Kenan pulang cukup larut karena dia tahu pulang cepat pun Jesica masih tak akan bicara dengannya dirumah. Dia menekan bel sebentar sampai ayah mertuanya datang membukakan pintu.
"Ken..baru pulang?"
"Iya pah, maaf tadi pulang dulu sebentar ngambil sesuatu."
"Oh iya, ya udah masuk terus istirahat ya. Jesica kayanya udah tidur."
"Iya pah makasih maaf ganggu malem-malem."
"Iya ga papa." mertuanya mulai mengunci pintunya lagi.
"Ken.." papah memanggil Kenan yang sedang menaiki tangga.
"Kalau ada masalah sama Sica coba deh diselesain baik-baik jangan berlarut-larut. Jesica ga mau makan tuh dari tadi."
"I..iya pah.." Kenan terbata-bata.
"Inget kata papah dulu, Jesica pasti ngerti kalo kamu ngomongnya baik-baik. Kayanya masalahnya berat ya."
"Engga kok pah salah paham aja nanti Kenan coba ngomong sama Sica."
"Papah ga mau ada teriakan dirumah ini ya."
"Iya pah." Kenan tersenyum dan kembali berjalan menuju kamarnya yang sudah gelap hanya lampu tidur yang menerangi ruangan itu. Kenan melihat Jesica yang berbaring dengan posisi memunggunginya. Dia tahu Jesica belum tidur. Kenan membuka jas dan dasinya. Menggulung kemeja kerjanya lalu berjalan ke arah Jesica. Dia melihat mata Jesica terpejam, Kenan duduk dilantai menghadapkan badannya tepat diwajah Jesica. Tangan Jesica yang bersembunyi di perutnya dia tarik lalu ia genggam dan menciumnya.
"Sayang..." panggil Kenan kecil sambil mengelus lembut pipi Jesica yang basah sepertinya dia habis menangis.
"Sayang....bangun dulu sebentar yuk.."
"Aku cape Mas.." Jesica menjawab singkat dengan tetap memejamkan matanya.
"Mas minta maaf.."
"Aku lagi ga mau bahas itu."
"Harus dibahas supaya cepet selesai."
"Udah selesaikan?hubungan kita udah selesai." Jesica dengan yakin membuat Kenan tak percaya dengan yang didengarnya. Kenan menarik lagi tangan Jesica lalu kepalanya ia tundukan didekat dada Jesica.
"Mas minta maaf sayang. Jangan bilang gitu, jangan tinggalin Mas. Mas ga pernah selingkuh, Mas bohong." Giliran Kenan kini yang menangis.
"Mas cuman kesel kamu tuduh Mas terus tiap hari, kamu tuduh Mas terus main sama cewek padahal engga mekipun belakangan iya Mas ngaku Mas ada perhatiin cewek lain tapi engga sampe bener-bener selingkuh, Mas ga pernah ngapa-ngapain sama cewek itu. Cewek itu juga ga tahu Mas perhatiin dia. Maaf Ka...please. Mas selalu inget kata-kata kamu kalo sampe Mas ketahuan selingkuh kamu beneran ninggalin Mas. Mas ga mau. Mas ga mau kamu pergi. " Air mata Kenan sudah mengalir deras.
"Mas cape kalo harus ngalah terus Mas juga bisa marah, bisa kesel. Mas pingin kaya gitu tapi mas ga enak, Mas ga enak sama kamu, Mas ga enak sama orang tua kamu. Maaf..."
"Mas berani sumpah apapun ga pernah selingkuh. Ini bener-bener murni karena Mas ga suka kamu tuduh terus. Pulang kerja Mas cape kamu nuduh kaya gitu, Mas ga tau apa-apa kamu tetep ngotot Mas kaya gitu. Ada telepon dari cewek pun kamu udah mikir kaya gitu. Apa iya Mas sampe harus ga punya temen cewek?apa itu yang kamu mau?Mas ga kaya gitu sayang. Marsha datang lagi pun Mas ga niat ninggalin kamu. Mas bingung harus gimana. Mas ga mau nyakitin kamu, ga mau nyakitin anak kita. Sekarang Mas harus gimana kalo sampe bener kamu sama anak Mas ninggalin Mas. Mas mau mati aja." Kenan menangis seperti anak kecil. Jesica hanya mendengarkan ocehan suaminya. Dia jadi tahu tentang keluhan Kenan selama ini tapi bukan berarti dengan semudah itu dia luluh. Badannya yang semula menghadap Kenan kini ia hadapkan ke arah berlawanan. Tangan yang semula di pegang Kenan pun terlepas dengan otomatis. Hanya punggung Jesica yang menjadi pemandangan Kenan sekarang. Kenan masih berdiam disana tapi dia juga tak mau menganggu Jesica tidur hingga dengan sendirinya mata Kenan terpejam dengan posisi terduduk.
****
Kenan terbangun dari tidurnya dan melihat Jesica sudah tak ada lagi di tempat tidur. Dia melihat kearah sekeliling kamar, kamar mandi dan tak ada tanda-tanda Jesica disana mungkin Jesica sarapan pikirnya. Semalaman karena dia tertidur sambil duduk kakinya sedikit kram dan pegal belum lagi lehernya sakit akibat terus melihat ke arah kanan ditambah matanya panas akibat menangis semalaman. Dia pergi mandi dan membersihkan diri sebelum kembali menemui Jesica. Sepertinya Jesica masih engga memaafkannya.
"Aku harus gimana?" Kenan bertanya pada dirinya sendiri. Saat selesai mandi dia sedikit senang ada Jesica disana sedang menyiapkan pakaiannya.
"Sayang..."
"Jangan sentuh aku." Jesica dengan sigap menghindar dari pelukan Kenan membuat Kenan terkejut.
"Bajunya udah aku siapin, mau ke kantorkan?sarapannya udah aku siapin dimeja."
"Kamu mau kemana?" Kenan melihat Jesica berjalan ke arah pintu.
"Mau apa lagi?" Jesica dengan dingin.
"Hm..." Kenan berpikir.
"Kenapa?pingin tidur bareng?oke mau dimana?mau dikasur?di kursi?mau dimana?" Jesica masih dengan tatapan dinginnya sambil perlahan membuka bajunya.
"Engga...engga, Mas bukan mau itu." Kenan segera menghentikan aksi Jesica dia belum pernah melihat Jesica semarah ini. kedua tangannya ia letakkan dibahu Jesica.
"Maaf sayang..." Kenan berbicara lagi dan kali ini Jesica tak berkata lagi dia langsung pergi meninggalkan Kenan tanpa penjelasan apapun. Kenan semakin mematung tak percaya dengan sikap Jesica tadi. Apa Jesica akan meninggalkannya kali ini?Ini benar-benar kacau tak seperti dugaan Kenan.
"Mau kemana ka?" Ibunya melihat Jesica turun dari tangga.
"Cari angin, kunci mobil papah mana?"
"Ka..kamu lagi hamil loh."
"Cuman sebentar kok mah lagian aku bosen."
"Ya udah minta anter Kenan ya."
"Dia mau kerja. Udah ga papa aku pinjem mobil papah aja. " Jesica memaksa sambil mencari kunci mobilnya.
"Kenapa ini?"
"Pah aku pinjem mobil."
"Mau kemana?"
"Jalan-jalan aja bentar."
"Kenapa ga sama Kenan?"
"Dia kerja."
"Ya udah sama papah aja."
"Engga, aku pingin sendiri."
"Iya-iya, jangan marah gitu. Ini surat-surat sama kuncinya." Papah nya tanpa panjang lebar memberikan kunci mobilnya.
"Tunggu." Papahnya langsung menarik lagi kunci itu.
"Apa?"
"Jangan macem-macem ya. Papah telepon angkat."
"Iya-iya." Jesica langsung mengambil kuncinya.
****To be continue