Chereads / Amanda Mencari Cinta / Chapter 35 - Mulai dari Awal

Chapter 35 - Mulai dari Awal

Latissa masih sedikit bingung. Perasaannya campur aduk antara tidak percaya, sedikit terkejut dan cukup lega setelah mengetahui kalau ternyata Amanda sendiri yang menyebarkan video itu.

"Kita hanya tinggal menunggu saja, kamu tidak usah khawatir, kalau mereka tetap keras kepala tidak mau minta maaf, tinggal kita lanjutkan tuntutan kita, dengan begitu kerugian tetap ada di pihak mereka" lanjut Amanda lagi. Latissa hanya mengangguk saja, berharap semua yang Amanda jelaskan itu akan menjadi kenyataan. Sejujurnya Latissa bahkan tidak bisa memberi saran apapun, dia hanya membantu apapun yang bosnya itu minta.

"Hari ini apa yang harus saya lakukan Bu?" tanya Latissa. Tiba-tiba dia teringat sesuatu.

"Oh, iya Bu, sebelum saya lupa. Pak Anton masih tetap memaksa untuk melanjutkan kerja sama dengan perusahaan kita. Saya dengar kabar, Pak Anton sudah bertemu dengan Pak Feri," jelas Latissa. Amanda menghela napas panjang, Feri adalah salah satu pemegang saham terbesar di perusahaannya, selain dirinya tentu. Kalau Ananda hanya punya sekitar 10% dari total saham dalam perusahaan Amanda, Feri punya 25%, ini yang membuat Amanda menjadi khawatir. Sepertinya Anton mulai bergerilya mencari orang-orang di jajaran dewan pemegang saham untuk tetap bisa menanam modal di produk baru Amanda.

"Sepertinya kita harus segera mencari investor baru" ucap Amanda. Latissa mengiyakan. Bila Feri setuju dan dewan pemegang saham lain setuju, bukan tidak mungkin Amanda akan tetap melanjutkan kerj sama dengan Anton, Amanda sedikit heran, mengapa Anton begitu ingin bekerja sama dengan perusahaannya, apa memang karena dia ingin mendekati Amanda. Gadis itu langsung menggelengkan kepalanya, jangan terlalu percaya diri, batin Amanda dalam hati.

"Kumpulkan file calon investor sebelumnya, kita hubungi satu per satu, minta mereka untuk kembali bekerja sama dengan kita" perintah Amanda. Latissa langsung mengerjakan tugas yang diberikan Amanda. Apapun yang harus dilakukan, asal bukan hal yang memalukan, Amanda akan melakukannya demi perusahaannya.

Sekitar 45 menit kemudian, Latissa kembali, dia sudah menghubungi tiga dan lima calon investor yang sebelumnya berniat untuk menjalin hubungan kerja sama dan menanam modal di perusahaan Amanda.

"Bu, tiga dari lima orang menolak, karena masalah video itu, mereka khawatir akan berdampak buruk untuk produk kita selanjutnya" ucap Latissa, sedikit takut, dia takut Amanda akan berang saat mendengar kabar buruk ini.

"Oke, hubungi dua lagi" balas Amanda. Latissa mengangguk dengan sopan dan kembali ke meja kerjanya. Tidak perlu memakan waktu lama, Latissa sudah kembali dalam 15 menit dan membawa beberapa berkas di tangannya.

"Ibu masih ingat Bu Inez? Beliau setuju untuk mempertimbangkan kembali perusahaan kita" ucap Latissa dengan wajah berseri-seri. Sebelumnya dia benar-benar merasa khawatir kalau sampai Anton yang kembali menjadi rekan kerja untuk perusahaan mereka. Latissa tidak bisa membayangkan hal itu, pasti hal itu sangat menyiksa Amanda.

"Oke, segera susun jadwal saya untuk bertemu Bu Inez" ucap Amanda dengan wajah lega, akhirnya ada juga yang bisa membantu dirinya.

"Siap Bu" balas Latissa.

"Siapkan mobil ya, saya mau menuju pabrik, mau lihat bagaimana produksi parfum kita" perintah Amanda lagi. Latissa mengiyakan, dia dengan segera mengerjakan semua perintah Amanda.

"Mobil sudah siap Bu" ucap Latissa.

"Saya enggak balik lagi, kabari saja perkembangan dengan Bu Inez" ucap Amanda.

"Kalau itu sudah Bu, ada janji temu di kantor Bu Inez lusa, pukul 10, saya sudah kosongkan jadwal Ibu" balas Latissa. Amanda tersenyum senang, sekretarisnya ini memang pantas mendapatkan bonus akhir tahun yang besar sekali, batin Amanda.

"Oke, terimakasih" ucap Amanda.

Gadis itu mengunjungi pabrik tempat pembuatan parfum dan produk lain dari perusahaan mereka. Dari pemimpin pabrik menyatakan, belum ada penurunan permintaan yang signifikan terhadap produk perusahaan mereka, semuanya masih baik-baik saja. Permintaan produknya masih banyak. Amanda merasa lega, berarti berita miring mengenai dirinya tidak mempengaruhi penjualan produknya sama sekali.

"Ibu tenang saja, saya yakin kalau produk kita kualitas baik, pasti konsumen tidak akan berubah" ucap kepala pabrik.

"Terimakasih Pak" balas Amanda. Dia masuk ke mobil.

"Mau kemana Bu?" tanya Pak Salim saat Amanda sudah di dalam.

"Pulang saja Pak, keliling pabrik hampir 3 jam ternyata capek juga" balas Amanda. Pak Salim segera melajukan mobil menuju apartemen Amanda. Karena terlalu lelah, Amanda langsung terlelap.

"Sudah sampai Bu" ucap Pak Salim, sedikit keras, dia sengaja karena Amanda masih tertidur di kursi belakang. Pak Salim merasa kasihan dengan nona nya itu. Masih muda tapi beban hidupnya sangat berat, belum lagi gadis ini hampir tidak punya tempat untuk berbagi kesulitannya, semua beban dia bawa sendiri, batin Pak Salim.

"Bu!" panggil Pak Salim lagi. Amanda tersentak.

"Sudah sampai?" tanya Amanda, sedikit linglung.

"Sudah Bu" jawab Pak Salim

"Terimakasih Pak" balas Amanda. Dia turun dari mobil, sedikit mengantuk.

Amanda jalan dengan pelan. Dia masuk ke dalam lift. Hari ini sepi sekali, mungkin karena Amanda pulang saat hari masih siang, penghuni apartemen banyak pulang larut malam, siang hari tentu lebih sepi. Amanda menekan tombol lift dan mengambil tempat di sudut belakang, tidak ada siapapun, dia hanya sendiri. Amanda memenjamkan matanya sejenak, dia lelah sekali menghadapi semua masalah yang terjadi belakangan ini.

"Bu Amanda" sebuah suara mengejutkan Amanda, gadis itu cepat-cepat membuka matanya. Abi sudah ada disana, pria itu memegang jas dokternya. Wajahnya terlihat lelah, mungkin dia baru saja menjalani operasi yang rumit, pikir Amanda dalam hati. Pintu lift tertutup, hanya mereka berdua disana.

"Ya?" balas Amanda datar. Dia sedikit malas merespon lelaki ini, karena ujungnya selalu sama, lagi dan lagi Amanda kerap merasa kecewa oleh sikap Abi yang sulit dimengerti. Tapi Amanda tidak bisa mengindahkan sapaan Abi begitu saja, hanya ada dirinya dan Abi, sulit bila Amanda tidak mengacuhkan Abi.

"Saya.." Abi kembali terdiam. Amanda menghembuskan napasnya dengan berat, sesuai dugaannya, lelaki ini hanya bisa memulai tanpa menyelesaikan dengan baik, batin Amanda. Dia sudah siap untuk kecewa lagi.

"Ya? Ada yang bisa saya bantu? Atau ada yang ingin Dokter katakan pada saya?" tanya Amanda, mulai tidak sabar. Dia melirik sedikit ke arah layar lift, sebentar lagi Amanda sampai di lantai apartemennya.

Ting! Lift itu sudah sampai di lantai apartemennya. Amanda tidak melihat tanda-tanda Abi akan menjawab pertanyaan dirinya ataupun menyambung kalimatnya sebelumnya. Buat apa menunggu, lelaki ini mungkin lebih senang membuat orang menunggu dalam kebingungan, pikir Amanda kesal. Dia selalu menyesali nasib buruknya, bertemu Abi setiap mendapatkan masalah.

Begitu pintu lift terbuka, Amanda langsung berjalan keluar, dia tidak menunggu Abi, karena lelaki itu pun hanya berdiri bergeming. Sepertinya dia memang tidak berniat untuk melanjutkan kalimatnya, batin Amanda lagi. Ketika Amanda hampir mencapai pintu lift, Abi menarik lengan Amanda, cukup keras, membuat tubuh Amanda menjadi limbung dan nyaris terjatuh. Lelaki itu dengan sigap menangkap tubuh Amanda, dan menarik tubuh ramping Amanda ke dalam pelukannya.

"Apa-apaan sih?" teriak Amanda, antara terkejut dan marah. Dia menahan tubuhnya, mencoba melepaskan dari pelukan Abi.

"Saya minta maaf, mungkin saya tidak pintar berkata-kata, tapi apa boleh kita mulai semua dari awal lagi?" tanya Abi, tidak melepaskan pelukannya. Dia sudah bertekad dalam hatinya, dia harus mengatakan perasaannya pada Amanda. Perasaan yang sudah dia tahan selama ini.

_________

Halo semua,

akhirnya up baru juga ya

maafkan sedikit

ide aku lagi mampet buat cerita yang ini, hehe

semoga masih tetap sabar menunggu ya

terimakasih banyak

happy reading