Masih di depan pintu utama
Pada sore hari menjelang malam.
Vira tersenyum sinis, agaknya dia malas mengangkat kepala mendapati wajah tampan Vino tapi terasa memuakkan saat ini, dia lebih memilih membuang muka
"kenapa, rencana lu gagal!" hardik Vira lagi, masih belum puas menumpahkan semua kekecewaannya. Vino membuat amarah Vira terbakar. Menyulut api di ranting kering. Saat Vira merasa begitu kagum akan perasaan Vino yang berubah manis tapi ternyata hanyalah bualan. Sekecewa itu dia pada Vino.
"kenapa, lu mau ngelakuin apa sama gue!" Tantang Vira dengan raut wajah yang tak bisa dibilang menantang juga, karena ada banyak kegetiran disana.
"Oh, gue paham" decak Vira tersenyum getir
"jadi, lu mau nikahin gue, punya anak, terus ninggalin gue gitu! lu mau bikin gue menderita, lu mau gue terlantar!!" Dengan suara tinggi Vira menarik kesimpulan sendiri.
"Tega lu ya!" Hardik Vira sekali lagi.
Vino menoleh ke kiri dan ke kanan, dia tak mau ada yang menyadari pertengkaran mereka, apalagi sampai tetangganya terganggu, dia menarik siku Vira dan memaksanya masuk terlebih dahulu. Elfira berontak.
"Lepasin!" Vira menarik kuat lengannya yang disentuh vino, menarik kasar menghindari cengkraman tangan Vino hingga kantong belanjaan yang dia bawa jadi terjatuh, semua isinya buyar.
Wortel, sawi, brokoli, tomat, cabe dan semua menggelinding tumpah di lantai. Berserakan. Mereka jadi korban saksi bisu pertengkaran suami istri di awal pernikahan di depan pintu masuk.
keduanya menatap sebentar isi kantong yang kompak menggelinding sekaan melarikan diri, tak mau ikut campur dalam kisruh rumah tangga ini. Keduanya lalu saling menatap bingung, lupakan saja acara masak memasak! pikir Vira kesal. Nyesel gue mikirin mau bikin makanan enak, bahkan sempet bilang mau belajar masak buat Vino, shit, shit bullshit!!
Vino masih sulit percaya dengan isi kantong belanjaan yang di bawa Vira, dia tak percaya gadis ini baru saja membeli banyak bahan makanan, apa dia akan memasak untuk gue? duga Vino membuat bibirnya tersenyum, entah kenapa dia mendadak senang. Senang lu telat! Udah ga bakalan ada lagi senang, ga ada yang mau masak.
"Cih!" Suara sinis Vira menyadarkan Vino pada realita. Jelas wajah kesal Vira tidak memungkin kan itu, mana mungkin muka kayak gini mau masak, Vino harus sadar diri
Vino berusaha menenangkan Vira sebisa mungkin. Dia mengatur nafas beberapa saat.
"Vir lu salah paham, gue ga begitu.." jelas Vino
"Lu dengerin gue dulu, okey.." Vino mencoba meminta waktu, dan Vira mengangguk seakan mempersilahkan. Pria itu menatap wajah Vira beberapa saat. Dan terdiam. Dia sendiri tidak tahu apa yang harus di ucapkan. Wajah tegang Vira justru membuat Vino sadar, kalau dia ga bisa bohong lagi.
"terus.." tantang Vira bertolak pinggang, gadis itu sepertinya sangat kecewa dengan pria di hadapannya ini
"Lu ga bisa bilang apa apakan? Lu bahkan ga berani ngomong langsung ke gue?" Sekarang suara tegas Vira sudah berubah pelan dan lirih. Perubahan nada suara Vira membuat dada Vino bergetar hebat, rasanya sesuatu buruk juga terjadi padanya. Melihat Vira seperti ini Vino merasa, aneh!
"itu semua ga kayak gitu, pada awalnya iya tapi..." Vino berhenti melanjutkan kalimatnya
tingkah cangguh Vino membuat Vira semakin penasaran, gadis itu menyipitkan mata menyelidik
"Tapi apa?" Vira tak sabar
Vino tak bisa menjawab lagi, dia terlalu terpesona dengan wajah gadis di hadapannya saat ini
"kenapa, apa salah gue sama lu! apa salah nyokap gue sama lu! kenapa lu ngelakuin semua ini sama gue, gue bahkan ga tau apa apa" kesal Vira terus saja mengoceh dengan suara lirih dan wajah kecewa. Dia berusaha mencari jawaban dari wajah Vino tapi pria di depannya ini lebih banyak terdiam dan bertingkah aneh.
Bibir Vira yang bergerak cepat menggoda pandangan mata Vino. Kenapa gadis ini semakin hari semakin memainkan perasaan Vino, membuat dadanya bergetar hebat, membuat matanya tak bisa berkedip, membuat Vino berdesir saat lirih kalimat Vira masuk ke telinganya.
Vino mengangkat kedua tangannya perlahan dan bertengger di pundak Vira, membuat gadis itu sesaat bengong mendapati kedua tangan vino mencengkram pundaknya.
"Ngapain? Lu mau apa!" Vira mengerutkan dahi tak mengerti dengan tingkah janggal Vino.
Kini pria itu memegang kuat wajah Vira dan bersiap mendaratkan bibirnya di atas bibir Vira yang terus saja mengomel
"Lepasin ga!"
"Vino! Lu kenapa sih!"
Vira berusaha melepaskan telapak tangan yang memegang erat wajahnya
"Vino, jangan macem macem ya!" Vira semakin berjaga jaga dengan telunjuk mengacung, dia mencoba mendorong tubuh Vino yang terus melaju mendekati nya, memepet dirinya hingga ke tembok.
"Viinoo!!"
Teriak Vira mencoba mengumpulkan tenaga dan mendorong dada Vino lagi tapi Vino seperti terhipnotis dengan godaan bibir istrinya, pria itu tetap nekat mencuri ciuman di antara wajah kesal Vira
PLAAAAKKK !!!
sebuah tamparan pedas mampir di pipi Vino, membuatnya tersadar. Rasa pedih dan rona merah lima jari di pipinya cukup untuk membuat pria itu kini sadar diri.
Vira benar benar marah saat ini. Gadis itu sudah begitu murka dengan emosi memenuhi kepalanya. Di atas kepalanya bahkan sudah berkumpul kawanan awan hitam gagak dan petir yang siap menyambar.
"Viraa.." gumam Vino tak percaya, dia memegang pipinya yang menjeplak telapak tangan Vira
"Sumpah gue kecewa sama lu!" Pukas Vira dengan mata berkaca kaca.
"Tapi lu!" tunjuk Vino kesal, pria itu kini ikut naik darah karena tamparan panas di pipinya.
Sial!! belum ada yang berani nampar gue seumur hidup gue!!
dan cewek ini…
Vino mengepalkan tangan tapi mata berkaca Vira membuat hatinya berdenyut sakit. Pria itu menggigit bibir tak mengerti akan dirinya sendiri.
Vira membuat wajah tegang, dia menarik tangannya dengan cepat, cukup sudah arti sorot tajam mata Vino. Vira sendiri masih tak percaya dengan tamparan kerasnya di wajah Vino
begitupun dengan Vino, dia tak percaya dengan rasa perih di pipinya
"Lu tuh ya!!" hardik Vino kesal, wajahnya jelas marah besar, tapi dengan wanita ini, dia mana sanggup.
Vira mundur selangkah, gadis itu jelas takut melihat wajah marah Vino
Vino mengepalkan jarinya, seperti akan mengangkat tangan. Bahkan mengangkat tangan pun tak sanggup lagi.
membuat Vira ketakutan, gadis itu segera kabur dari hadapan Vino, dia berlari keluar dari rumah Vino
"Heii...!!"
teriak Vino tapi diabaikan Vira, gadis itu tetap berlari cepat dan memasuki lift. Dia hanya ingin kabur dan pergi jauh dari makhluk yang bernama Vino.
Vino berusaha mengejar
"Viraaa!! Hei, tunggu.."
Dengan wajah tegang Vira cepat menekan tombol menutup pada dinding lift. Dia sungguh ketakutan. Entah apa yang akan dia dapatkan karena sudah berani menampar Vino. Mungkin lebih dari sekedar balas dendam dari rencana Vino sebelumnya.
Vino masih sempat menatap mata bulat Vira dan menjulurkan tangannya di antara pintu lift yang hampir merapat
Ting !
Pintu lift kembali terbuka, membuat wajah tegang Vira jelas terlihat. Sialan! Gidik batin Vira ngeri.
"Lu mau kemana?" tanya Vino berusaha menahan amarah. Tapi di telinga Vira hanya terdengar suara berat Vino yang menakutkan, membuat jari gadis itu terus menerus menekan tombol lift dan berharap cepat keluar dari gedung ini.