Hazel segera bangun dari kursi begitu melihat kedatangan Vira, dia sudah menunggu dari tadi. Akhirnya datang juga! Ga usah nunggu lagi, Hazel langsung menghampiri Vira, meraih tas temannya itu dan menaruh di meja Vira. Tumben banget Hazel! Membuat Vira menatap heran.
Belum juga Vira mengajukan pertanyaan. Hazel sudah mendahului.
"Ko ga masuk sih kemaren?" mata Hazel memperhatikan wajah lelah Vira.
"Lu kenapa? Ko kantung mata lu keliatan banget?" entah cuma kepo atau memang perhatian yang pasti Vira tidak menyangkal. Dia malah merebahkan kepala di meja. Hazel semakin heran. Dia mendekati posisi wajah Vira.
"Apa masalah lu sama Vino, belum selesai?" tanya Hazel dengan nada rendah tapi di hatinya menyimpan ke ingin tahun yang amat tinggi. Kontras sama nada bicaranya.
Vira mengangkat wajah dengan enggan. Sebenernya sih kalau mau jujur, dia udah ga ada masalah sama Vino secara personal. Tapi.. Vira menatap wajah penasaran Hazel dengan tatapan sayu. Dia mengantuk.
"Gue tuh ga bisa tidur!" ujar Vira mengejutkan Hazel.
"Kenapa?"
"Ya, karena--" tunggu! Vira ga harus menceritakan semua masalah dalam rumah tangganya pada Hazel. Dia menggeleng mengurungkan kalimat yang sudah di ujung lidah. Ya, malah bikin Hazel tambah penasaran deh.
"Karena apa!"
"Karena, gue ga bisa tidur!" jawab Vire ngeles kayak bajaj. Hazel berdecak kesal, kayaknya bukan itu doang deh, Vira pasti menyimpan alasan lain.
" apa semuanya gara-gara vino?" Tepat sekali! Rasanya Vira ingin menyambar kalimat Hazel, tapi untunglah dia masih bisa menjaga bibirnya. Tetap pada pendirian, dia tak akan menceritakan semua urusan keluarganya. Dua malam yang lalu Hazel sudah banyak mendengar ceritanya.
Tapi kali ini masalahnya lain, mereka tidak sedang dalam pertengkaran ataupun perdebatan. Vira dan Vino sudah damai. Karena damai itu indah dan menenangkan. Tapi masalahnya adalah. Vira harus menemani Vino tidur semalaman. Yang ada dia ga bisa menutup mata, melainkan cuma bisa memastikan diri kalau dia belum mati, karena semalam suntuk jantungnya kerja rodi kayak jaman penjajahan jepang. Vino memeluknya sepanjang malam.
"Kayaknya hubungan lu sama Vino tuh butuh penyegaran!" Vira mentautkan alis mendengar ucapan Hazel, maksud lo?
"Maksudnya gimana?" tanya Vira heran.
"Ya, gue liat lu bedua tuh masih pada aneh! Butuh dukungan lebih gitu loh, gimana ya, chemistry lu bedua tuh masih gawat!" apaan sih Hazel. Yaiyalah Vira belum ada chemistry dengan Vino, orang pernikahannya aja kepaksa. Tanpa unsur cinta. Gimana mau menunjukkan pesona chemistry di depan banyak orang.
"Gimana kalau gue bantu!"
"Bantu apa!"
"Bantu hubungan lu sama Vino, biar tambah dekat dan.." Hazel memainkan alisnya menggoda Vira. Gadis itu sedikit menjauhkan diri, heran dengan tingkah ganjil Hazel.
"Apaan sih!" sergah Vira dengan wajah malu, Hazel jelas sedang menggodanya.
"Dengerin gue ya Vir. Cowok kaya Vino tuh pasti demen sama cewek high class yang elegan dan beraura.." Apa maksud kalimat barusan?
"Lu nyindir gue ya!" tunjuk Vira ke wajah Hazel kesal.
"Bukan gitu. Maksud gue tuh, ga ada salahnya kan kalau lu sebagai istri dia, bisa menyeimbangi sang suami.." Vira menyimak serius ucapan Hazel.
"Lu tau ga sih, ada banyak wanita di luar sana yang pasti ngiler liat Vino. Pasti doi banyak yang ngejar ngejar. Cuma aja doi ga pernah mau membuka diri"
"Ko lu tau banyak tentang Vino sih?" Vira bahkan kalah pemahaman tentang Vino di banding Hazel.
"Ya lah, gue sering baca profil dia di majalah bisnis. Lu baca ga?" Vira menggeleng.
"Gue justru ga kenal siapa dia!"
"Ko bisa? Terus kenapa lu sama Vino nikah?"
"Ya karena--" karena.. Vira menghindari tatapan mata berbinar Hazel yang sangat sangat penasaran.
"Karena, wayahna udah jodoh!" jawaban aman. Vira menghela nafas lega. Hampir saja dia kelepasan. Bisa gaswat kalau rahasia mereka terbongkar, mana belum dapat apa apa lagi! Bisa abis Vino, apa kata om Broto nanti.
Hazel mengangkat bahu, dia meraut wajah heran. Jodoh tapi belum saling mengenal. Jangan bilang! Hazel jadi curiga.
"Vira, jangan bilang lu sama Vino di jodohin!" Vira menggeleng.
"Lu kira jaman siti Nurbaya!"
"Atau lu bedua nikah kontrak!" Vira menarik sudut bibir, tertawa getir. Hampir mirip sih. Tapi ga pakai hitam di atas putih.
"Itu ide bagus!" jawab Vira ambigu, membuat Hazel bingung sendiri.
"Jadi lu bedua nikah kontrak apa ga?" ulang Hazel dengan nada merengek dan wajah penasaran.
"Apa sih Hazel! Lu kebanyakan nonton drama deh!" bantah Vira dengan wajah meyakinkan. "Gue sama Vino nikah karena, karena kita emang udah jodoh!"
"Lagian jaman sekarang tuh, mana ada si perjodohan!" ujar Vira yakin. Hazel menggeleng mendengar ucapan Vira.
"Jadi lu ga gau ya!"
"Ga tau apa?" Hazel menggelengkan kepala lagi, dia yakin seribu persen kalau Vira tidak pernah mendengar gosip panas keluarga Vino.
"Pasti lu ga gau deh."
"Ya apa!" gantian Vira yang penasaran.
"Sepengetahuan gue, keluarga Vino dari nyokap nya itu keturunan ningrat Eropa"
"Serius?" Entahlah antara takjub atau gak percaya, Vira sampai memutar badan mengikuti arah Hazel yang kembali ke kursinya di belakang punggung kursi Vira.
"Jadi kalangan agas itu ga mau putra putri mereka nikah sama sembarang orang.."
"Maksud lu, sembarang orang itu kaya gue?" tunjuk Vira pada dirinya dengan wajah polos, dan tanpa dosa Hazel justru mengangguk, oke siap!
"Nah jadi, si kalangan atas ini akan menjodohkan putra putri mereka dengan yang segolongan, sejak mereka masih kecil!"
"Hah!" Vira cuma bisa melongo tak percaya.
"Nah, sepengetahuan gue, Vino ini ada hubungan sama putri kerajaan Hamburg, suatu kota atau provinsi gitu, dan putri mereka itu udah di jodohkan sama Vino" Vira semakin tak paham. Ini ceritanya nyata atau dongeng sih, ko ada putri putri gitu. Ga paham aku tuh!
"Terus kalau dia udah di jodohin, kenapa dia nikah sama gue?" Hazel mengangkat bahu.
"Mana gue tahu, lu tanya lah sama Vino, jangan sama gue!" balas Hazel sedikit sewot.
"Ya kali, lu tau. Tapi serius, Vino dijodohkan sama seorang putri kerajaan gitu?" Hazel memasang wajah antara yakin dan ga yakin.
"Gue kan bacanya dari forum online, tentang keluarga ningrat gitu. Kalau pastinya, gimana lu tanya aja sama Vino!"
"Aah, Hazeell.. Penjelasan lu tuh nanggung banget sih!" kesal Vira terlanjur penasaran.
"Pokoknya gue akan bantu lu sebisa gue, biar putri kerajaan juga minder sama lu. Makanya nanti mampir ke butik gue ya!" bagus Hazel, s3 marketing kan.
"Lanjutin lagi perihal putri tadi, gue masih penasaran"
"Yaudah nanti lu--"
"Ehem!!"
Suara berat menjeda obrolan Hazel dan Vira. Keduanya mendapati sepatu fantopel mengetuk ngetuk lantai kelas.
"Bagus ya, udah hampir setengah jam saya berdiri di sini, dan kalian tetap saja asyik mengobrol!" ujar dosen bahasa asing dengan wajah murka.
"Saya tidak peduli kalian anak siapa, selama anak presiden aja masih ngaku rakyat biasa! Keluar!!"
Hazel dan Vira saling bertukar tatap takut.
Perbandingannya anak presiden, apalah daku yang cuma anak dari jasad yang sudah menyatu dengan alam. Vira memasang wajah takut mengikuti Hazel keluar dari ruangan kelas lebih dulu.
Gara gara Hazel, gue ga bisa ikut pelajaran!