Chereads / Amanda Mencari Cinta / Chapter 30 - Melawan Balik (2)

Chapter 30 - Melawan Balik (2)

"Yah, kita lihat saja apa reaksi dewan pemegang saham saat tahu masalah ini. Berdoa saja posisi kamu tetap aman dan perusahaan ini tidak merugi. Kadang saya heran sama Angella, kenapa harus memungut orang seperti kamu" balas Ananda, tidak kalah sengit. Dia juga sama seperti Amanda, tersulut emosi. Sampai saat ini Ananda masih belum bisa menerima kenyataan kalau Kakaknya memberikan semua harta kekayaannya pada orang asing yang baru dikenalnya selama beberapa tahun, bukan pada keluarga kandungnya.

Kalimat yang keluar dari mulut Ananda, jelas membuat emosi Amanda semakin naik. Latissa buru-buru melangkah menuju tempat Amanda berada. Bila bosnya itu hilang kendali justru akan mempersulit keadaan yang sekarang sudah rumit ini, pikir Latissa.

"Bu, sudah" ucap Latissa, memberanikan diri untuk menyentuh lengan Amanda, berharap emosi Amanda reda dan bisa berpikir lebih jernih.

Amanda melirik sedikit ke arah sekretarisnya itu, Latissa membuat sebuah kode di wajahnya, hanya dengan satu kali lirikan, Amanda mengerti maksud dari Latissa. Dia kembali pada kesadarannya. Amanda mencoba mengendalikan amarahnya. Percuma kalau sekarang dia marah, bisa-bisa rencana yang sudah dia susun akan gagal semua.

"Saya rasa Bapak sudah kelewat batas. Saya minta Bapak untuk meninggalkan ruangan saya, karena saya masih punya banyak pekerjaan hari ini" ucap Amanda, dia membalas tatapan sengit dari lelaki dihadapannya.

"Yah, silakan, memang harus bekerja keras. Tidak ada yang tahu kapan kamu akan pergi dari sini kan setelah video itu beredar" balas Ananda sambil berbalik pergi. Amanda tidak membalas kalimat pria itu lagi.

Disisi lain Latissa menghela napas lega, keadaan tadi terlalu tegang, dia hampir saja terkena serangan jantung rasanya. Untung saja Amanda bisa mengendalikan emosinya tadi, batin Latissa, tidak henti-hentinya bersyukur dalam hati. Bila Amanda kelepasan dan melakukan tindakan kekerasan pada Ananda, bukan tidak mungkin detik itu juga dia akan diminta untuk melepaskan posisinya, kalau seperti itu posisi Latissa juga jelas tidak akan aman, pikirnya lagi.

"Makasih ya Tis, kalau tadi kamu tidak mengingatkan saya, mungkin saya sudah meninju lelaki kurang ajar itu" ucap Amanda.

"Iya Bu" balas Latissa.

"Oh iya, rekaman CCTV bagaimana?" tanya Amanda. Dia baru teringat sebelumnya sudah memberikan tugas pada Latissa untuk mendapatkan rekaman CCTV yang lengkap dan asli dari restauran semalam.

"Oh iya, saya segera kesana Bu" balas Latissa. Dia hampir melupakan tugas yang tadi baru saja akan dia kerjakan. Kehadiran Ananda yang tiba-tiba membuat rusak semuanya. Latissa buru-buru pamit untuk pergi, baru beberapa langkah dia kembali lagi.

"Ah, saya lupa kabari, tim pengacara kantor kita, sedang menuju kesini, sudah saya hubungi tadi, sebentar lagi mungkin akan sampai, apa Ibu perlu saya dampingi untuk bertemu mereka?" tanya Latissa. Dia juga baru teringat masalah ini.

"Tidak perlu, pergi saja ke restauran, saya perlu sekali rekaman itu" jawab Amanda.

"Baik Bu" balas Latissa lagi, berjalan pergi.

Sepuluh menit setelah Latissa pergi, Amanda diberi tahu kalau tim pengacaranya sudah datang. Dia langsung menerima kehadiran tim pengacara itu. Amanda memperkerjakan tim pengacara terkenal di kantornya, dia percaya, semua perusahaan harus punya tim legal hukum yang baik, karena masalah pasti bisa muncul kapan saja, apalagi setelah Ananda masuk, Amanda harus lebih berhati-hati.

"Selamat siang Bu" sapa Pak Anwar, ketua tim pengacara. Hari ini ada sekitar 5 orang dari timnya yang datang.

"Siang, silakan duduk Pak." balas Amanda, mempersilakan para pengacara itu untuk duduk.

"Ada yang bisa kami bantu Bu?" tanya Pak Anwar lagi, dia sengaja bertanya lagi, walaupun Latissa sebenarnya sudah menjelaskan sedikit tentang alasan Amanda membutuhkan mereka secara tiba-tiba.

"Saya minta maaf kalau terkesan mendadak, tapi seperti yang mungkin Bapak Anwar dan rekan lainnya sudah tahu juga kalau saya lagi terkena masalah, saat makan siang dengan klien beberapa hari yang lalu, tunangan klien saya menjambak dan menampar saya, lalu menyiram saya dengan air minum di depan umum, saya membalas tamparan itu, kejadian itu sudah tersebar dibanyak media sosial bahkan masuk ke saluran gosip di TV. Hanya rekaman yang banyak diluar hanya menunjukkan saat saya yang menampar. Jadi hampir semuanya menyudutkan saya" jelas Amanda. Tim pengacara itu mendengarkan dengan seksama cerita Amanda.

"Jadi, hari ini, saya ingin menuntut semuanya. Saya ingin menuntut orang yang telah menampar dan menjambak rambut saya, pemilik video rekaman kejadian dan yang menyebarkannya, serta komentar orang-orang di media sosial. Saya sudah mengumpulkan beberapa bukti, hanya tinggal satu bukti lain, yaitu rekaman CCTV yang asli dan pengakuan Pak Anton, klien saya" lanjut Amanda lagi.

Pak Anwar sedikit terkejut mendengar keinginan Amanda karena orang yang akan dia tuntut itu bukan gadis sembarangan. Dia akan menuntut Vita Maharani, seorang anak pengusaha hebat dan masuk dalam jajaran pengusaha terkaya di Indonesia, bahkan di dunia. Walaupun Amanda sudah memliki beberapa perusahaan, tapi apa yang Amanda punya tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan apa yang dimiliki oleh Vita. Belum lagi Pak Anwar juga tahu kalau status Vita dan Anton sudah bertunangan, dia tidak yakin apakah Anton bersedia untuk bersaksi mengenai kasus ini.

"Ini bukti-buktinya yang bisa saya kumpulkan Pak," ucap Amanda lagi, menyerahkan setumpuk kertas print yang sudah dia kerjakan semalaman kemarin. Kertas itu berisi semua file orang-orang yang menghina dirinya.

"Sebelumnya, saya hanya ingin menanyakan satu hal Bu." potong Pak Anwar. Amanda menunggu kalimat selanjutnya.

"Apa ibu sudah yakin dan sudah tahu siapa yang akan ibu lawan di tuntutan ini nanti?" tanya Pak Anwar lagi.

Amanda mengangguk, dia sudah memantapkan hatinya, siapa pun itu, walau orang paling berkuasa sekalipun, dia tidak mau lagi harga dirinya diinjak-injak seenaknya. Amanda hanya ingin membersihkan namanya sebagai perempuan perebut tunangan orang, dia tidak ingin hal lain, hanya itu saja yang dia inginkan.

________________