Chereads / D I L E M A / Chapter 55 - Anggur Merah

Chapter 55 - Anggur Merah

Akad dimulai dan berjalan penuh khimad. Tanpa adanya kesalahan dan dalam satu tarikan napas Sultan berhasil membalas ijab kabul dari walinya Marisa.

Kata sah pun diucapkan oleh para tamu undangan ketika penghulu berucap lebih dahulu. Marisa sah menjadi istri Sultan mulai detik itu juga.

Syifa kembali tenang. Dia mulai menegakkan kepala kala Marisa mencium tangan Sultan. Mungkin cuma penglihatannya saja atau apa benar mata Marisa berkaca-kaca?

Wanita yang berprofesi sebagai sekretaris tersebut kemudian mengalihkan pandangan ke arah Hali. Dia tampak menyorot tenang walau begitu Syifa belum percaya.

Dia tetap melihat sampai tak sadar waktu berlalu dengan cepat. Hali membuang napas pendek ketika acara akad nikah selesai dan sontak melihat sang sekretaris. Mata mereka saling bertemu serta terpaku sebelum akhirnya pria itu memicingkan mata lalu menoel kepala Syifa.

"Kau kenapa menatapku seperti itu? Apa ada sesuatu yang salah sama penampilanku?" tanya Hali.

"Ti—tidak, tidak ada yang salah kok!" bantah Syifa. Dia lalu menoleh lurus ke depan di mana MC sedang berbicara. Saat perhatiannya terpaku di samping Hali telah berdiri.

"Ayo kita pulang." Syifa mendongak dengan raut wajah heran.

"Secepat ini?"

"Ya, memangnya ada masalah?" Hali balik bertanya. Syifa diam. Tidak ada masalah sih tapi wanita itu ingin berbicara dulu dengan mempelai wanitanya. Dari tadi tidak mempunyai waktu untuk berbicara berdua.

"Boleh aku pamit dulu sama Marisa?" pertanyaan tak langsung dijawab. Hali menatap sesaat pada kedua mempelai yang sudah sah menjadi suami istri beberapa menit lalu.

"Baiklah tapi jangan lama." Syifa menggumam terima kasih lalu berjalan mendekat.

"Marisa," panggil Syifa. Dia mengambil beberapa langkah lagi ketika istri dari Sultan itu menoleh.

"Selamat atas pernikahannya, maaf sebab aku dan Hali tak bisa berlama-lama di sini soalnya ada pekerjaan penting," kata Syifa lagi memberi alasan.

"Aku mengerti. Terima kasih sudah mau datang." Marisa lalu melemparkan senyuman ramah ketika melihat Hali yang kini berkutat dengan ponsel.

Entah kenapa Syifa tahu maksud tatapan itu dan langsung bertanya. "Apa kau mau berbicara dengan Hali?"

"Ah tidak nanti suamiku marah. Bagaimana keadaannya setelah kami putus?" otomatis wanita berparas ayu itu tertawa hambar.

"Ya awalnya sedih tapi lama kelamaan dia bisa move on, tadi saja aku sempat khawatir Hali tidak akan sanggup ... Kau tahu maksudku bukan? Tapi ternyata—"

"Ya, ya aku paham. Aku senang dia baik-baik saja." senyum ramah dari Marisa membuat Syifa tak enak hati. Dia tahu benar bagaimana perasaan Hali dan Marisa saat mereka berpacaran.

Sungguh tragis mereka tidak direstui oleh Bunda sebab kesalahan pribadi. Dari pada itu terlihat sekali jika Hali dan Marisa saling mendukung agar bahagia kendati tidak bersama.

"Kalau begitu aku pergi dulu, ingin bersiap-siap resepsi pernikahan," pamit Marisa undur diri.

"Iya, sekali lagi selamat ya atas pernikahannya." Syifa kembali menghampiri Hali, turut mereka keluar dari pesta pernikahan Marisa dan Sultan.

Karena taksi belum datang terpaksa keduanya menunggu tak jauh dari acara. "Kau baik-baik saja?" tanya Syifa mendadak.

Itu pun dia menatap lama pada Hali. Otomatis hal ini membuat orang yang ditanya heran. "Kau ini kenapa sih selalu bertanya aku baik-baik saja? Aku baik 100 %!" kesal Hali.

"Ya siapa tahu kau tak enak sebab pernikahan Marisa dan Sultan," wanita menyahut. Wajahnya pun menjadi masam.

Ekspresi Hali membeku untuk sementara mendengar alasan dari Syifa dan membuang napas panjang. "Jujur aku sempat gelisah apakah aku bisa datang ke sana atau tidak? Sanggup tidak aku melihat Marisa menikah? Tapi karena aku bersamamu aku bisa melewati semuanya," terang Hali.

Tatapan pria itu berganti arah dari menatap lurus ke depan kepada Syifa. Senyuman cerah yang tak pernah diperlihatkan kini diberikan untuk sang sekretaris. "Maaf ya karena sudah meremas tanganmu erat dan terima kasih sudah membantuku," kata Hali.

Syifa mengerjapkan mata. Dampak senyuman Hali jauh lebih parah dari genggaman tangan. Kalau saja salah tingkah mungkin saja nanti bosnya akan mencap dia aneh.

Dengan keputusan cepat, wanita itu mengulum bibir kemudian tersenyum. "Cie, cie yang udah move on!" seketika terlontar kata tersebut dari Syifa senyum Hali lenyap sudah.

Jelas kalau dia membenci apa yang dilakukan oleh temannya. "Hentikan itu atau hadiahnya batal!" ancam Hali tak main-main.

Taksi akhirnya datang. Mereka lantas masuk dan menuju hotel tempat mereka menginap. Selesai berganti baju tanpa berpikir mereka pergi jalan-jalan.

Hali hanya untuk menemani Syifa berjalan-jalan. Membelanjakan beberapa barang atau pun sovenir untuknya dan Rey. Wanita itu juga membelikan topi buat bosnya selain itu tidak sama sekali.

Kuliner pun dicicipi oleh mereka berdua hingga puas. Makanan di sana begitu lezat sayang mereka tak tinggal untuk waktu yang cukup lama.

Dalam perjalanan pulang Syifa terus memanyunkan bibir, cemberut sebab waktu berjalan cepat. Kala menggerutu mereka terus berjalan. Hali cuma mendengar seraya melihat ke sana kemari namun matanya langsung terpaku pada botol anggur merah yang diperjualbelikan.

Dengan cepat Hali membayar dan membungkus dua botol. Sesekali dia melihat punggung Syifa yang bergerak menjauh. Berharap bahwa sekretarisnya itu tak mencari.

Syifa terus mengomel dan ketika menoleh ternyata Hali sudah berada di samping sambil menenteng barang yang dibelinya.

❤❤❤❤

See you in the next part!! Bye!!