Vino melajukan mobilnya dengan cepat, wajahnya masih tegang, dia segera mengambil parkir di kawasan butik elit langganannya dulu. Dia sudah membuang gold member VVIP jalur khusus ke tempat sampah. Mengingat perlakuan Hazel pada Vira dan mengingat jika pemilik butik ini adlaah Hazel dan wanita yang menjadi pasangan papanya.
matanya menatap tajam ke arah gedung serba putih itu, dia berpikir sekali lagi sambil memainkan bibir, sepertinya ada keraguan dalam tingkah nya kali ini. Haruskah dia masuk dan menarik lengan Vira? Memaksa istrinya pulang?
"haruskah aku turun dan memaksa Vira pulang?" tanya batin Vino, dia sering melakukan hal itu sebelumnya. Bertindak sesuka hati, melakukan hal yang memaksa istrinya. untunglah Vira bukan tipe wanita pemberontak jadi Vino masih bisa menyesuaikan sikap nya yang spontan dan tanpa pikir panjang itu tanpa bentrokan yang berarti. Tapi sekarang, rasanya vino ragu untuk bertingkah kasar dan mempermalukan istrinya. Entah bagaimana dia jadi berpikir lebih jauh sebelum mengambil langkah, dia memikirkan perasaan Vira.
" mmmhh... " Vino berusaha berpikir dari balik kemudi mobil.
pria itu semakin ragu ragu, dia menjentikkan jarinya beberapa kali di kemudi, matanya menatap orang yang keluar masuk butik mewah itu, setelah perdebatan batin panjang dan menghabiskan berapa banyak waktu disana Vino mengakhiri niatnya. dia menarik kesimpulan dan akan menunggu istrinya di rumah saja, begitulah pikir Vino. dia ingat bagaimana ceria wajah Vira ketika mendapatkan pekerjaan di sini, dia bercerita perihal pengalaman dan butik ternama. Rasanya vino tidak tega untuk menghancurkan mimpi indah istrinya itu. Oke, mungkin benar kata orang, pria jadi lemah karena wanita. Seperti vino kali ini. Egoisnya malah tumbang sendiri tanpa perlawanan.
" sepertinya dia menyukai pekerjaanya " ujar Vino dengan wajah datar. Dari depan butik mata nya pindah melirik layar ponsel, tak ada satupun pesan dari istrinya sore ini, ah. Padahal dia begitu menanti pesan singkat dari vira. Gadis itu terus saja membuat perasaannya resah, dengan cepat vino memutar kemudi, pria itu meninggalkan gedung dimana istrinya bekerja dengan kecewa. Dia tak dapat apa apa di sini.
" Jek kau boleh pulang.. " telepon Vino singkat dan merebahkan punggungnya di jok mobil. pria itu menatap jalanan dengan datar, perasaanya pun demikian datar, ayolah Vino.. Vira hanya bekerja disana, kenapa kau gamang sekali.
"Bagaimana aku akan tenang, dia bekerja dengan Hazel. Dengan Hazel!!" Ketus vino bicara sendiri dengan wajah kesal dan memainkan tangan lepas pada kemudi.
" cih perasaan apa ini ? " wajah Vino heran dengan perasaan aneh yang menyergap nya, dia segera memegang dadanya yang berayun tak jelas, apa ini yang dinamakan cinta? Apakah dia sangat mencintai Vira, apa ini yang dinamakan cinta? Banyak hal yang ingin vino ketahui dengan gamblang. Dimana dia bisa melakukan riset dan memahami apa itu cinta? Haruskah dia pergi ke perpustakaan dunia? Mengunjungi profesor, atau berkonsultasi pada psikolog? Cinta gabungan antara ilmu, logika dan mental yang tidak stabil. Vino menarik kesimpulan seperti itu, ternyata jatuh cinta itu sangat merepotkan.
" fiuuuh... " Dia menghela nafas panjang.
"Huuufft…" tarikan nafas Vino yang berat seolah menggambarkan perasaan cintanya yang berlebihan pada Vira, entah apa yang membuat dia begitu menyukai wanita biasa itu. Dia merasa menjadi orang yang lain karena Vira.
" entahlah, aku menyukai sikapnya yang apa adanya, mulutnya yang bicara jujur, dan omelannya itu.. dia mengingatkan ku pada mama " wajah datar Vino mengukir senyum tipis, di bayangannya terukir senyuman Vira dan wajah ceria nya, terkadang pertengkaran dan perdebatan kecil mereka, rasanya dia sangat merindukan gadis itu. Hati harinya yang biasa jadi lebih berwarna. Rutinitas monoton vino jadi lebih hidup.
Sebelumnya dia adalah pria kaku yang egois. Melewati hari dengan bangun, makan makanan sehat agar panjang umur, bekerja dengan baik agar uang menumpuk, dan tidur lelap. Vino terkekeh sendiri, dia merasa ada yang lucu di dalam dirinya. Ya, dia sudah tak peduli lagi dengan prinsip prinsip hidup yang selama ini dia perjuangkan.
" mungkin karena gue lapar ! " elak Vino, dia segera mencari cari tempat makan yang cocok dengan perut nya.
____
Hazel mendaratkan diri duduk di atas meja kerja Vira, dia melirik jam tangan, mereka sebentar lagi akan pulang, gadis itu spontan sedikit memundurkan badan sehingga bisa melihat jelas pria yang sangat dekat dengan posisinya saat ini. Ya, Vira agak canggung dengan perlakuan Hazel yang menyita perhatian pegawai lain.
" makan yuk ! " ajak Hazel dengan wajah ceria, dia berharap bisa makan malam dengan Vira. Sayang sekali. Vira melirik jam di ponselnya, sudah lewat sore hari, sepertinya dia harus bergegas pulang kerumah pasti suaminya sudah sampai duluan, pikir Vira
" mmm... gue harus cepet pulang, lain kali ya " balas Vira cepat sambil meraih tas nya di meja. Dia melempar senyum sekilas pada Hazel lalu meninggalkan bosnya. Dasar anak buah kurang akhlak. Vira melangkah cepat meninggalkan wajah Hazel yang tertawa getir
" dia sangat terburu buru sekali " batin Hazel kecewa
"Ya, dia sudah merindukan suaminya, mungkin.." bibir boleh senyum tapi dalam hati siapa yang tahu, Hazel tertawa getir dengan wajah murung.
Kenyataanya Vira memang harus cepat pulang, dia teringat dengan Vino, mungkin suaminya itu sudah pulang duluan. Dan Vira masih disini. Dia bahkan belum memikirkan menu apa yang harus dia hidangkan untuk makan malam nanti. Vira mempercepat langkah, dia harus mencari taksi, dia tak mau Vino menunggu nya lama. langkah cepat Vira berhenti, dia melirik ponselnya yang dari tadi sunyi, wajahnya seketika cemberut. Aish..
" dia ga nelpon sama sekali " gerutu Vira dengan wajah kesal. bagaimana pun walau kecewa tetap saja gadis itu mengkhawatirkan suaminya. Meski tak dapat satu pesan pun dari vino. Vira tetap bertekad akan menyiapkan makanan untuk suaminya itu.
"Lain kali dia setidaknya harus menanyakan apa aku sudah makan. Apa akau senang bekerja, apa aku perlu di jput!" Gerutu Vira penuh harap tapi bunyi perutnya yang lapar seketika menyadarkan bahwa dari siang dia belum bertemu nasi, lupakan dulu sejenak harapan harapan yang melambung tinggi, sekarang dia harus mengisi perut terlebih dahulu.
Vira menatap sekeliling di tepi jalan raya yang cukup lenggang, apa dia mencuri start jam pulang lebih dulu? Vira menggeleng, dan sebentar.. sebuah restoran dengan menu makanan sehat disana, tertulis juga menu untuk vegetarian dan diet. Sontak gadis itu tersenyum tipis, di kepalanya segera teringat menu andalan Vino. Tanpa berpikir panjang lagi dia segera masuk ke restoran yang cukup besar dan ramai pengunjung itu. Suasana restoran bergaya oriental dengan desain minimalis elegan. Vira melangkah masuk dengan wajah ceria, seceria pengalaman pertama di kantor hari ini. Begitu menyenangkan! Vira mengambil kursi, dia mulai meneliti daftar menu
" wah wah... liat nih! " suara menghardik muncul di belakang punggung Vira, awalnya dia cuek saja mungkin bukan tertuju pada nya, pikir Vira
" heh !! orang kaya baru yang songong ! "
BRUUK !!! sebuah tangan mengepal dan menghantam meja Vira dengan keras, gadis itu terperanjat kaget dalam duduk nya. Suara ini tidaklah asing! Vira berdecak kesal. Dia hampir saja beranjak dan melayangkan tinju kalau saja restoran ini sepi. Tapi karena ramai Vira cuma bisa mendengus kesal menahan nafasnya yang panas.
" aduh duh duh.. sakit " Lisa mengibas ngibas tangannya yang tadi menggebrak meja, wajahnya meringis sebentar dan kembali tersetel judes, Vira menatap malas mendapati dua wanita ini lagi, cih kenapa harus bertemu lagi sih! batin Vira kesal, dia segera bangkit dari duduknya dan meraih tas untuk pergi. Lebih baik menghindari orang gila daripada jadi ikutan gila!
tapi..
sebuah tangan kekar meraih telapak nya dan menghentikan langkah cepat Vira yang menghindari dua wanita berwajah mirip manusia ini. Vira perlahan membalikkan badan dan menaikan wajah, menatap si pemilik telapak tangan hangat yang menahan lengannya layaknya adegan ala ala film Bollywood.
seorang pria dengan senyum manis miliknya, wajah yang selalu ramah dan menghangatkan hati Vira. Wajah yang tak pernah berubah.
" kakaak... " gumam Vira ga percaya, hingga dia mengucek mata dan sosok itu masih sama berdiri di hadapan nya. Ini beneran! Bukan halu?
Lisa menepis kedua tangan yang bersentuhan lama dengan kasar dan wajah jengkel. Dia tak menyukai hubungan dekat dua manusia ini sejak dulu.
" eh apa apaan sih ! ayoo kak duduk " pinta Lisa memaksa pundak pria itu, dia mendorong lelaki itu untuk segera duduk di kursi meninggalkan Elfira
"Inget kita kesini untuk makan!! Mam bahkan mengeluarkan ekstra budget supaya kita bisa makan enak disini!" Gerutu Lisa mengingatkan kakaknya.
Vira cuma bisa mematung, dia ga percaya bisa melihat sosok sepupu baiknya itu di sini, bukankah kakak nya ini sedang di luar negeri, bingung batin Vira
" Vira ayo duduk.. " pinta sang kakak dengan ramah, wajah bengong Vira mendadak jadi bingung, dia tidak akan bergabung bersama mereka tapi keramahan si kakak yang tak pernah berubah membuat tingkah Vira jadi serba salah
" mmm... a, aku harus pergi ka " jawab Vira ragu. Lisa mendelik kesal tapi bi Tina malah memasang senyuman manis
" kau makan dulu lah, liat badan mu kurus begitu, apa suami mu ga kasi makan enak ! " ujar bi Tina dengan nada khas nya yang menyebalkan, Vira memasang sorot mata panas