"Gara gara lu kita jadi di usir dari kelas!"
"Ko gue?" Protes Hazel sambil menyeruput jus segar di gelas dalam genggamannya. Matanya menatap wajah polos Vira yang terlihat kesal.
"Gue sampe lupa, kita tadi ngomongin apa ya?" Vira mencoba mengingat tapi dia sepertinya terlanjur kesal dan seketika lupa.
Triingg!!
Vira meneliti pesan masuk ke ponselnya. Dari Vino, Vira segera mengetik balasan. Vira merangkai kalimat dengan wajah serius.
Hazel meneliti wajah temannya dengan tatapan ingin tahu
dia mengukir senyum mendapati teman nya masih baik baik saja setelah malam itu, Vira mengeryitkan dahu heran dengan tatapan pekat Hazel
" lu kenapa sih? " hardik Vira masih kesal dan bercampur heran
"Syukurlah lu gapapa, gue kira bakalan bonyok atau masuk rumah sakit, gara gara pertikaian suami istri malam itu" Hazel mengurut dada lega, dia sungguh cemas dengan Vira. Pemuda itu bahkan sempat beberapa kali mengetik pesan di ponsel, entah berapa banyak kalimat yang dia rangkai, tidak satupun berhasil dikirim soalnya gengsi sama egonya jauh lebih tinggi dari perhatiannya. Hazel masih sulit mengakui perasaanya yang semakin hari semakin tampak agak jelas.
Vira menepuk bahu teman nya dengan ujung sedotan. Hazel tiba tiba terlihat melamun.
"Ah, jadi lu mencemaskan gue gitu.." Vira bisa jd sedikit kesal tapi dia tersenyum dengan perhatian kecil Hazel. Pemuda itu mencibir. Dia membuang pandangan dan menyeruput habis minumannya. Membuang rasa canggung yang tiba tiba menyergap.
" Btw thank you yaa.. " ucap Vira malu malu, bagaimanapun juga, dia belum mengucapkan terima kasih dengan benar. Sedikit banyak Hazel sudah membantunya malam itu,meskipun hari ini mereka di hukum bersama karena bahas kejadian yang lalu dan..
"Eh tunggu!" Vira memberi kode dengan telapak tangan. Dia mengingat sesuatu.
Hazel menahan dirinya yang tadi berniat akan bangkit dari duduk, dari tadi mereka cuma minum sampai perut kembung. Hazel berniat memesan makanan. Kayak menu kemaren, apa tuh? Nasi, nasi bakar!
"Apa?" Tanya Hazel dengan wajah penuh tanda tanya.
"Kita tadi lagi bahas Vino kan?" Lah iya, emang. Lu kemana aja Vira. Tapi maaf sekarang udah bukan waktunya bahas Vino lagi.
"Gue laper, lu mau mesan apa?" Hazel mengalihkan topik. Tanpa berpikir lagi Vira langsung menyambar.
"Gue mau seblak super pedas sama nasi putih?"
"Hah!!" Hazel tercengang dengan menu pesanan Vira.
"Ce, ceblak?"
"Seblak! Pakai nasi!" Pukas Vira.
"Jangan Ngadi Ngadi deh. Mana ada seblak pakai nasi? Apa lagi itu?" Bingung hazel, makin hari, makin lama dia bergaul dengan Vira, makin rendah aja seleranya. Tapi enakkan?
"Jangan gila dong Vir, lu mau mesen apa, cepetan. Gue yang traktir!" Vira menoleh dan cemberut.
"Gue serius Vino. Kalau lagi panas bawaanya pengen makan yang pedes pedes" ujar Vira meyakinkan Hazel perihal pesanannya yang terdengar asing di telinga Hazel. Pria itu terlihat ragu.
"Yaudah gue aja deh yang pesen, lu mau makan apa?" Vira bangkit dan menggantikan tugas Hazel.
"Gue pesen nasi bakar dengan seafood ya" Vira mengangguk.
Gadis itu meninggalkan Hazel sementara yang ditinggalkan senyam senyum sendiri.
" dia tadi bilang terima kasih kan? " gumam Hazel tanpa suara mengingat ucapan Vira sebelumnya. Pria itu berusaha menyembunyikan senyuman.
"Ko rasanya seneng ya.." bisiknya tertawa kecil sendiri.
Vira masuk ke dalam.barisan, ikut mengantri.
Hazel masih memperhatikan punggung gadis itu dengan menopang dagu
mereka tak peduli banyak desas desus miring mengenai hubungan dekat mereka berdua
hubungan pertemanan pria tampan dan gadis bersuami yang juga superb tampan, bukan. Bukan cuma tampan, tapi super tpan dengan mata khas bule, tinggi tegap dengan punggung bidang, dan yang pasti tajir melintir luntur sampe yang liat lehernya melintir. Bugatti, bvlgary, rolex, semua tentang Vino memang berkelas.
" apa itu kisah cinta segitiga yang rumit ? " bisik satu orang ke yang lainnya, di meja tak jauh dari posisi duduk Hazel yang senyum senyum sendiri sambil menatap Vira dari kejauhan. Ga tau deh, dia sadar ga sih kalau sekarang muka dia tuh sumringah ga jelas dan mencuri perhatian sekitar.
"Kebayang dong, Hazel dan pengusaha itu!" Keduanya berdecak heboh.
" Gue denger keluarga Hazel juga bukan kaleng kaleng. Dan si suami apalagi, katanya sih pengusaha sukses yang sering jadi cover majalah usaha!"
"Gilaa!" Gusar yang lain bergabung. Kalau urusan gosip aja pada nyambung ya. Mau kenal mau kagak, yang penting setema.
"Ga kebayang kalau mereka ribut nanti!"
" gilaa, kalo lagi perang bintang yang receh macam kita mending nunduk dulu, ngeri kejatohan puing puing.. " balas yang lainnya, yang lain mengangguk setuju.
Hazel menarik bibir, entah kenapa pria itu rasanya senang hubungannya semakin membaik dengan Vira. Dia pernah menilai rendah Vira dan menyesalinya. Dia ingin hubungan dengan Vira bertambah baik, entah kenapa. Hazel sendiri tak mengerti dengan perubahan sikapnya yang drastis.
Melihat Vira cukup kerepotan dengan baki di tangannya, Hazel bangkit dan inisiatif menghampiri. ujung jari Hazel menyentuh punggung Vira perlahan, membuat gadis itu segera menoleh dan tersenyum mendapati Hazel di belakangnya. Pemuda itu meraih baki di tangan Vira, hingga gadis itu tersenyum. Dia tak percaya Hazel yang aneh berubah manis hari ini. Mendapati senyuman Vira, Hazel curiga. Ko perasaannya jadi ga enak ya.
" kenapa ? " tanya Hazel dengan alis menukik satu.
"Lu tuh makin hari makin manis dan menyenangkan. Gue seneng bisa dekat dan jadi teman lu!" Mendengar ucapan Vira, Hazel semakin senang. Dia jadi bersemangat. Entah kenapa Hazel menyukai pujian dan ucapan kecil dari Vira. Rasanya begitu istimewa.
Hazel meletakkan makanan di meja. Dia membagi sesuai pesanan masing masing.
Vira menyusul menarik kursi.
"Mari kita makan!" Ujar keduanya kompak.
Hazel terlihat begitu semangat membuka bungkus daun pisang sebagai pembuka pesanannya. Sementara milik Vira.
"Itu apa?", Tanya Hazel dengan wajah iyuuh..
"Seblak!"
"Memangnya ada makanan dengan tampilan seperti itu. Ko gue liatnya kaya sesuatu ya" ujar Hazel dengan wajah jijay.
"Enaka kok!" Vira melahap suapan pertama dengan semangat. "Mau coba?" Hazel menggeleng. Vira mengangkat bahu dan melanjutkan makan. Hazel memperhatikan Vira. Gadis ini entah lahir dimana, dia terlihat seperti Tarzan, begitu bebas mengekspresikan diri. Membuat Hazel tak percaya ada gadis seperti ini di dunia ini.
"Vira, gimana kalau lu ke butik gue" tawar Hazel tiba tiba. Dia sempat menawari sebelumnya, tapi kali ini dia membahas lagi dengan wajah serius.
"Kenapa?"
"Karena gue mau make over lu"
"Buat apa?"
"Bukan buat apa apa. Cuma gue yakin lu tuh bakal cantik banget kalau udah di make over" Vira menatap wajah berbinar Hazel.
"Jadi maksud lu gue sekarang ga cantik?" Decak Vira kesal. Hazel menggeleng cepat.
"Engga kok. Menurut gue, lu tuh.." Hazel tak langsung menyelesaikan kalimatnya sementara Vira tak peduli, dia kepedasaan dan sibuk menyeka dahi yang basah. Hazel menggelengkan kepala tak mengerti dengan sikap Vira. Pria itu menarik tisu dan menyodorkan ke Vira. Tanpaenoleh Vira meraih uluran tisu Hazel dan mengeringkan keringat yang mengembun di dahinya.
"Gue tuh suka liat wanita anggun yang elegan dengan tas dan baju yang fashion dan branded. Tapi ngeliat gadis kayak lu, ko membuat gue bisa tersenyum ya.." Hazel bergumam sendiri sampai nasi bakar miliknya di anggurin begitu aja.
Vira mana peduli, dia sibuk menikmati makannya yang super pedas.
"Hazel!" Panggilan Vira membuat Hazel tersadar dan menatap wajah Vira yang memerah. Apa dia dengar kalimat gue barusan? Mukanya sampe merona merah. Batin Hazel berspekulasi sendiri.
"Hazel, boleh gue minta minuman lu?" Vira menunjuk botol air mineral yang sudah tinggal setengah di depan wajah Hazel. Pria itu bahkan belum.mengangguk, Vira sudah menyambar dan meneguk langsung dengan dahaga.
"Vira.. itu bekas bibir gue.." gumam Hazel menyembunyikan wajahnya yang panas. Dia bisa membayangkan bagaimana Vira dengan enteng menyeruput botol minum bekas bibirnya. Bukankah itu artinya, ciuman ga langsung? Hazel malu sendiri.
"Temen lu kenapa dah?" Tanya Azka sambil merangkul pundak Vino.
"Sampe dia ga sadar kita Uda di sini dari Lima menit yang lalu!" Nico mendekap tangan di dada dengan wajah mencibir.