Tangan bi Tina mengambil semangkuk mie kuah panas dari nampan pelayan dan meletakkan di depan kursi kosong, kepala wanita separuh baya itu memberi kode supaya Vira segera mengambil duduk nya
Vira berdecak kesal, dia ga pernah percaya jika perlakuan dua nenek sihit. Mana pernah mereka tulus melakukan hal baik walau sekecil apapun.
___
Vino sedang menikmati mie vegie nya dengan lahap, dia memang sangat lapar apalagi ditambah emosi, makanan semangkuk rasanya kurang, tapi dia harus menjaga tubuh nya yang ideal itu
suara gebrakan meja yang kencang membuat selera Vino menghilang
"Mereka harusnya memasang dinding kedap suara untuk private room!" Vino berdecak jengkel. Ah, etika orang di luar sana mengganggu selera makannya.
"Mereka bahkan membiarkan pintu transparan? Aku bisa melihat jelas dari sini!" dia memasang wajah tajamnya pada meja di seberang sana, sontak matanya menyipit, memfokuskan apa yang terjadi di seberang sana, sebenarnya dia ga begitu peduli sih, tapi..
mie yang menggantung di mulut Vino segera berjatuhan menyadari di depan sana ada Vira, ya itu Vira, itu jelas wanita yang membayang di pikirannya sepanjang hari ini !
" dia megang tangan istri gue ! " hardik Vino kesal, pria itu segera berdiri dan mengepalkan tangan, amarahnya semakin naik tapi tunggu dulu! Masih ada dua sosok wanita di sana, yang juga mencuri perhatian vino, what the hell! What happen Aya naon! mereka lagi ?!
" ayoo duduk ponakan bibi yang pintaar… cantik.. dan menggemaskan!! " ucap bi Tina dengan nada sumbang, dia mempersilahkan Vira duduk, bergabung di meja mereka.
walau wajahnya enggan tetap saja Vira ingin menghargai orang ini, bukan Lisa atau bi Tina, tapi kakak sepupu laki lakinya yang selalu baik dan selalu membantunya sejak dulu, dia adalah kak Deon, sifatnya sangat berbeda dari ibu atau adik nya itu. Vira merapikan rok belakangnya, dia akhirnya menerima tawaran bi Tina, gadis itu segera akan merebahkan diri di kursi.
bi Tina tersenyum sinis, kakinya menggeser kursi di belakang Vira hingga gadis itu terjungkal terduduk di lantai, sontak Lisa dan bi Tina tertawa cekikikan dengan puas. Vira menahan nafas kes, wajahnya merah padam antara marah dan malu.
" hahahaaaa.... syukur ! " hardik Lisa puas
" hahahahaaa... ati ati dong sayang " ucap bi Tina dengan wajah munafik nya
Deon segera bangkit dengan wajah terkejut, dia segera mengulurkan tangan ingin membantu Vira, gadis itu tertunduk malu dan menahan geram, tangannya mencengkram lantai dengan kesal. Ya Tuhan, kenapa mereka masih aja idup! Pengen rasanya nyari dukun terbaik dan nyantet mereka Ampe mati! Gerutu batin Vira gemas. Tapi sabar, Masi ada anaknya yang baik disini..
Vira meraih uluran tangan hangat di depannya, tangan itu segera menarik tubuh Vira dengan cukup tenaga, gadis itu sempat terperanjat dan mengangkat kepala terkejut.
Vino! Batin Vira tak percaya
matanya segera membesar melihat wajah Vino di belakang punggung Dion. Vino melangkah dan menepis genggaman tangan Dion kasar, pria itu segera mendekap bahu Vira hingga tubuh istrinya masuk ke dalam pelukannya. Dia mencengkeram bahu Vira kencang, dia memeluk gadisnya dengan penuh perlindungan, wajahnya jelas menegang. Berani sekali recehan ini, membuat onar!
Lisa dan bi Tina sontak berdiri seketika, kenapa ada pria ini, disini!! seru batin keduanya was was. Mampusss.. mampuss.. Lisa merapatkan diri di samping Tina dengan wajah takut, sama halnya dengan induk semangnya. Keduanya merubah air wajah kontras. Kalau tadi bengis kejam dan menyebalkan, sekarang panik cemas takut dah kayak kucing kecebur got.
Dion meneliti dengan wajah heran Tina dan Lisa. Dan satu lagi. Dion menatap wajah asing vino, dia ga paham kenapa lelaki ini bisa memeluk Vira di hadapan banyak orang, dia juga gak percaya Vira hanya diam dan pasrah saja, yaiyalah orang lakinya Dion! gadis itu biasanya selalu berontak dengan skinship yang begitu dekat seperti saat ini, kecuali dengan Dion. Kemana keistimewaan yang selama ini hanya Dion yang merasakan? Dion seketika protes di dalam hati.
Deo mengeryit heran dan kesal, wajahnya jelas tak bisa terima. Iyalah, saingan baru lagi.
"Ma, maaf nak vino. Mama ga sengaja tadi. Yakan Virr.." Tina gugup dan meminta pembelaan Vira.
"Iya kang, maaf ya.. mama ga sengaja. Niat mama baik ko, mau ajak Vira makan bareng.." Lisa ikut ikutan membela Tina dengan wajah memelas menuntut iba vino. "Tuh, bahkan mama Uda pesan mie buat Vira!" Tunjuk Lisa pada mangkuk panas mie.
"Oh ya!" Dengus vino.
Tina dan Lisa mengangguk cepat. Pria itu mengambil sendok dan mengaduk aduk mangkuk mie. Dia menemukan satu benda berkilau disana. Mata Tina seketika membesar mendapati cincin emas berkarat karatnya ada di dalam mangkuk. Mak Mak rempong itu segera mengambil cincin dengan berat mungkin bisa mencapai satu ons saking tebelnya itu emas. Maklum holang kayah versi kampung. Juragan tanah, kopi, lada, karet, cengkeh, dan lain lain, kalau disebutkan bisa habis satu halaman.
Vira berdecak kesal dengan muka muak pengen muntah. Belum juga makan udah mau keluar aja yang di dalam perut.
Tina menyibakkan tangan dengan wajah meringis. Tepat sekali dugaan vira. Pasti selalu aja ada alasan di setiap perbuatan baik bi Tina, dari dulu tuh, ga pernah ada niat mau berubah. Ga capek apa!
"Panaass.. panasss.." suara bi Tina lirih. Dengan segera dia menaruh cincin nya di meja, dia mencelupkan jarinya ke gelas minuman dingin. Rasain kan!
"Kapan kapan mami naro itu cincin di mangkuk?" Bisik Lisa bingung dengan kelakuan mamaknya yang selangkah lebih maju. Selangkah lebih licik, selangkah lebih julit.
"Hush" balas Tina memaksa putrinya tutup mulut.
Vino semakin murka. Dia mencoba menahan amarah yang udah sampai ke ubun ubun. Vino menekan tombol alat kecil di telinga nya
" Jek cepat bereskan semua yang ada di sini ! " perintah Vino dengan wajah tegang.
Vino menuntun Vira meninggalkan perusuh ga penting ini!
"Tunggu!" Dion berusaha menghentikan langkah vino dan Vira. Dia menahan lengan vino yang beralas jas dengan jahitan super rapi, dengan setrikaan super licin, dengan wangi parfum paling semriwing. Watch your hand man!
Sorot tajam mata vino menangkap cengkraman lancang Dion di lengannya. Seakan mengerti arti sorot ga suka itu, Dion melepaskan cengkeramannya dengan suka rela dan iklas.
"Maaf.. kalau boleh tahu. Kau siapa?" Tanya Dion.
Tina dan Lisa melongo di belakang sana. Lancang kau nak! Lancang! Gerutu hati Tina.
Vino melengos dan tak memberikan sepatah katapun. Dia meninggalkan restoran itu dengan Vira dalam rangkulannya.
Maaf ka Dion! Batin Vira merasa tak enak hati. Tapi dia juga ga mau balik lagi ke dalam sana, cuma untuk sekedar menjelaskan siapa pria tampan, keren dan punya sorot mata mematikan ini pada Dion. Mungkin lain waktu saja!
ibu dan kedua anaknya hanya bisa melongo menatap punggung Vira yang dirangkul oleh pria tampan yang penuh emosi itu, mereka meninggalkan ruang resto menuju parkiran di belakang sana. Vira melirik Vino dan tersenyum manis, pria itu membalas lirikan istrinya dan mengukir senyum yang ga kalah manis
" aku masih lapar, ayo kita makan di rumah " ucap Vino masih dengan rangkulan hangat tangannya yang enggan di lepas dari pundak Vira.
Istrinya mengangguk cepat. "Aku sudah memesan!" Vira mengangkat box makanan dalam kantong di tangannya. "Dan, aku ingin mengatakan. Suamiku keren!" Ujar Vira dengan senyum lebar. Ya, selama ini dia selalu sendiri menghadapi Tina dan Lisa, tapi sekarang ada vino bersama dirinya. Vira merasa sangat senang. Vino melengos sekali lagi.
"Ehem!" Pria itu berdehem entah seret karena belum minum atau..
Wajah vino memerah, dia merona malu mendapat pujian dari Vira.