Hazel hanya bisa menahan diri saat Vira menyandarkan kepalanya di pundak. Jangankan mengelus kepala gadis di sampingnya, bahkan untuk bernafas aja Hazel kesulitan.
"Hemm.." Hazel membersihkan tenggorokan yang terasa gatal.
"Udah sih, lu mau nangis sampai kapan?" Tanpa menoleh Hazel mencoba menenangkan Vira.
sumpah ini posisinya nggak enak banget, di mana Vira entah sadar atau enggak nyenderin kepalanya di pundak Hazel, sementara si cowok berusaha menahan wajahnya yang merona, karena jujur aja. Vira satu-satunya gadis yang bisa Hazel ajak bicara dengan nada normal. Walaupun gayanya yang super fashionable, status sosial yang memadai, popularitas di kampus, Tapi semua itu tidak membuat Hazel merasa percaya diri saat menghadapi lawan jenis. Dan Entah kenapa dengan Vira dia merasa bisa menjadi dirinya sendiri, aneh kan?
"Gue tuh sebel sama elu!"
"Kok gue?"
"Iya gua tuh sebel sama lu, tapi gua lebih sebel lagi sama Vino!!" Gusar Vira mengangkat kepala dan setengah berteriak. Hazel mengerutkan dahi.
"Sumpah yah makhluk yang namanya Vino tuh! Kenapa sih harus ada di dunia ini!!" Umpat Vira tak berkesudahan dengan kepalanya yang bergerak tak tentu arah, dia pasti sedang sangat kesal sampai tidak menyadari mimik wajah yang dibuat sangat lucu dan menggemaskan.
"Kenapa lu ketawa!" Kesal Vira ke wajah Hazel yang menahan tawa.
"Muka lu lucu!"
"Nggak usah ketawa deh! Gua lagi kesel, gue lagi marah!" Hardik Vira.
"Tapi kok lu marahnya sama gue sih? Kan gua nggak ngapa-ngapain?" Vira sedikit berpikir, bener juga sih! Kok dia jadi melampiaskan kemarahannya ke Hazel sih?.
"Ayah.. gue jadi kacau begini.." gumam Vira mulai tersadar.
"harusnya gue berterima kasih karena, lu ada disini nemenin gue malam ini.." Hazel mengangguk setuju dan tersenyum bangga.
"Dengerin gua ya vir, gue nggak ngerti apa yang lu alamin, tapi kalau lu kabur gitu aja kayak sekarang nih, bukannya nggak nyelesain masalah ya?" Vira menatap wajah Hazel.
"Kok nggak nyangka ya muka kayak lu tuh, bisa ngomong kalimat bijak kayak gini"
"Emangnya kenapa sama muka gue?" Hazel kesal mendengar ucapan Vira, kalimat barusan terdengar seperti sarkas.
"Ya gue pikir tuh, anak metropolis kayak lu, pasti manja, ngeselin, nyebelin nggak jauh lah kayak si Vino!"
"Eh jangan sama-samain gue ya!" Protes Hazel
"Tapi lu tuh bener lho nyebelin, lu inget nggak pertama kali kita ketemu? Sumpah lu sombong banget, songong abis.." kenang Vira masih menyisahkan kekesalan.
"Itu kan lu yang salah!lagian Lu tuh kenapa sih dekil banget jadi orang!" Hazel menyeka dahi Vira yang berkeringat.
"Tuh liat, masa gadis punya daki kayak gini sih? Jijik banget nggak?" Hazel memamerkan telapak tangannya, bekas mengelap dahi basah Vira.
"Mana, Masa sih?" Vira menganggap dirinya sendiri memastikan jika jidatnya tidak mengandung banyak daki, Hazel bohong kan!
Hazel menahan senyum melihat Vira kini sudah bicara seperti biasa, sepertinya gadis ini sudah melupakan kesedihannya tadi, bagaimanapun caranya Hazel hanya ingin menghibur Vira.Dia tidak suka melihat Vira menangis dan bersedih.
Hazel melepas jaket bomber nya, Dia memakai kan jaketnya pada pundak Vira.
"Ntar kalau lu udah masuk angin, gue lagi yang susah!" Gumam Hazel dengan wajah cueknya, tapi hatinya sungguh melankolis dan penuh perasaan, Vierra bisa merasakan itu.
"Hazel, thanks.."
"Thanks apaan?" Tanya Hazel gengsi
"Ya gue cuma mau bilang makasih emangnya kenapa sih!" Vira balik ketus kalimat manisnya, nyesel gua bilang makasih dengan nada yang lembut.
"Ya udah! Sama sama.." balas Hazel tersenyum tipis dengan suara hampir tak terdengar. Membuat keduanya menyembunyikan senyuman.
---
Vino menatap Vira dan Hazel dari kejauhan. Bagus banget, dia udah lari dengan tempo cepat, sedang, hingga tempo orang lomba jogging. Dan ternyata istrinya sedang duduk manis bersama seorang pria yang menggandeng pundaknya mesra, Vino berdecak kesal dan bertolak pinggang tak percaya. Bahkan dia masih sulit mengatur nafas, dia lari mati-matian, ngos-ngosan, sampai harga diri, gengsi dan status sosialnya tergadaikan demi mencari Vira sendiri. Padahal kan bisa aja dia nyuruh asisten pribadinya untuk cari istrinya, atau dia juga bisa mengarahkan pegawai keamanannya untuk mencari Di mana keberadaan Vira, tapi nyatanya enggak. Dia berusaha mencari sendiri.
Dan sekarang apa yang dilihat! Vino menggelengkan kepala tak mengerti.
dia melangkah perlahan mendekati Di mana posisi Vira dan Hazel duduk berdua, mereka terlihat seperti pasangan ABG yang sedang kasmaran menikmati suasana taman di malam hari dengan senyum malu-malu dan wajah merona. Sementara tensi darah Vino terus naik melonjak, jangan sampai dia hipertensi dan drop di sini.
Vira dan Hazel sontak berdiri mendapati sepatu pantofel di ujung pandangan mereka. mata keduanya kompak melotot melihat wajah merah Vino. pria yang bermandi keringat itu menarik sudut bibir, tersenyum sinis. Membuat seringai. Dan Vira semakin ketakutan.
"Vino!" seru Vira dengan suara bergetar takut, membuat Hazel menoleh dan mendapati wajah cemas gadis di sampingnya.
"Jadi lu di sini!"
".." Vira tak menjawab kalimat Vino, pria itu masih berusaha mengatur nafas.
Hazel menatap wajah Vira tanpa berkedip. dan Vino menyadari tatapan Hazel yang lekat pada wajah istrinya, dia semakin tak suka!
"Ayo pulang! "
Vino meraih lengan Vira, menuntun wanitanya untuk segera pulang ke rumah mereka.
"Tunggu dulu! "hasil sadar harusnya dia tidak ikut campur dalam urusan rumah tangga orang lain, tapi.. jujur saja Hazel sangat mencemaskan Vira. Dia menatap wajah Vira sekali lagi, dan Gadis itu memaksakan sebuah senyum seolah mengatakan, tidak apa-apa aku akan baik-baik saja!
Vino semakin murka melihat tatapan mata Hazel dan Vira, seakan mereka bisa berbicara melalui sorot mata itu. Pemandangan macam apa ini! memangnya ini FTV, memangnya ini drama korea, memangnya ini telenovela!
"Ayo! " Tarikan Vino sedikit memaksa. Hasil sangat tidak menyukai itu.
"Bro! " Vino menoleh mendengar kata panggilan aneh yang diucapkan oleh Hazel ya mungkin tertuju untuknya, kalau tidak untuk siapa lagi!
"Gue harap elu menyelesaikan permasalahan dengan baik-baik.." Hazel menata Vira sebentar sebelum melanjutkan kalimatnya "gue nggak mau--" Hazel tak bisa melanjutkan sisa kalimatnya, seperti Sepertinya dia ikut campur terlalu dalam.
Vino melepaskan genggaman tangannya di lengan Vira. Pria itu menyimpan tangan kirinya di saku celana, wajahnya sedikit menegang.
"gua harus bilang terima kasih sama lu Karena udah nemenin istri gue di sini, tapi satu hal yang harus gua kasih tahu sama lu!"
Vino menatap tajam wajah Hazel. kedua pria yang berhadapan dengan wanita di antara mereka, situasi yang sangat tidak enak, Vira merasa dia harus mengambil tindakan di sini.
"Vira Ini istri gue!" Jelas sekali intonasi penekanan pada kalimat barusan. membuat Hazel mengangguk, manggut-manggut mengerti, terpaksa mengerti.
"Ok gue tahu kalau lu sama Vira udah menikah, Tapi satu hal yang gue kasih tahu. saat lu membuat wanita menangis yakin kan kalau lu bisa menghapus air matanya.."
Vino berganti menatap wajah Vira, Dia seakan mencari tahu kalimat yang barusan diucapkan Hazel, Apa itu artinya dia membuat Vira menangis? Melihat tatapan tajam Vino membuat Vira semakin ketakutan.
"Karena akan sakit kalau ada pria lain yang menghapus air matanya!" Hazel memberikan senyuman kecil di ujung kalimatnya membuat Vino berdecak kesal.
Vino meraih pangkal kaos Hazel, dia menariknya dengan kasar.
"Gue harap lu tahu di mana posisi lu!"ujar Vino melepaskan cengkraman di leher Hazel. Vira hanya bisa meraut wajah kecewa melihat tingkah Vino pada Hazel.
tatapan tajam kedua pria itu seakan jelas mengartikan persaingan di antara mereka.