Chereads / Cinta Kontrak Kerjasama (LoCC) / Chapter 53 - Kemarahan Mario

Chapter 53 - Kemarahan Mario

Written by : Siska Friestiani

LoCC : 2014

Re-publish Web Novel : 4 November 2020

*siskahaling*

Senyum Alyssa masih terus mengembang bahkan ketika ia telah sampai di rumah. Semua beban seakan terangkat setelah pertemuan tak sengajanya dengan Jonathan tadi di Clovist Park. Jonathan telah menjelaskan semuanya. Kenapa pria itu meninggalkannya, kenapa pria itu menghilang begitu saja tanpa kabar, semuanya telah Jonathan ceritakan. Memang awalnya ia sangat marah begitu mendengar penjelasan Jonathan, namun saat dengan tulus pria itu meminta maaf padanya, ia luluh juga. Tidak tega melihat raut wajah tersiksa pria itu yang penuh rasa bersalah. Toh tidak ada salahnya bukan berdamai dengan masa lalu? Bukankah ia sudah memiliki masa depan bersama Mario dan juga anak yang kini masih dalam kandungannya. Lagi pula memaafkan juga tidak terlalu buruk, malah membuat hatinya merasa lebih lega setelah memaafkan.

Alyssa masuk begitu bodyguard membukakan pintu mansion. Seperti biasa, mansion begitu sepi karena jam segini hanya ada Margareth dan beberapa bodyguard yang berjaga, lagi pula Mario sendiri juga belum pulang dari kantor.

"Baru pulang?" terdengar suara Mario yang mengagetkan Alyssa. Alyssa terlonjak karena terkejut. Suaminya itu kini tengah duduk di sofa ruang tamu. Masih mengenakan kemeja kerjanya namun kini lengannya sudah di lipat hingga siku dan dasinya juga telah di lepas dan tergeletak begitu saja di lantai.

"Mario? Kau sudah pulang?" tanya Alyssa dengan kening berkerut heran. Tumben suaminya itu pulang cepat. Padahal jam pulang kantor masih dua jam lagi.

Mario berdiri dari duduknya, lalu melangkah mendekati Alyssa. Mata hazelnya menatap tajam Alyssa. Wajah tampannya kini benar-benar terlihat gusar.

"Dari mana saja?" tanya Mario dengan suara menahan amarah. Rahangnya mengeras menahan emosi.

Alyssa semakin bingung kenapa Mario terlihat begitu marah saat ini. Dan bukankah Mario tahu jika ia tadi izin ke Clovist Park? Lalu kenapa pria itu masih juga menanyakan ia darimana.

"Bukankah aku ke Clovist Park. Kau juga sudah mengetahuinya bukan?" jawab Alyssa mencoba bersikap biasa. Sebenarnya ia sudah takut melihat Mario yang kini tengah emosi entah karena apa.

"Bertemu dengan si berengsek itu" Mario masih menatap Alyssa lekat. Seakan ingin memakan Alyssa hidup-hidup.

Alyssa terdiam cukup lama mencari jawaban siapa si brengsek yang Mario maksud, dan astaga! Mario pasti mengetahui ia tadi bertemu dengan Jonathan dan membuat Mario salah paham.

"Kalau yang kau maksud si berengsek itu ada Jonathan, aku tidak sengaja tadi bertemu dengannya di Clovist Park" jawab Alyssa pelan. Ia menatap Mario dengan pandangan sedikit takut melihat Mario yang sepertinya tengah marah besar.

Sialan, mendengar nama si berengsek itu dari mulut Alyssa membuat emosinya semakin meledak

"Tidak sengaja?" Mario tersenyum sinis. Alyssa sudah mulai berbohong padanya. Dan Mario membenci pikiran itu.

"Apa duduk berdua, tertawa bersama dan pelukan bisa dikatakan tidak sengaja bertemu?" suara Mario menajam. "Kau sudah mulai berbohong Alyssa!" bentak Mario akhirnya. Cukup sudah ia menahan semua emosinya.

Alyssa tersentak. Mario membentaknya. Untuk kedua kalinya Mario membentaknya yang sebelum mereka menikah dulu karena kesalahpahaman. Dan sekarang Mario membentaknya lagi juga karena kesalahpahaman. Apa Mario tidak bisa mendengar penjelasannya dulu sebelum mencecarnya seperti ini.

"A- pa maksudmu Mario..." cicit Alyssa menunduk, begitu takut melihat wajah Mario yang begitu mengerikan saat ini.

"Aku- aku tidak pernah berbohong. Aku benar-benar tidak sengaja saat bertemu dengan Jonathan tadi" tambah Alyssa.

Lagi, disaat ia tengah emosi seperti ini Alyssa menyebut nama si berengsek itu untuk kedua kalinya.

"Dan ini alasanmu sebenarnya ingin ke Clovist Park tanpa aku?! Selingkuh dengan pria berengsek itu?!" bentak Mario lagi. Kemarahannya terlalu mendominasi dirinya hingga ia tidak menyadari Alyssa yang semakin bergetar di hadapannya.

"Mario!!" pekik Alyssa tidak terima dengan ucapan Mario yang menuduhnya berselingkuh dengan Jonathan. Bagaimana mungkin Mario menyimpulkan seperti itu. Demi Tuhan, ia tadi hanya bertemu dengan Jonathan secara tidak sengaja. Dan Mario semarah itu hingga menuduhnya berselingkuh? Itu tidak benar!

"Kenapa? Kau tidak terima dengan ucapan ku? kalau begitu jelaskan ini semua apa?" Mario membanting beberapa lembar foto yang sudah sedikit kusut karena remasan tangannya.

Sedangkan Alyssa telah menangis menatap foto itu dengan tatapan tidak percaya. Ya Tuhan, jelas saja Mario salah paham padanya. Foto-foto itu menunjukkan beberapa adegan ketika ia akan jatuh dan di tahan oleh Jonathan, foto dirinya ketika duduk di café dan tengah tertawa dengan Jonathan, lalu foto ketika ia memeluk Jonathan sebagai salam persahabatan. Tidak, ia harus menjelaskannya. Ia tidak akan membiarkan Mario salah paham seperti ini.

"Itu- itu, aku- aku akan jelaskan"

"Kau ingin menjelaskan jika itu tidak benar dan itu semua tidak sesuai dengan apa yang aku pikirkan saat ini" Mario tertawa miris, terdengar begitu sangat terluka.

"Sudahlah" putus Mario akhirnya. Ia tidak sanggup jika harus melihat Alyssa yang tengah menangis saat ini. Ia harus pergi sebelum ia akan melakukan yang lebih buruk lagi kepada Alyssa. Mario pergi dengan tangan terkepal penuh emosi. Matanya ia pejamkan sejenak sebelum akhirnya benar-benar pergi meninggalkan Alyssa yang kini menangis dengan tubuh bergetar.

Mario marah

Mario marah

Demi Tuhan Mario marah padanya. Dan pergi tanpa mau mendengar penjelasannya.

*siskahaling*

BRAKKK!!!

Mario membanting ruang kerjanya dengan keras. Tidak perduli jika nantinya pintu itu bisa saja rusak karena ulahnya.

"Argghh.... Berengsekkk!!" Mario melempar apa saja yang ada di meja kerjanya mencoba meluapkan segala emosi yang memenuhi dadanya. Dadanya terlihat naik-turun. Darahnya terasa mendidih dan kepalanya terasa semakin sakit sampai ke ubun-ubun.

Membuka satu kancing kemeja bagian atasnya, Mario memilih memejamkan matanya kuat-kuat. Menghempaskan tubuhnya pada kursi kerjanya. Menghela nafas panjang, menormalkan emosinya yang nyatanya dari tadi tidak juga mereda.

DAMN!!

Kenapa jika berhubungan dengan Alyssa Mario selalu merasa gagal mengontrol emosinya. Mana si Mario yang selalu tenang dan bisa dengan mudah mengontrol emosi. Tidak! Tidak jika itu berhubungan dengan istrinya.

Demi Tuhan! Membayangkan Alyssa bertemu dengan pria masa lalunya itu membuat darahnya seketika mendidih. Alyssa hanya miliknya. Apa pun caranya ia akan terus membuat Alyssa selalu berada di sisinya. Tidak lepas dari pandangan matanya. bersamanya. Titik!

Mario menghembuskan napasnya, mencoba mengontrol emosinya yang terasa sulit untuk mereda. Ia tidak boleh seperti ini, ia harus tenang. Karena Alyssa sangat berharga untuk mendapat amarah dari dirinya.

***

Hallo, buat yang baru nemuin cerita ini, aku ucapkan selamat datang dan selama membaca.

Semoga nggak bosa sama ceritanya ya, wkwkwk...

Buat pembaca lama, terima kasih banyak udah baca, kasih komentar, kasih review bahkan kasih vote-nya. Terima kasih banyak....