Vino membawa istrinya keluar dari cafe itu menyisakan tatapan kecewa, jengkel, kesal, iri, dengki. Berbaur jadi satu dalam jiwa dan raga keluarga kaya (di kampung) di belakang sana, selain tatapan marah juga ada sepasang mata yang tak mengerti dengan apa yang baru aja terjadi. Ini sebenarnya ada apa sih!
"ma, siapa orang tadi?" tanya Dion pada Tina dengan raut wajah super penasaran. Sejak kapan Vira membiarkan pria lain menyentuh tubuhnya selain dia! Dion sulit percaya.
"ck, itu tuh cowok, calon suami ade mu!!"
"Siapa?"
"Ya, pria tampan, kaya, keren tadi!" Tunjuk Tina ke arah Vira dan Vino yang udah menghilang.
"tapi, direbut sama si anak sialan itu, kan jengkel!" hardik Tina dengan wajah setannya, Dion semakin ga ngerti dengan semua ini. Ko jadi gini sih! sementara Lisa memasang raut wajah minta di kasihani..
"Iya ka, hiks.." ujar Lisa melas. Dion mentautkan alis dengan wajah heran.
"Jadi--" Lisa dan Tina kompak mengangguk.
Pasti Abang gue marah nih. Pasti jengkel nih. Pasti belain gue nih! Batin Lisa penuh harap.
"Jadi, itu suami Vira!" Ketus Dion masih ga mau percaya. Tina mengangguk dengan wajah, yaiyalah.
"Iya, katanya mereka dah nikah!" Lanjut Tina.
"Ko bisa si ma! Kenapa Vira bisa nikah sama dia! Bohongkan!" Lisa memanyunkan bibir.
"Lu kenapa si bang! Lu harusnya kesel sama Vira. Dia tuh brengsek emang!" Umat Lisa melipat tangan di dada.
"Ga, ini ko jadi gini sih! Gimana ceritanya Vira bisa nikah sama cowok itu!" Dion masih berusaha mencari titik terang untuk hatinya yang gelap. Lisa menjangkau lengan Dion, tapi abangnya itu menepis.
"Bang dengerin gue. Vira yang jual murah sama vino. Gue yakin dia ngerayau vino pake badannyA, biar bisa di nikahin sama vino!" Dion menatap Lisa dengan sorot mata ga percaya. Vira yang dia kenal bukan gadis obralan seperti yang Lisa ucapkan.
"Ga mungkin. Darimana Vira tau vino. Kenapa dia ada disini. Kenapa ga ada yang ngabarin gue?" Tantang Dion minta penjelasan. Lisa jadi salah tingkah karena cecaran pertanyaan abangnya.
"Ya.. ya, mana gue, gue tau!" Sambil melengos Lisa membuang muka. Sumpah ya Lisa! Tukang provokator.
"Ma.." Dion beralih ke arah Tina yang sibuk makan.
"Apa?"
"Ko mama ga kabari Dion kalau Vira sudah disini?"
"Ya, karena mama ga mau ada yang ganggu kuliah kamu, mama ga mau ada yang ngebebani kamu loh nak"
"Tapi, mama taukan. Dion udah anggap Vira saudara sendiri.." balas Dion meminta perhatian emaknya, tapi tu emak masih sibuk aja menyuap tanpa beralih dari piring di depan matanya.
"Ma, mama taukan. Aku sama Vira udah dekat dan saling--"
"Saling demen gitu.." gumam Lisa mendelik jengkel. Dion melirik sesaat lalu membesarkan mata kesal.
"Jangan ikut campur!" Gusar Dion berbisik.
"Udah ya, sekarang tuh gimana caranya supaya tuh cowok balik ke Lisa, terserah deh kalau Vira. Mamah ga mau urus! Cape urus anak itu.." kesal Tina menunjuk asal. Dia masih terlihat emosi.
"Berani beranian dia tuh, jual diri sama vino! Sialan emang!"
"Maa.." Dion masih membela Vira.
"Dion! Mama ga mau ya, kamu terus terusan ngelindungin dia. Dia tuh ga tau diri!" Ketus Tina penuh amarah.
"Maa.." Tina menggeleng cepat, tidak ada alasan apapun untuk dia membela Vira. Di mata Tina, vira selalu salah.
Seorang pria berbadan bongsor lengkap dengan setelan resmi dan kacamata hitam menghampiri meja Tina dan kedua putra putrinya. Jek melebarkan senyum lebar. Bukan terpesona malah membuat Tina vs terperangah heran. Jek mengambil kursi dan turut bergabung.
"Siapa??" Tanya Lisa berbisik pada Tina. Mamaknya itu menggeleng dengan raut wajah bingung. "Entah.." balas Tina berbisik juga.
Jek menjentikkan jari sambil melipat kaki. raut wajah mereka bertiga. Tina, Dion dan Lisa berubah semakin bingung. Pertama bingung dengan kehadiran orang asing berpenampilan bak anak buah mafia di sini, dan yang kedua, apa apaan itu. Beberapa orang pelayan berbaris rapi
"Mm.. maaf om. Kayaknya om salah meja" ujar Lisa dengan senyum menawan dan ramah, tapi Jek tak peduli. Lisa melirik Tina, sepertinya senyum ceria dan wajah cantik Lisa tak menarik perhatian si pria berbadan bongsor itu.
"Geser.. biar mamak yang turun tangan!" Ujar Tina membuat Lisa bangkit dari kursi dan membiarkan Tina menukar kursi mereka. Tina menoel bahu Jek.
"Paaakk.." suara Tina dibuat selembut mungkin.
"Bapak sepertinya salah tempat pak.." seorang pelayan menepikan hidangan di nampan pertama. Membuat mata Tina membulat. Baru nampan pertama aja udah berapa piring?
"Pak, benaran bapak salah tempat! Kami ga kenal bapak! Dan ini bukan pesanan kami pak!!" Tina mulai panik dengan wajah naik turun melihat hidangan yang terus turun dari nampan tanpa henti
"Alamaaak" gusar Tina tak paham.
" ka, kami tidak pesan itu.. " ujar Lisa ikut ikutan dengan wajah bingungnya, kedua tangan wanita itu terus saja menolak tiap hidangan yang turun di meja, tapi pelayan mana peduli.
" banyak sekaliii... " mata Lisa melotot tak percaya dengan meja yang penuh oleh makanan menu khas cafe ini, tangan gadis itu tergiur untuk segera mencicipi, tapi klepakan keras telapak Tina menghentikannya dengan raut wajah manyun. " ish.. mam..kali aja dia yang traktirkan.. " keluhnya kecewa. Tina semakin melotot. Sementara Dion meneliti gerak gerik mencurigakan Jek. Pengen belain mamaknya tapi melihat tampilan Kel, mikir lagi. Dion lebih memilih diam aja deh biar aman.
" pelayan kami tidak pesan ini semua, anda salah meja sepertinya " ujar Tina dengan wajah sok ramahnya pada pelayan yang terus saja cuek menambah hidangan di hadapan mereka, seorang pelayan melirik ke arah Jek yang kini sudah berdiri tegap dengan wajah sangar nya. Tina mencoba tersenyum pada Jek tapi tak mendapat respon membuat ibu itu gentar dan takut
" pak.. sepertinya bapak salah tempat " dengan hati hati Tina mencoba mengajak Jek bicara lagi tapi pria seram itu malah menaikkan sebelah alisnya membuat Tina dan Lisa sontak memundurkan badan ngeri. Tina melirik putranya yang dari tadi cuma diam aja udah kaya anjing ompong. Dion hanya bisa menggeleng lemah, pria itu melirik tali name tag Jek yang sedikit terurai dari dalam sakunya. PT Bangun raya pertama.. Dion tahu betul perusahaan itu. Dia lebih memilih diam. Apa hubungan pria ini dengan perusahaan yang secara sepihak memutuskan beasiswa pendidikan dirinya! Dion tak henti berpikir. Ditambah lagi kejadian ini, dia semakin tak mengerti dengan semua yang terjadi di hadapannya saat ini. Ada apa sebenarnya?
Jek membalikkan badan dan pergi dari meja itu begitu saja. Tanpa sepatah kata apalagi segepok uang.
"hei, heeeii !! "
"paaakkk !! " Tina dan Lisa kompak mencoba memanggil dan menghentikan langkah Jek, tapi pria itu melangkah cepat dan tegap tanpa peduli sedikitpun. Dion cuma melirik sekilas.
"Mam, ini gimana?" Tanya Lisa galau. Tina juga sama.
"Mana mamak tau Lis, kenapa si orang tadi! Heran mamak!"
"Maa.. terus siapa yang bayar?"
"Mana mamak tahu!" Lisa dan Tina berdiskusi dengan berbisik dan wajah panik.
" silahkan nyonya, ini tagihannya.. " Tina meraut kesal merebut buku bon di tangan pelayan, matanya langsung membesar dua kali lipat seperti akan keluar kalau bukan karena Lisa dan Dion yang mencoba menenangkan. mungkin tina sudah kejang kejang dengan mulut berbusa melihat tagihan meja mereka. Lisa mengambil alih buku bon.
"gilaaaaaa!!! " kompak Dion dan Lisa terkejut!
"Tabungan naek haji mamak bisa abis…" lirih Tina putus asa..
***
minta batu kuasanya Kaka cantik.. Kaka keren tampan dan baik hati..
minta review bintang 5 nya juga Kaka Kaka semua
minta koreksi typo dan bagian ga jelasnya dengan komen di paragraf komentar, blok aja katanya terus tulis deh apa aja. caci maki saran kritik semua aku terima ko, apalagi kalo ada yang mau kasih trf duit.. terimaaaa banget.. hehe canda...
_____