Om Emon kembali duduk manis persis di sebelah vino. Matanya memicing mengartikan betapa seriusnya dia saat ini menyimak kalimat lanjutan dari bibir ponakannya yang ganteng muaksimal ini.
"Jadi maksud kamu tuh apa sih? Om gagal paham?"
Vino mulai menerawang membuang pandangan kosong
"dia itu anak orang yang dibenci mamah" ujar vino dengan suara pelan. Om Emon semakin serius mendengar ini menyangkut kakak iparnya.
"Terus"
"makanya gue niat banget bales dendam!" Tangan vino mengepal, rahangnya menegang.
"Ntar dulu deh! Coba lu jelasin dulu sama om ya, om masih ga ngerti nih!" Dengan melipat punggung tangan di dagu om Eman, menaikkan kedua kaki di sofa, seperti pose putri duyung dia menyimak lagi.
"gue cari profil keluarganya, ternyata doi udah jauh meninggalkan ibu kota"
"Siapa?"
"Ya, si orang tadi om. Yang bikin Mama kecewa!"
"Oh, iya, teruss?"
"Ya, terus gue cari tau kan!"
"Hemm, abis itu?" Alis vino naik sebelah.
"Om serius ga sih dengerin gue ngomong"
"Loh, loh, om seserius ini ko!" Ujar om Eman tak mengedipkan mata menatap wajah gusar vino. Tapi kalimat sautan dari om Eman emang ngeselin sih. Vino jadi ragu harus melanjutkan kalimat seriusnya apa udah sampe di sini aja.
"Terus gimana?" Ternyata eh ternyata om Eman masih terus ingin menyimak, Vino menatap wajah om nya dan terlihat serius
"akhirnya gue ketemu juga sama anaknya, dan yaa.. beginilah!"
om Eman manggut manggut seolah mengerti
"Jadi maksud Vino, Vira ini si anak orang yang ipar benci?" Vino mengangguk. Om Eman manggut manggut lagi.
"Terus, lu mau ngapain!" Om Eman memberi tatapan jangan macam macam ya kau!
"Vino, eh om ga mau ikut campur ya. Lu kalo mau macem macem jangan bawa bawa om okey!" Om Eman mengangkat kedua tangan seolah dia benar benar ingin lepas tangan dan tak ingin ikut campur.
"Udah.. om tenang aja deh!" Om Eman memicingkan mata, pada akhirnya dia membalas senyuman manis Vino
"Aish Vino, terserah lu deh mau bilang balas dendam, benci, apalah apalah. Tapi satu hal yang om tau ya!" Vino menatap wajah serius om Eman.
"Kalo uda urusan sama hati, sulit lepas, udah deh jangan banyak mikirin yang macem macem, tujuan lu tuh apa nikah sama Vira?"
"Punya anak"
"Udah itu doang?"
"Ya ga sih"
"Teruss"
"Gue ga tau om. Gue cuma pengen Broto nyerahin semua perusahaan sama gue. Dan gue bisa ngatur aset sebaik mungkin" om Eman melongo mendengar penjelasan tak masuk akal ponakannya.
"Kenapa ga lu dukunin aja bokap lu vino, kenapa juga harus libatin kehidupan gadis lain dalam masalah lu!" Dengan gemas om Eman mencoba menahan jari jarinya agar tidak mentoyor jidat mengkilap Vino.
"Kalo main dukun gimana mau balas dendam om!" Sergah Vino protes
"Lu tuh ye!" Kesal om Eman gemas.
"Gue seneng Vira ada di kehidupan gue sekarang, rasanya hari gue jadi lebih berwarna aja!" Ujar vino sumringah, membuat wajah om nya kian gemas gemas manja pengen nyubit pake tang besi. Om Eman menarik nafas dalam dan berdehem mengatur tenggorokannya.
"cinta memang kadang begitu, cinta dan benci beda tipis seperti kertas pelapis kulit telor.. " ujar om Eman dengan suara pelan. "Boleh jadi sekarang lu bilang benci sama dia, tapi siapa yang tau hari esok" kalimat terakhir ini anggaplah wejangan bijak dari seorang om untuk ponakannya yang terkenal sukses tapi ga punya cinta.
Om Eman melirik jam tangan mahalnya, udah waktunya dia berangkat, makin lama disini makin stress dia di buat vino atau malah sebaliknya.
"Udah ya Vin, om harus capcus. Oiya kalo ada cowok ganteng nyariin om, bilangin kontak om udah ganti ke no ini ya!" Om Eman menyerahkan kartu nama ke vino. Vino membaca sebentar, entah peduli atau engga, ponakannya itu cuma menaruh di atas meja saja.
mereka saling berpelukan erat sebelum mengucapkan salam perpisahan
"sampaikan salam om untuk Vira.." ujar om Eman menarik kopernya dan meninggalkan Vino
Vira berdiri di belakang daun pintu, kedua pria itu tak menyadari kedatangan Vira dari tadi. Wajah Vira terlihat tegang, dia mendengar percakapan om dan ponakan itu tadi
"balas dendam?" tanya hati Vira tegang
"benci!" lanjut hatinya tak mengerti, jangan bilang semua yang Vino lakuin semua ini cuma untuk balas dendam dan benci nya
Vira mulai menduga duga sendiri, hatinya seketika seakan remuk, dia tak percaya dengan obrolan yang tadi dia dengar.
"Loh Vir, kamu udah pulang?" Tanya om Emon terkejut mendapati Vira di depan pintu, gadis itu tersenyum kecut dan mengangguk kecil.
"Om harus cus ya neng, Bae Bae sama vino ya. Semoga langgeng!" Ujarnya meninggalkan kecupan di pipi kiri kanan Vira yang merespons seadanya.
Om Eman menarik koper dan memasuki lift, melambaikan tangan di balas anggukan kecil Vino yang baru keluar menyusul om Eman dan tundukan dalam Vira.
Vino membalikkan badan dan melihat Vira yang berdiri kaku
"Viraa.." panggilnya dengan wajah ceria, senyum sumringah. Dia terkejut Vira sudah ada di sini, dan apa yang dia bawa?
gadis itu masih bengong, dia tak membalas panggilan Vino
"lu uda pulang?" tanya Vino sambil menyentuh bahu Vira, gadis itu mulai tersadar dari lamunannya, dia menatap sentuhan Vino di pundaknya, dengan wajah tegang dan tatapan sinis.
Gadis itu menggerakkan badannya berusaha menjatuhkan sentuhan tangan Vino. Pria itu merasa ada yang janggal dengan sikap sinis Vira.
Vino menatap aneh dengan perubahan sikap gadis di depannya. Dia ga kaya gini tadi pagi.
"kenapa?" tanya Vino curiga
Vira menatap sinis, agaknya gadis itu sudah menarik kesimpulan dari obrolan yang tadi dia curi dengar. Ya dong, balas dendam, benci! Hah, siapa juga yang bisa Nerima kalau dia cuma dijadiin ajang balas dendam dan pelampiasan kebencian.
Vira melipat tangannya di dada. Tatapannya menantang.
"jadi lu mau balas dendam!" hardik Vira dengan wajah marah
Vino menautkan alis tak mengerti, apa maksudnya?
"Oh jadi lu sengaja nikahin gue biar bisa balas dendam! gitu?" ketus Vira menunjuk kasar dada Vino. Pria itu melongo tak paham. Vino tak mengerti dengan amarah Vira yang tiba tiba, pria itu mencoba berpikir.
"Lu kenapa sih?" Tanya Vino bingung dengan sikap kasar Vira yang tiba tiba. Dan apa apaan telunjuk kasar di atas nipplenya, dia lagi marah apa menggoda?
"Gue rasa ada yang salah di sini deh!" Ujar Vino dengan wajah polos tanpa dosa.
"Oiya, jelas dong ada yang salah!" Ketus Vira dengan wajah merah penuh emosi. " Dan yang salah di sini tuh cuma elu!" Tunjuk Vira berkali kali mendarat di dada Vino.
"Ini sebenarnya ada apa sih?"
"Harusnya gue yang nanya, sebenarnya ada apa! Kenapa lu benci sama nyokap gue. Kenapa lu benci sama gue? Kenapa lu mau balas dendam sama gue? Mau lu tuh apa!" Tuding Vira menembaki Vino dengan sederet pertanyaan membuat wajah pria itu cukup tegang dan bingung.
Shit! Doi denger semuanya! Batin Vino tak percaya. jangan bilang dia menguping! seru hati Vino masih sulit tuk percaya
"Jadi lu denger?" tanya Vino kaget
***
note: tinggalkan komentar dan dukungan kalian untuk coretanku, semua yang kalian tinggalkan baik komentar, review, batu kuasa dan hadiah sangat berarti buat otor, membuat semangat untuk mengejar tulisan, membuat imajinasi semakin terisi, seakan ada energi baru dari kalian.. aku membaca semuanya walau tak bisa membalas karena suka error' harus pakai web, dan aku jarang pakai web. terimakasih banyak banyak yang masih lanjut baca dan memberi dukungan. aku tanpa kalian apa atuh.. baca juga tulisan lain dan tinggalkan dukungan kalian..
masih banyak sekali kekurangan dan aku sadar itu, terima kasih banyak banyak