Amanda masuk ke dalam apartemennya dengan perasaan gusar dan kesal. Selain berita dari Latissa mengenai video CCTV itu, tidak ada hal yang menyenangkan hari ini, batin Amanda dalam hati. Dia berbaring sebentar di sofa ruang tengahnya, berdiam diri, Amanda mulai menenangkan dirinya. Setelah kecelakaan itu, Amanda lebih bisa mengendalikan emosinya, tidak seperti dulu, dia mudah meledak kapan saja. Amanda mengingat kembali apa yang Abi lakukan tadi untuk membantu dia melepaskan diri dari Anton.
"Buat apa sih repot-repot kaya tadi, kalau ujungnya buat kesel" ucap Amanda pada dirinya sendiri. Masih merasa kesal mengingat peristiwa tadi. Ponsel Amanda berdenting, sebuah pesan masuk, dari Anton lagi. Gadis itu langsung menghembuskan napas berat, mengapa lelaki ini seolah tidak puas juga membuat dirinya kesal, batin Amanda. Dia membuka pesan itu.
"Amanda, aku mohon beri satu kesempatan lagi, perasaan aku ke kamu bukan main-main, aku jujur Amanda" tulis Anton. Amanda tertawa sendiri membaca pesan itu. Entah apa rencana Tuhan pada dirinya, memberikan dua lelaki yang membuat kehidupannya menjadi tidak tenang. Sebelumnya ada Abi dengan semua tingkah lakunya yang sedingin gunung es dan berhasil membuat Amanda patah hati berulang kali, sekarang ada Anton yang secara terang-terangan menunjukkan perasaannya pada Amanda. Tanpa berpikir dua kali, Amanda langsung menghapus dan memblokir nomor ponsel Anton. Dia merasa lelah sekali, dalam hati Amanda bertanya, mengapa Tuhan tidak mengirimkan satu lelaki saja yang bisa mencintai dan dia cintai. Cukup satu dan Amanda akan mencintai lelaki itu dengan seluruh jiwanya. Bukan seperti Abi yang selalu membuat hatinya bingung, dan bukan juga Anton, yang bisa mengungkapkan perasaannya begitu saja tanpa memikirkan status dirinya. Sungguh dua pribadi yang sangat berbeda.
Daripada memikirkan kedua lelaki itu, Amanda memutuskan untuk menonton kembali video rekaman CCTV dari Latissa. Dia juga mengirimkan kepada tim pengacaranya. Amanda sibuk memikirkan cara yang tepat untuk balas dendam dengan gadis keterlaluan yang sudah menjambak dan menampar dirinya di depan umum, dan juga sekalian untuk membersihkan namanya. Dalam hati Amanda sedikit ragu dengan tim pengacaranya, dia masih ingat keraguan yang jelas terlihat di sorot mata Pak Anwar.
Amanda memutar video itu lagi dan lagi. Walau hanya satu kali melihat, di rekaman itu jelas sekali terlihat kalau gadis itu lah yang memulai, bukan Amanda. Disana juga terlihat jelas, Amanda menarik tangannya saat Anton berusaha merayu dengan memegang tangan Amanda.
Gadis itu berpikir keras, apa yang harus dia sebaiknya lakukan, apakah hanya akan menunggu tim pengacaranya menuntut Vita dengan bukti rekaman CCTV ini, atau Amanda bisa beraksi sendiri. Sebuah ide gila muncul di otak Amanda. Setelah berpikir lama, dia merasa ini mungkin bisa menjadi sumber kekuatan Amanda, bahkan sebelum tim pengacaranya bergerak. Amanda mengambil laptop kerjanya, mengetik sana dan sini, dia tenggelam dalam dunianya sendiri, hanya dia dan laptopnya. Sesekali Amanda berhenti mengetik untuk berpikir. Setelah 30 menit, Amanda tersenyum puas memandang laptop. Dia sudah mengirimkan video itu di kolom pesan beberapa akun gosip. Dia juga sudah membuat akun palsu untuk menyebarkan video itu. Tidak lupa Amanda memberikan sebuah narasi yang isinya kurang lebih untuk membela dirinya. Tidak ada yang lebih cepat daripada menyebarkan sebuah berita viral pada akun media sosial bukan, batin Amanda. Sekarang dia hanya perlu menunggu para pengelola akun tersebut untuk membuat konten dari video yang baru saja dia kirimkan, membiarkan video itu semakin tersebar dan ditonton banyak orang. Selebihnya, Amanda hanya berharap pada publik, yang bisa menilai video rekaman itu sendiri. Semoga apa yang dia lakukan ini tidak salah, doa Amanda dalam hati.
Setelah selesai, Amanda berjalan menuju taman yang terletak di balkon. Amanda memandangi suasana di siang hari ini. Menghirup udara segar di siang yang terik ini, sedikit membantu Amanda menjernihkan pikirannya. Tanpa Amanda sadari, dari ujung sebuah jendela di lantai atas apartemennya, ada sepasang mata yang memandangi Amanda. Abi mengawasi Amanda dari kamar apartemennya. Lelaki itu sudah menunggu untuk bisa melihat sosok Amanda walau dia hanya bisa memandangi Amanda dari kejauhan saja, dia takut kalau lagi-lagi dia hanya bisa menyakiti Amanda dengan ucapannya. Ada banyak hal yang ingin dia ucapkan, tapi kalimat yang sudah dia susun dengan baik itu seakan tenggelam begitu saja, Abi selalu diam tanpa kata setiap bertemu dengan Amanda. Sebagian hatinya merasa bersalah pada Amanda, harusnya dia tidak melepaskan Amanda dulu, dia bahkan tidak merasa yakin kalau Amanda masih menyimpan rasa untuknya, batin Abi.
________
halo up baru..
semoga tetap dukung cerita saya ya..
terimakasih untuk semua dukungannya
happy reading