Kenan baru saja pulang dari kantornya berharap kemarahan Jesica sudah mereda. Ia membuka perlahan pintu kamar dan tak ada siapapun disana. Ia kembali ke bawah dan mencari mertuanya.
"Mah..Sica udah pulang?"
"Belum Ken daritadi." Ibunya yang sedang berada di dapur langsung memperhatikan Kenan yang mulai mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Jesica namun tak ada jawaban dibalik telepon. Ken sedikit khawatir karena dari pagi sampe malam Jesica belum juga kembali. Dia ingin menelpon sahabat-sahabat Jesica tapi jelas yang ada dia akan diomeli atau paling parah mereka tak mengatakan Jesica dimana.
"Papah tahu dimana..." Ayahnya langsung berbicara ketika melihat menantunya sedikit panik.
"Dimana pah?"
"Papah aja yang anterin kamu, nanti pulangnya kamu bawa mobil papah yang dibawa Sica."
"Iya pah.." Kenan dan mertuanya segera pergi ke tempat dimana Jesica berada.
"Sebenarnya ada apa sih Ken?sampe Sica marah banget?"
"Salah paham aja kok pah, Ken udah minta maaf tapi Sica nya aja masih marah."
"Kebiasaan dia gitu."
"Ken paling sebel kalo Jesica marah terus pergi, masalahnya suka susah dihubungi bikin orang rumah khawatir."
"Lagi cari perhatian tuh dia kayanya." Mertuanya sambil tersenyum.
"Kenapa papah bisa tahu Jesica dimana?".
"Tahulah, mobil papah kan canggih." Mertuanya sambil senyum-senyum penuh arti membuat Kenan bingung apakah ini jawaban sesungguhnya atau hanya candaan. Mereka pun mengobrol sepanjang perjalanan hingga Kenan cukup hafal arah jalan yang dilalui mertuanya.
"Ini kan..."
"Dia di restorannya, dia udah seharian keluar mungkin hatinya udah tenang coba kamu bujuk pelan-pelan." Mertuanya memberi nasihat sebelum menurunkan Kenan.
"Iya pak, Ken masuk dulu ya." Kenan lalu keluar dan mobilnya dan bergegas masuk ke restorannya.
"Jesica mana?" Tanya Kenan pada salah satu pekerja disana.
"Di kantornya pak."
"Makasih." Kenan segera masuk ke dalam menuju ruang kerja Jesica. Dia mengetuk pintu namun tak ada jawaban disana hingga dia memberanikan diri untuk masuk. Pintu terbuka dan tampak Jesica sedang tertidur di sofa. Kenan melangkah dengan hati-hati menuju meja dekat sofa itu. Dia duduk disana dan menatap Jesica lekat.
"Kayanya Mas bikin kamu nangis." Kenan mengusap lembut pipi Istrinya dan karena gerakan itu Jesica terbangun. Jesica yang tahu itu tangan Kenan segera menepisnya dan duduk.
"Kenapa Mas disini?"
"Mau ngajak kamu pulang."
"Iya nanti aku pulang, Mas duluan aja."
"Justru Mas mau numpang, Mas ga bawa mobil."
"Naik taksi aja." Jesica segera berdiri dan melangkah menjauh dari Kenan.
"Udah cukup." Kenan lalu menaikan Jesica untuk duduk di meja kerjanya sementara dia langsung berdiri tepat dihadapan Jesica dengan tangan mengunci kiri dan kanan agar istrinya itu tak bisa turun.
"Maafin Mas sayang, Maaf. Jangan kaya gini, kasian dedenya."
"Mas yang ga kasian sama dedenya, seenaknya aja ngomong selingkuh."
"Mas sayang kamu, ga mungkin Mas selingkuh."
"Terus kemarin kenapa Mas bilang Mas sempet tertarik juga sama cewek lain?itu udah niat loh Mas."
"Sayang rasa tertarik yang Mas maksud tuh bukan yang kamu bayangin ini tuh kaya..kaya kamu yang suka nonton drama terus seneng liat oppa-oppa nya. Kamu juga suka muji mereka ganteng atau apakan. Ya sebatas itu."
"Bohong! Kalo sebatas itu ga mungkin Mas cuekin aku."
"Kalo cuekin mungkin karena kerjaan juga, Mas rencananya mau ngambil libur lagi sayang, pingin babymoon sama kamu."
"Tega banget sih Mas sama aku kaya gitu." Jesica mulai meneteskan air matanya sambil memegang perutnya.
"Iya Maaf sayang."
"Aku ga ngelarang kok Mas mau marah sama aku kalo aku salah, aku juga ga minta dimanjain terus. Aku ga mau Mas nahan-nahan apapun." Jesica mulai mengeluarkan isi hatinya seolah membalas perkataan Kenan semalam.
"Iya Mas ga tau, Mas kira kamu ga suka Mas kaya gitu."
"Makannya Mas ada apa-apa bilang dong."
"Mulai sekarang kita benerin komunikasi kita ya, Mas ga mau ada salah paham lagi. Mas marah pun bukan berarti Mas ga suka manjain kamu. Mas seneng manjain kamu tapi ga di semua hal ka." Kenan lembut sambil mengusap air mata Jesica.
"Kamu maafin Mas ga?hm..?"
"Iya aku juga minta maaf bikin Mas jadi harus kaya gitu." Jesica lalu memeluk Kenan yang artinya dia sudah luluh.
"Udah jangan nangis.",
"Siapa cewek yang Mas taksir itu?"
"Engga, bahasanya jangan naksir Mas ga naksir."
"Ya siapa?"
"Dinda."
"Dinda?"
"Itu yang kamu sempet marah karena kita mau ke cafe nya."
"Oh dia.."
"Mas masih ada urusan sama dia?selesain dulu."
"Engga ada urusan apapun sama dia."
"Bener ya, Awas kalo masih penasaran. Ini yang terakhir kali Mas. Besok-besok Mas mau nangis-nangis darah pun aku ga peduli mending aku sama anak aku."
"Iya sayang tapi Mas beneran ga selingkuh. Dinda sama Mas temenan."
"Tetep aja Mas masih suka lirik-lirik."
"Sekarang cuman lirik kamu."
"Berarti kemarin-kemarin lirik orang lain?"
"Tuh mulai kan, engga semuanya itu jadi kebalikan sayang."
"Janji ya Mas."
"Janji sayang tapi Mas juga minta mulai sekarang jangan semuanya diceritain kesahabat-sahabat kamu. Cerita soal rumah tangga kita. Boleh tapi ada batasannya sayang."
"Mas juga suka cerita kan ke sahabat Mas?"
"Iya Mas juga salah, Mas bakalan batasin mana cerita yang boleh dikasih tahu ke orang sama yang engga. Mas janji."
"Pulang yuk, papah sama mamah nungguin."
"Mas udah makan belum?" Jesica melepaskan pelukannya.
"Gimana Mas mau makan kamunya gini. Kamu udah?"
"Aku ga selera makan."
"Makan dong, ini anaknya lapar sayang. "
"Kalo gitu aku pingin nasi kuning Mas."
"Mau Mas cariin sayang?"
"Dimana yang jual malem-malem gini."
"Coba Mas searching dulu." Kenan mulai mengambil ponselnya dari mencari penjual nasi kuning namun memang tak ada yang berjualan di tengah malam seperti ini.
"Ada ga?"
"Belum nemu nih Mas."
"Tuh kan ga ada."
"Ya udah Mas cari aja keluar. Hm?biar dedenya mau makan."
"Ga usah besok pagi aja ga papa aku cari ke depan komplek."
"Terus mau makan apa sekarang?"
"Aku pingin Mas..."
"Mas...?" Kenan menaikan alisnya.
"Iya..." Jesica perlahan memainkan jarinya dikemeja Kenan dan sekarang melepas satu kancingnya.
"Sayang ini di kantor kamu loh."
"Ya terus kenapa?"
"Ga enaklah."
"Jadi mau nolak lagi?"
"Bukan nolak sayang, ya kira-kira aja disini kalo ada karyawan kamu gimana?"
"Ya kunci pintunya."
"Mas lebih seneng kita ke hotel aja."
"Kenapa mesti ke hotel?"
"Supaya kamu desahnya bebas kalo dirumah engga enak sama papah sama mamah." Bisik Kenan ditelinga Jesica.
"Kalo gitu tinggal pulang aja kerumah, ga ada siapa-siapa juga."
"Mas pingin cari suasana baru aja, udah lamakan kita ga gitu. Makannya kamu makan dulu supaya tenaganya ada." Kenan menggoda dengan menciun pipi jesica.
****To be continue