Chereads / Oh Baby (Romance) / Chapter 15 - Bab 15

Chapter 15 - Bab 15

Vote sebelum membacašŸ˜˜ Jangan lupa ya kasih Bintang dan jadikan koleksišŸ˜˜

.

.

Terdengar suara sibuk dari arah dapur dan dentingan suara sendok yang menyentuh piring semakin menambah kehangatan di apartemen ini. Aroma masakan yang menguar bagaikan pengharum ruangan yang mampu mengocok perut siapa saja yang menciumnya. Salah satunya Edmund. Dia terbangun dari tidur begitu mencium aroma masakan, dia melangkah gontai menuju kamar mandi untuk membersihkan diri terlebih dahulu.

Di dapur, Sophia sedang memasak seorang diri. Semua pelayan dari rumah Rose sudah kembali saat Sophia berada di rumah Martina. Pakaian yang Sophia kenakan masih sama seperti semalam, menandakan ia belum mandi.

Ini adalah hari pertama Sophia menjadi istri Edmund. Da ingin bangun lebih pagi dan menyiapkan sarapan seperti istri pada umumnya. Terlepas dari itu, ini juga salah satu cara Sophia meminta maaf karena semalam, dia ingat bagaimana dirinya begitu merepotkan suaminya. Bahkan untuk menggosok gigi saja, Edmund yang melakukannya. Saat itu dia benar-benar tidak memiliki tenaga, rasanya kepala Sophia mau pecah jika bergerak sedikit saja. Namun, yang paling Sophia ingat adalah percakapan terakhirnya bersama Edmund, ketika pria itu meninggalkannya setelah mengecup kening.

Sophia membalikkan badan begitu mendengar langkah kaki mendekat. "Selamat pagi," sapa Edmund sambil duduk di kursi.

"Pagi," balas Sophia. Dia segera menyusun telur mata sapi, roti, daging asap, sosis dan bayam dalam piring untuk Edmund dan dirinya sendiri. Sophia duduk di hadapan suaminya sambil menyimpan sarapan itu di atas meja makan.

"Kau akan pergi bekerja?"

Edmund mengangguk. "Ya, ada beberapa hal yang harus aku kerjakan."

Suapan pertama masuk ke mulut Edmund, dia terdiam beberapa detik, merasakan enaknya masakan istrinya. Sophia makan sambil memandang Edmund, hari ini pria itu memakai pakaian formal dengan dasi yang sudah terpasang rapi. Sophia melamun sambil mengunyah telur mata sapi. Dia memikirkan akan beridam diri di apartemen saat Edmund pergi ke kantor. Pasti akan bosan duduk diam sendiri.

"Apa kau baik-baik saja, Sophie?"

"Ya, aku baik-baik saja." Sophia berucap sambil menancapkan garpu pada daging.

"Semalam kau pasti kelelahan, jadi istirahatlah. Aku akan memanggil pelayan Mommy."

"Apa?" Sophia minum beberapa teguk. "Tidak usah, aku baik-baik saja. Lagi pula aku akan merasa sangat bosan jika hanya diam saja," lanjut Sophia memakan kembali sarapannya.

Edmund menganggukkan kepala. "Baiklah, tapi jaga dirimu, jangan sampai kelelahan."

"Aku mengerti."

"Dan juga, Sophie." Edmund menjeda ucapannya cukup lama, membuat Sophia penasaran.

"Dan juga apa?"

"Perhatikan minuman yang akan kau minum, alkohol tidak baik untuk wanita hamil."

Perkataan Edmund menghentikan mulut Sophia yang sedang mengunyah, kemudian mengangguk paham.

Edmund menyelesaikan sarapannya dengan cepat.

"Kau sudah minum susu?" Sophia menaikan satu alis, dia memakan suapan terakhir lalu menggelengkan kepala.

Edmund beranjak dari duduk, berjalan menuju pantry dan membuka salah satu kabinet. Tangannya mengambil sesuatu dari dalam sana. Kening Sophia berkerut ketika yang dibawa Edmund adalah kotak susu untuk ibu hamil.

"Kau yang membelinya?"

Edmund menatap Sophia sekilas sebelum menggeleng. "Mommy yang membelinya," ucap Edmund sambil menuangkan air hangat pada gelas lalu diisi dengan susu bubuk.

Sophia yang sudah menyelesaikan sarapannya segera membereskan piring, dia berjalan melewati Edmund yang masih mengaduk susu. Sophia menyusun piring itu ke dalam mesin pencuci, menyetel pengaturan sesuai yang Rose ajarkan padanya dulu.

"Kemarilah, Sophie."

Kaki Sophia melangkah menuju pantry, menerima segelas susu yang sudah Edmund buat. Senyuman tercetak di wajah Sophia, dia meminum susu itu dengan cepat sampai habis. Edmund terkekeh ketika melihat bekas susu membentuk garis putih yang nampak seperti kumis pada wajah istrinya.

"Kenapa kau tertawa?"

Tangan Edmund merogoh saku celana, mengambil sebuah saputangan. Tanpa bicara, dia mengelap bibir Sophia. Saat tangannya mengelap bibir Sophia, dia meraih tangan istrinya. Udara panas mulai menyelimuti tubuh perempuan itu saat Edmund menatap dengan intens. Tangan Edmund yang sedang menggenggamnya juga membuat tubuh Sophia semakin kaku.

"Cuci ini untukku," ucap Edmund membuka telapak tangan Sophia yang sedang ia genggam lalu memberikan saputangan kotor.

Mata Sophia mengerjap beberapa kali, ekspektasi yang sudah ia susun dalam pikirannya kini hilang dalam sekejap. Bodohnya Sophia kalau berpikir Edmund akan melakukan sesuatu padanya. Nyatanya pria itu hanya akan menyuruhnya mencuci saputangan kotor.

"Jaga dirimu baik-baik, hubungi aku jika kau perlu sesuatu."

Sophia hanya mengangguk lemah, menatap Edmund yang sedang mengancingkan jas. Pria itu tampak kesulitan mengaitkan kancing terakhir. Sophia maju selangkah dan membantu Edmund mengaitkan kancing itu.

"Bolehkan aku keluar?" Sophia mendongak, menatap mata Edmund.

"Ke mana?"

"Menemui temanku."

"Tentu," ucap Edmund sambil mengangguk. Dia merogoh kembali saku celana untuk mengambil dompet.

"Pakai kartu kredit ini untuk kebutuhanmu." Edmund menyerahkan satu kartu kredit berwarna hitam pada Sophia.

"Baiklah, terima kasih."

"Hubungi Ben jika kau akan pergi, ia akan menjadi supir pribadimu."

"Nomornya?"

"Akan kukirim nanti."Edmund melihat jam tangan, dahinya berkerut saat mengetahui bahwa dia sudah terlambat.

"Aku harus pergi, Sophie." Edmund melangkahkan kaki menuju pintu apartemen.

"Hati-hati di jalan."

****

Sophia merebahkan tubuh di atas kasur, bersih-bersih di apartemen yang luas sangat melelahkan. Matanya terasa sangat berat. Sophia ingin tidur, tetapi dia masih penasaran akan sesuatu. Dia mengambil laptop yang diberikan Rose saat Edmund berada di Zurich.

Sophia membuka salah satu situs pencarian untuk mengetahui sesuatu. Setelah terbuka, dia menuliskan kata kunci Edmund D'allesandro. Tidak sampai lima detik, beberapa artikel muncul di layar. Sophia mengklik salah satu artikel yang menurutnya menarik.

Jika mendengar kata D'allesandro Corp, maka tidak akan lepas pada pria tampan bernama Edmund D'allesandro. Seorang pewaris tunggal berumur 32 tahun yang lahir di Buenos Aires, Argentina dari pasangan Roselaine D'allesandro seorang perancang busana dan SergĆ­o D'allesandro seorang pengusaha. Sejak kecil Edmund dibesarkan di Argentina bersama kedua orangtuanya. Saat menginjak bangku sekolah, dia dan kedua orangtuanya pindah ke Los Angeles untuk memperluas bisnis.

Edmund menjadi anak tercerdas d isekolahnya, terutama dalam bidang sains. Dia lulus kuliah dengan predikat terbaik pada umur delapan belas tahun. Pria tampan yang digilai banyak wanita saat ini, masuk dalam kategori '20 hottest men' oleh majalah Time tiap tahunnya ....

Halaman terkait :

* D'allesandro Corp mendapat tuntutan dari salah satu rumah sakit di Zurich.

* Rugi $ 1,2 Milyar, William Blackstone dituntut penjara seumur hidup oleh D'allesandro Corp.

* Keluarga D'allesandro disebut keluarga paling berpengaruh di dunia.

Paling sering dikunjungi :

* Pewaris D'allesandro corp menikah diam-diam?

Sophia terus melihat artikel yang terkait hingga menemukan artikel lama yang membuatnya tertarik. Jari Sophia menekan dengan tidak sabar.

Tidak ada bosan-bosannya membicarakan tentang model cantik yang berasal dari Rusia, Sara Aleksandrovak, terutama dalam hal asmara. Dalam gosip yang beredar, Sara bertunangan dengan Edmund D'allesandro seorang pengusaha muda. Hal tersebut terlihat dalam postingan instagram Sara yang memperlihatkan foto dirinya bersama Edmund di sebuah acara resmi. Dalam foto tersebut, Sara dan Edmund memperlihatkan tangan kirinya yang memakai cincin berlian ....

Sophia menutup laptopnya tak suka. Ternyata wanita yang digilai Edmund adalah seorang model yang sangat cantik. Tidak heran jika Edmund tergila-gila. Karena penasaran, Sophia kembali membuka laptop dan terus mencari artikel tentang Edmund dan Sara. Namun, tidak ada, Sophia tidak menemukannya. Hanya ada artikel yang menuliskan bahwa mereka putus hubungan, tetapi tidak menjelaskan apa alasannya.

Saat Edmund menyetubuhinya, pria itu berulang kali menyebut nama Sara. Menandakan wanita itu sangat berpengaruh pada hidup suaminya.

"Apa Sara akan kembali?" Sophia bergumam kecil, ia menutup pintu apartemen dan berjalan dengan lesu menuju kamarnya.

--

Ig : @alzena2108