Chapter 2 - 2

Happy reading.

****

Setelah beberapa hari libur sekolah, akhirnya hari ini ia pun mulai kembali ke sekolah.

Clara baru saja masuk ke halaman sekolah, namun ia langkahnya harus terhenti saat seorang laki-laki menghampirinya.

"Pagi Clara..!!" sapa laki-laki itu kepada Clara.

"Pagi..!!" sahut Clara.

"Lo mau kekelas?"

Clara hanya manggut pelan.

"Ya udah kalo gitu kita bareng aja ya." seru laki-laki itu, yang baru saja berhasil memberikan tawaran kepada Clara.

"Okey."

Mereka melanjutkan perjalanan menuju ke kelas. Clara langsung duduk di bangkunya, ia mengeluarkan buku pelajaran karena proses belajar sudah dimulai.

Setelah 1 jam berlalu, lonceng berbunyi. Clara bergegas menuju kantin. Ia duduk di meja kosong.

"Ini gue bawa pesenan loh." ucap laki-laki yang bersama ia tadi baru saja datang sambil membawa makanan yang sedikit kerepotan.

"Kok loh sih? Yaampun gue jadi ngerepotin loh nih." ucap Clara.

"Gak papa, gue ikhlas kok." laki-laki itu tersenyum. Ia langsung menyantap makanan miliknya.

"Oh ya yang lain mana? Biasanya loh kekantinnya bertiga.! Dari tadi gue gak liat temen-temen loh." tanya Clara.

"Gak tau tuh, kayaknya mereka gak masuk deh. Dari tadi pagi gak ada yang nyamperin gue di kelas."

"Oh..!!" gumam Clara.

*****

Kini Clara sudah memasuki halaman rumahnya, ia menutupi kembali gerbang rumahnya. Lalu berjalan dengan gerakan lemas menuju kamar. Ia pun melepaskan seragam sekolah dam di lempar ke sembaramg tempat, tersisa tanktop putih serta celana pendek, ia kemudian duduk di meja belajar. Ia membuka semua buku dari dalam tas. Sepertinya ia harus fokus mengerjakan tugas-tugas dari sekolah.

Matanya tak kuat lagi menahan rasa lelah, akhirnya ia membaringkan kepalanya di atas meja, dengan bolpoin yang masih tersisa di tangannya.

Hari sudah menunjukan pukul 7 malam.

Tookk...Tookk..

Suara ketukan pintu membuat Clara harus terbangun, ia mendogak kepala lalu beranjak dari duduk nya, melangkahkan kakinya untuk membuka pintu.

"Makan malam dulu yuk sayang, bunda tunggu di meja makan ya." ucap Dewi sambil mengusap kepala anaknya.

"Iya bun, bentar aku turun. Aku mau ganti baju dulu." ucap Clara.

Sudah 5 menit, akhirnya ia pun turun ke meja makan. Ia langsung duduk di bangku tempat biasa ia duduk.

"Lemes banget sih anak ayah." ucap ayah Clara.

"Iya Yah, Clara baru bangun." sahut Clara sambil menguap.

"Kamu mau yang mana?" tanya mama Clara sambil melihat semua menu makanan di meja makan. Lalu ia memasukkan nasi ke dalam piring Clara.

"Yang itu aja deh bun." gumam Clara sambil menunjukan salah satu menu makanan.

Bunda Clara menyendok beberapa menu ke piring Clara, kemudian ia duduk samping Clara.

"Sayang, ayah mau ngomong sesuatu sama kamu." ucap Fadil, yang menyudahi sejenak menyantap makanan.

"Mau ngomong apa yah?" tanya Clara balik.

"Alhamdulilah, berkat kerja keras dan ketekunan ayah selama ini. Bisnis kita di beberapa daerah itu berkembang sangat pesat. Salahnya satu bisnis ayah yang ada di bandung, jadi ayah mutuskan kita akan pindah ke bandung. Karena bisnis ayah yang ada di sana cukup besar, jadi tidak mungkin ayah hanya mengandalkan karyawan untuk mengurusnya."

"Pindah yah?" tanya Clara kaget, ia menghelai nafas berat. "Kalo kita pindah, berarti Clara juga pindah sekolah dong? Ih Clara gak mau yah, Clara kan udah betah disini, nanti di sekolah yang baru, Clara harus menjalani lingkungan baru. Gak mau ah." jelas Clara, ia menarik sudut bibirnya. Sepertinya ia keberatan jika pindah sekolah ke bandung. Karena ia sudah sangat nyaman dengan sekolahnya yang sekarang.

Meskipun ia dikenal cewek yang sedikit pendiam, tapi tetap saja ia keberatan harus mengulang dengan lingkungan baru.

"Keputusan ayah sudah bulat, kita akan pindah ke bandung." ucap Ayah keras.

Clara menatap ayahnya tajam, ia mendadak menyudahi makanan malam dan pergi ke rooftop.

"Ayah, sebaiknya di pikir-pikir lagi deh keputusan ayah buat kita pindah ke bandung. Kasihan kan Clara, terganggu sekolahnya kalo pindah." jelas Dewi yang sedang membereskan sisa makanan di atas meja makan.

Fadil kembali ke ruang kerja, sedangkan Dewi menyusul Clara di rooftop.

Dewi menjelaskan kepada Clara, agar anaknya mengerti dengan kondisi ayahnya. Ia coba menenangkan Clara dan memberi pengertian. Setelah panjang lebar ia berusaha memberikan penjelasan kepada anaknya. Kemudian ia pergi meninggalkan Clara. Dewi adalah mama Clara, berusia 34 tahun. Dengan usia yang masih sangat muda, sehingga keduanya selalu dianggap adik kakak. Sedangkan Fadil, adalah ayah dari Clara, usia masih sangat muda 36 tahun.

Clara adalah anak tunggal, gadis ceria, pintar dan sedikit pendiam. Ia sangat merasa bosan jika sedang berada dirumah.

Akhirnya Clara memutuskan untuk keluar rumah mencari udara segar. Ia berjalan menyelusuri trotoar, menikmati cahaya lampu di malam hari serta indahnya bintang. Membuat pikirannya sedikit lebih tenang. Bukan itu saja, ia juga di temani oleh salah satu teman sekolahnya.

Setelah berbincang singkat dengan temannya, akhirnya Clara memutuskan untuk pulang. Sampai dirumah ia menemukan Fadil yang sudah menunggunya di ruang tengah. Sepertinya Clara masih marah terhadap ayahnya, ia memalingkan muka dan bergegas masuk ke kamar.

Fadil mengejar Clara, namun pintu kamar Clara sudah terkunci. Sehingga ia sulit untuk berbicara kepada anaknya.

Menghelai nafas berat. "Maafin ayah sayang. Ayah sudah ngomong keras sama kamu. Tapi ayah terpaksa melakukan ini demi masa depan kamu juga.

Clara yang sedang berdiri dibalik pintu, mendengar semua perkataan Fadil. "Aku udah maafin ayah. Ini udah malem, Clara mau tidur dulu." sahut Clara dibalik pintu kamar.

Fadil membalikkan badannya dan pergi dari depan pintu kamar Clara.

******

Clara berjalan keluar dari gerbang sekolah, sangat ramai dengan siswa Tunas Bangsa yang sedang sibuk menunggu angkutan, jemputan serta kendaraan lainnya yang akan membawa mereka pulang dengan selamat. Seperti Clara sekarang.

Sebuah motor yang tiba-tiba berhenti tepat di depan Clara. "Loh mau pulang, biar gue anterin." ucap laki-laki diatas motor itu.

Clara sangat mengenal suara ini, ia mengangkat kepalanya melihat wajah pemilik wajah tersebut. Ia terdiam sebentar.

"Ayo." ajak laki-laki yang sudah tak sabar.

"Gak papa nih?" tanya Clara lagi.

"Iya. Ayo naik."

Clara segera menarik helm yang berada dibelakang motor dan memakainya.

Laki-laki itu melajukan motornya meninggalkan sekolah yang masih ramai dengan warga yang juga ingin cepat-cepat pulang.

Clara turun dari motor laki-laki itu, mengembalikan helm yang sudah ia lepaskan beberapa detik yang lalu.

Laki-laki itu mengaitkan helmnya, ia menatap wajah Clara.

"Makasih ya." ucap Clara.

"Iya sama-sama. Gue pulang dulu ya."

Laki-laki itu menyalakan mesin motor dan siap beranjak dari tempat itu.

****