Chereads / THE ROOMMATE 2 : SIDE STORIES (21++) / Chapter 8 - 7 ARINA SIDE STORY : MUSUH DALAM SELIMUT (1)

Chapter 8 - 7 ARINA SIDE STORY : MUSUH DALAM SELIMUT (1)

Sante mengamati suasana bangunan tersebut dengan hati-hati sebelum kemudian ia mengetuk pintu dan seorang biarawati muda membukakan pintu untuknya. Ketika ia melihat Arina tengah terbaring di atas ranjang dalam keadaan yang memilukan dengan banyaknya perban yang membalut tubuhnya, raut wajahnya langsung berubah cemas dan kuatir. Tapi segurat kelegaan juga nampak di mukanya.

"Astaga, Arina…..syukurlah kau masih hidup…" kata Sante sambil cepat-cepat menghampiri tepi ranjang gadis tersebut. Raut wajah Arina masih sedikit pucat tapi gadis itu terlihat baik-baik saja.

"Duh, tampangmu jangan kayak nenek-nenek semaput gitu donk! Aku baik-baik saja…" kata Arina galak sambil menepak kepala plontos Sante. Sante meringis sakit sambil tersenyum kecil. Ya, itu Arina-nya. Gadis kecilnya yang galak tapi juga sangat tangguh di medan tempur.

"Tidak ada yang tahu kan kalau aku baik-baik saja?" bisik Arina pelan di telinga Sante.

"Ya, hanya aku sendiri yang ke sini. Kenapa? Ada apa? " tanya Sante tak kalah pelan.

"Kode kuning*, Sante…"

Bagi Geng Tengkorak, kode kuning berarti menunjukkan adanya seorang mata-mata atau pengkhianat yang tengah bersembunyi diantara para anggota geng. Tapi siapa? Tak ada yang tahu. Jadi, Arina sudah mengatur sebuah strategi untuk memancing para lawannya keluar dari kandang mereka sendiri.

"Sante, dengarkan aku. Sebarkan berita kalau aku hilang dalam pertarungan malam itu dan sekarang, kau dan para anggota lain sedang mencari-cari keberadaanku. Tetap jalankan aktivitas kita seperti biasa. Tapi pasang matamu baik-baik terhadap semua pergerakan anggota kita. Tandai orang-orang yang menunjukkan gelagat perlawanan atau mulai membantah pada setiap perintah yang diberikan. Tapi jangan mengambil tindakan tegas apapun. Aku sendiri harus memulihkan tubuhku kurang lebih sekitar 3 bulan ini…."

"Lalu..?"

"Setelah 3 bulan, aku sendiri yang akan membantai para pengkhianat tersebut dengan tanganku sendiri…"

Mata Arina bersinar buas dengan nafsu membunuh yang luar biasa. Ia benar-benar marah saat itu.

"Bagaimana dengan Louis dan lainnya?" tanya Arina lagi. Sante hanya menggeleng pelan.

"Louis mengalami cedera pada bahu kanan dan pinggangnya. Sunil juga terluka tapi tidak terlalu serius. Sementara Rama baik-baik saja."

Mata Arina langsung menyipit tajam setelah mendengar berita tersebut. Rama baik-baik saja? Sebuah kecurigaan muncul di dalam hatinya, tapi ia tak banyak bicara lagi. Setelah beberapa saat, mereka puas mengobrol, Sante lalu undur diri. Sementara Arina kembali beristirahat untuk memulihkan tubuhnya. Perlahan, ia kembali membaringkan tubuhnya di atas kasur dan memejamkan matanya.

.............

4 tahun yang lalu…..

Dicky sedang menunggu Arina untuk menyelesaikan jatah push upnya sebanyak 200 kali sambil merokok. Lalu, ketika gadis tersebut sudah selesai, ia langsung berbaring telentang di atas tanah dengan nafas terengah-engah. Membiarkan keringatnya mengucur deras membasahi tanah di bawahnya.

Dicky berjalan mendekat dan memberikannya sebotol air minum yang sudah disiapkannya dari tadi.

"Ini…" kata Dicky. Botol minum itu segera disambut oleh tangan Arina dan langsung ditenggak habis setengahnya dalam beberapa kali tegukan. Dicky terkekeh dan kemudian memposisikan tubuhnya di sebelah gadis tersebut sehingga Arina bisa bersandar ke tubuhnya.

"Arina, dengarkan aku. Di dunia ini, hanya ada 2 tipe manusia. Lawan atau kawan. Selalu ada area abu-abu diantara kedua kata tersebut. Kawan kita sekarang sangat mungkin berubah menjadi lawan kita di masa depan. Orang yang kita sebut musuh hari ini, mungkin besok malah bisa menjadi sahabat kita di atas meja makan. Kita tak pernah tahu…."

"Tapi sebagai seorang pemimpin, kita tetap harus bisa menjinakkan keduanya. Membuat dirimu dihormati oleh kawan-kawanmu sendiri serta membuat lawan berpikir ribuan kali sebelum menyerang kita…"

"Bagaimana caranya?" tanya Arina bingung.

"Kontrol. Kendali…"

"Ada 2 cara untuk mengendalikan manusia secara penuh. Pertama, rasa takut. Para diktator dunia seperti Stalin dan Hitler menggunakan cara ini untuk mengontrol negara serta memperpanjang masa kekuasaannya. Bahkan ada seorang presiden di Indonesia yang juga menggunakan cara yang sama untuk bisa berkuasa selama 3 dekade penuh. Rasa takut adalah senjata utama mereka. Tapi sistem ini memiliki sebuah kelemahan…."

"Begitu kau mati… PUFF!!"

Dicky membuat sebuah gerakan khusus dengan kedua tangannya.

"Kerajaanmu langsung hancur tak bersisa karena pamormu hilang sepenuhnya. Karena sosok monster yang ditakuti sudah tak ada…"

"Cara kedua adalah dengan memberikan rasa aman dan nyaman. Orang-orang akan datang dan tunduk ketika mereka yakin saat berada dalam sebuah kelompok yang mampu memberikan tempat berlindung dan rasa aman yang absolut dimana mereka bisa hidup dan tinggal menetap. Itulah yang kita lakukan di dalam Geng Tengkorak…."

"Kita semua adalah keluarga besar, Arina. Semua anggota geng adalah saudara-saudara kita. Sehidup semati. Family stays together and helps one another. Untuk setiap anggota geng, kita memperlakukan mereka secara adil tanpa perlakuan khusus. Kita berikan harga diri dan kebanggaan sebagai salah satu anggota keluarga. Kita beri mereka perlindungan dan rasa aman sejati. Tapi terhadap lawan kita, kita tunjukkan kengerian sebenarnya pada Geng Tengkorak dan apa konsekuensinya jika mereka berani macam-macam dengan kita…."

Dicky mengelus-ngelus rambut Arina dan menarik gadis tersebut ke dalam pelukannya.

"Lalu, bagaiman jika ada penyusup diantara anggota kita sendiri? Mata-mata? Pengkhianat?" tanya Arina lagi.

Dicky lalu berdiri, membuang puntung rokoknya ke atas tanah dan menginjaknya sampai akhirnya puntung itu padam.

"Mati saja…."

"Eh? Apaa??" tanya Arina kaget. Jawaban Dicky sama sekali tidak diduganya.

"Pura-pura mati saja…" kata Dicky sambil membantu Arina untuk berdiri dan kemudian merangkul pinggang gadis itu serta mencium keningnya dengan lembut.

"Karena kehidupan sebagai orang mati sangat menarik dan dapat memberikan banyak berkah tak terduga. Kita akan bisa melihat lebih banyak. Mendengar sangat jelas semua rahasia yang tersembunyi di bawah hidung kita…."

"Memancing harimau keluar dari sarangnya. Kau pernah dengar istilah itu, Arina?"

Mata Arina melotot lebar setelah mendengar penjelasan Dicky dan ia lalu mengangguk tegas. Ia sangat ….. sangat mengerti maksud pemuda tersebut.

"Lalu, setelah kau tahu siapa pengkhianat tersebut. Berikan satu hukuman padanya di depan mata semua orang…" bisik Dicky pelan di telinga gadis tersebut.

"Kematian…."

.