. Hari sudah hampir pukul delapan pagi, nanti kamu terlambat lagi." ujar suara wanita paruh baya bernama Mimi.
"Iya bi, ni Arlan sudah siap-siap kok, mau keluar untuk sarapan." sahut Arlan sambil membuka pintu.
Arlan meringis lalu ia dan bibinya langsung menuju kedapur dan disana terlihat paman Novan sudah duduk manis menunggu Arlan dan istrinya.
"Pagi pamanku yang tamfan," sapa Arlan.
"Pagi juga anakku, yuk langsung sarapan. Sebentar lagi bus sekolah jemput loh." ujar Paman Novan.
Mereka semua melanjutkan sarapan mereka, selang beberapa menit bus sekolah pun datang. Arlan langsung berlari terburu sambil berpamitan. Arlan bersekolah di sebuah sekolah elit atau terkenal dan favorit di kota itu. Tepatnya di Paris, lalu Arlan pun langsung masuk kedalam bus sekolah disana terlihat anak-anak murid lainnya dan satu sekolah dengannya. Bus itu berjalan dengan kecepatan maksimal, lalu saat berhenti di lampu merah, Arlan melihat kesisi kananannya dan keluar jendela mobil, ia melihat tiga deret mobil Sport.
Mobil depan Ferarry dengan plat mobil B4n9547 (bangsat), lalu mobil kedua ia melihat Lamborgini dengan flat S474N (satan atau setan), Mobil terakhir Chevrolet Camaro dengan flat yang masih dikatakan manusiawi B3NI, Arlan menggelengkan kepalanya saat tau seperti apa kelakuan pemilik mobil-mobil mewah dan mahal itu. Arlan kembali melihat sekeliling, ini adalah hari pertamanya masuk kesekolah Elite itu. High School yang sangat sangat terkenal di manapun. Alasan Arlan bisa masuk kesekolah itu karena Arlan mendapatkan beasiswa karena kecerdasannya. Jika tidak, paman dan bibinya tidak akan sanggup menyekolahkan Arlan disana.
Bus sekolah itu terus melaju, dan tidak terasa bus itu sudah memasuki gerbang sekolah yang sangat tinggi dan besar, nyaris sama tingginya dengan bangunan sekolahnya. Bangunan sekolah itu seperti istana saja, ada menara atau kastil yang sangat bagus dan unik. Semua murid yang ada di bus sekolah itu keluar, lalu Arlan di tegur oleh salah satu murid yang naik bus itu.
"Hai, anak baru ya? Oh iya aku Hengki." ujar Hengki sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman.
"Oh hai, aku Arlan Gueteres, panggil aja Arlan. Iya baru mulai hari ini," ujar Arlan sambil menyambut uluran tangan Hengki.
Mereka pun berdua berjalan menyusuri koridor, lalu tiba-tiba suara riuh memekakkan telinga. Mereka mengeluh eluhkan ketampanan orang yang ada di belakang Arlan dan Hengki.
"Revaaaaaaan omg... Hamili dedek..."
"Omg... Suamikuuuuuhhhh..."
"Beniiiii omg omg omg basah rahim kakak dek...."
Dan masih banyak lagi...
'Norak banget...' Batin Arlan.
Arlan dan Hengki masih tidak menyadari kehadiran Revan di belakang mereka hingga akhirnya Jonathan berdekhem.
"Bisa tidak kalian berdua menyingkir dari dan jangan menghalangi jalan?" ujar Jonathan..
Arlan dan Hengki menyingkir dari tengah lalu berdiri di pingir, kemudian Revan, Jonathan, Benny, dan Viko lewat di depan mereka. Lalu Revan melirik Arlan sekilas, kemudian ia tersenyum licik. Entah apa yang ada di otak Revan sekarang ini.
"Jadi mereka yang di eluh-eluh kan sama siswi disini?" ujar Arlan.
"Iya Ar, lagian kau jangan macem-macem ya sama mereka. Terlebih Revan, yang tinggi dan yang berambut pirang itu." ujar Hengki.
"Bukannya di sekolah gak boleh warnain rambut ya? Atau emang dari lahir rambutnya sudah Blonde begitu?" ujar Arlan.
"Setau gue sih emang dari lahir, soalnya photo waktu dia masih bayi pernah di upload di sosmed." sahut Hengki.
Arlan hanya mengangguk, kemudian mereka berjalan ke lain arah. Hengki ke kelas sementara Arlan menuju ke ruang kepala sekolah. Namun langkahnya terhanti dan tangannya di tarik oleh seseorang.
"Aduuuuh..." seru Arlan.
"Ck... Ternyata loe sekolah disini? Kebetulan sekali, jadi loe harus bertanggung jawab dengan apa yang udah loe perbuat." ujar orang itu yang bernama Revan.
"....."
Revan mengacak rambutnya lalu ia berbicara lagi. "kau udah numpahin minuman murah kau di baju mahal ku, waktu di mall. Dan kau harus ganti rugi baju ku yang rusak,"
"Huh? Heh kau itu anak orang kaya, jadi kau bebas beli baju apa aja yang kau mau. Lagian aku gak ada uang buat ganti rugi, minggir kau, aku mau keruang kepala sekolah, nanti aku telat." sahut Arlan.
Arlan mendorong Revan kesamping, lalu Arlan berlari menuju keruang kepala sekolah. Revan yang menerima perlakuan Arlan seperti itu kepadanya membuat Revan kesal dan ingin melakukan hal yang lebih. Arlan sudah masuk ke dalam ruang kepala sekolah, lalu ia pun sudah menyelesaikan pendaftarannya. Kemudian ia pun masuk kedalam kelas dan yang membuat Arlan kaget adalah ia harus satu kelas denga Revan dan teman-temannya. Lalu satu kelas juga dengan Hengki.
Arlan membenarkan apa kata orang, dunia ini sempit. Ia terpaksa harus satu kelas dengan Revan yang pasti akan membully nya atau akan merugikannya. Secara fisik dan face Arlan memang tidak kalah tampan, maaf Arlan manis dan cute, kulitnya putih, bibirnya merah ranum, bulu mata lentik, mata bulat dan manik mata hitam legam, hanya saja kaca mata tebal menghiasi wajahnya.
"Anak-anak kita kedatangan murid baru. Nah ayo Arlan perkenalkan dirimu." ujar Guru cantik dan berdada montok itu.
Arlan pun masuk lalu ia mulai memperkenalkan diri. "Selamat pagi, perkenalkan nama saya Arlan Gueterez, saya pindahan dari London School. Terimakasih,"
"Baiklah, disebelah Hengki ada bangku kosong. Kamu duduk disana ya," ujar Guru yang beranama Miranda.
Arlan mengangguk, lalu ia menuju ke bangku di sebelah Hengki. Kemudian Hengki tersenyum manis kepada Arlan, jujur Hengki sangat tamfan. Arlan pun membalas senyuman Hengki dan menunjukan gigi gingsul Arlan yang membuat siapa saja saat melihat senyuman itu akan terpeson. Tetapi Arlan tidak sadar, sepasang mata tajam bermanik coklat terang tengah mengawasinya dengan intens. Jam pelajaran pun di mulai, tidak sulit untuk Arlan mengerjakan semua soal yang di berikan oleh Mrs. Miranda. Tidak beberapa lama bell istirahat pun berbunyi.
"Oke anak-anak, pelajaran kita lanjut nanti setelah jam istirahat ya." ujar Miranda.
"Baik Mrs...." sahut semua murid.
Semua murid keluar dari kelas, lalu berhamburan menuju kantin, Hengki dan Arlan berjalan ke kantin berdua, tetapi Arlan ingin ketoilet.
"Hengki, aku ke toilet dulu ya." ujar Arlan.
"Oke, aku tunggu di kantin ya." Sahut Hengki.
Arlan mengangguk, lalu Arlan berjalan menuju ke toilet. Jalan menuju ke toilet sangat panjang, di sepanjang jalan terdapat lorong-lorong dengan coretan-coretan kata-kata kasar. Arlan bergidig saat membaca semua tulisan itu, lalu Arlan mendengar suara aneh, seperti desahan orang sedang berbuat sesuatu atau berhubungan intim. Arlan berjalan ke arah suara, saat melihat siapa disana, Arlan langsung buru-buru pergi tanpa meninggalkan suara. Arlan tidak jadi ke toilet, ia langsung menuju ke kantin.
Sesampainta di kantin, wajah Arlan merah padam karena malu. Hengki yang melihatnya langsung menanyakannya. "Arlan, wajahmu
kenapa merah padam begitu?"
"Eh eheheh. Gak kenapa-kenapa kok, kau udah pesenin punyaku?" sahut Arlan.
"Udah nih, yuk makan. Pasti kau lihat sesuatu di lorong paling ujung sesudah toilet kan?" ujar Hengki.
"Pppffff...." Arlan menyemburkan air minumnya ke arah Hengki.
"Anjiiiir, kau pikir aku lagi kedukun disembur-sembur segala... Gak usah kaget, itu udah bukan rahasia umum lagi, ya begitulah Revan dengan Angela pacarnya, terkadang Angela tidak bisa menahan napsunya ketikan melihat Revan, bahkan Revan pun begitu. Mereka itu raja dan ratu di sekolah ini." ujar Hengki.
Arlan hanya mengangguk, lalu mereka melanjutkan makan mereka, saat selesai Arlan dan Hengki memutuskan untuk ke perpustakaan, lalu saat Arlan beranjak dari kursi, ia melihat Revan di belakangnya saat berbalik badan, wajah mereka sangat dekat. Arlan buru-buru mundur beberapa langkah lalu pergi sambil menarik tangan Hengki. Revan hanya tersenyum tidak senang melihat Arlan mengabaikannya.
Bersambung....
Hai ini adalah cerita baru aku ya, maaf banget setelah beberapa dekade aku gak nulis, jadi aku putuskan untuk menulis cerita ini.
mohon kritsarnya.