Written by : Siska Friestiani
LoCC : 2014
Re-publish Web Novel : 10 November 2020
*Siskahaling*
Mario melangkah begitu santai melewati koridor rumah sakit dengan paper bag berisikan minuman yang Alyssa pesan. Setelah keluar dari ruang dokter Marinka tadi, Alyssa tiba-tiba saja menghentikan langkahnya dan mengeluh haus. Sebenarnya Mario berencana menyuruh Louis untuk membelikannya. Namun Alyssa menggeleng, Alyssa bahkan meminta Mario sendiri yang membelikannya. Dan wanita itu memilih untuk menunggu di loby rumah sakit dengan alasan kakinya pegal.
"Mario?" sebuah suara membuat Mario menghentikan langkahnya. Dapat di lihatnya kini Jessi telah berdiri berpapasan dengan dirinya dengan menyunggingkan senyuman bersahabat seperti biasa. Ya memang sudah beberapa hari sejak pertemuannya dengan Jessi di bar milik Kevin ia dan Jessi sering bertemu dengan tidak sengaja. Entah kebetulan atau tidak yang pasti Jessi selalu ada di sekitarnya. Seperti sekarang contohnya. Tapi bukan masalah untuk Mario mengingat sepertinya Jessi benar-benar membuktikan perkataannya bahwa ia tidak mengusik lagi kehidupannya dengan Alyssa.
"Aku bahkan bingung dengan ketidaksengajaan yang selalu membuat kita selalu bertemu" Ucap Jessi sembari terkekeh lucu. "Sedang apa?" tanya Jessi setelah berhasil mengendalikan dirinya.
Mario tersenyum sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Jessi "Menemani wanita ku tentu saja" Jessi berkerut kening
"Kerumah sakit? Alyssa sakit?"
Mario menggeleng "Tidak, aku sedang menemani istriku untuk cek kandungan" jawab Mario begitu tenang, tak di pungkiri oleh Jessi ia cukup terpesona dengan Mario yang sekarang. Bahkan tak jarang Jessi melihat Mario yang tersenyum dengan tulus kepadanya saat membicarakan Alyssa.
Wanita itu mengangguk mengerti, lalu kembali menampilkan wajah bingungnya "Lalu? Aku bahkan tak melihat istrimu sekarang" Jessi mengedarkan pandangannya saat mengetahui Alyssa tidak ada di dekat Mario.
"Alyssa sedang menunggu di loby, aku kebetulan membeli sesuatu dari kantin rumah sakit" Mario mengangkat paper bag berwarna coklat dengan logo merk terkenal.
"Kalau begitu aku duluan, aku juga ingin ke kantin membelikan titipan teman ku yang kebetulan sedang di rawat di rumah sakit ini. Ia bahkan begitu keras kepala tidak ingin memakan makanan dari rumah sakit yang menurutnya sangat menjijikkan"
"Yah, aku juga harus buru-buru, takut Alyssa menunggu ku terlalu lama"
Dan kali ini Jessi mengangguk dengan mengulum senyum.
"Sampaikan salam ku untuk, Alyssa"
Lalu setelahnya, Mario melanjutkan perjalan ke tempat Alyssa yang ia yakin kini tengah menunggunya.
*siskahaling*
Alyssa menghempaskan tubuhnya di sofa yang berada di loby rumah sakit setelah Mario menghilang dari pandangannya untuk membelilkan minuman titipannya. Jujur saja ia bukan tanpa alasan menyuruh Mario untuk membelikannya minuman di kantin rumah sakit. Selain haus ia juga merasa kakinya sudah sangat pegal hanya untuk berjalan ke parkiran sekalipun. Lagi pula ia bisa kembali melanjutkan perjalanan setelah duduk sebentar mengistirahatkan kakinya.
Hahh, usia kehamilannya yang sudah memasuki bulan ke-4 sudah mulai membuatnya cepat lelah. Pantas saja Mario murka begitu melihatnya lari menuruni tangga tadi pagi. Pasti terlihat agak mengerikan wanita yang berlari dengan perut yang terlihat mulai membesar.
"Lou?" Panggil Alyssa melihat Louis yang berdiri tepat disamping tempat duduknya.
"Saya disini, Nyonya. Anda membutuhkan sesuatu?" tanya Louis sopan.
"Aku lelah" Alyssa terengah mengusap keringat di dahinya.
"Bisa kau ambilkan tas ku?" pinta Alyssa yang mau tak mau membuat Louis terkekeh.
Bagaimana tidak, tas yang Alyssa maksud ada di atas meja tepat di depannya. Alyssa hanya perlu bergerak sedikit untuk menjangkau tas-nya. Tapi sepertinya, Nyonya-nya ini memang benar-benar lelah. Pantas saja, Tuan-nya akhir-akhir ini gemas sekaligus semakin posesif dengan istrinya.
"Dengan senang hati, Nyonya" jawab Louis lalu membungkuk mengambil tas milik Alyssa yang ada di atas meja.
"Terimakasih, Lou" Alyssa tersenyum menerima tas yang Louis berikan.
"Sudah menjadi tugas saya, Nyonya" jawab Louis lalu kembali berdiri di samping Alyssa.
Alyssa mengobrak-abrik tas jinjing 1,4 juta USD di pangkuannnya, mencari ponsel untuk ia mainkan selagi menunggu Mario datang. Tapi setelah Alyssa membuka Lock Screen ponselnya, Alyssa mengernyit mendapati pesan masuk dari nomor tak dikenal
Massage
Permainan akan segera dimulai Alyssa. Are you ready?
-A-
Alyssa mengerenyit begitu mendapat pesan aneh tersebut. Permainan apa? Ck, apa ini sebuah terror? Ohh ayolah, ia bahkan bukan seorang anak kecil yang mampu di takut-takuti hanya dengan sebuah pesan tidak penting seperti ini.
Lagi, Alyssa kembali merasakan ponselnya bergetar dan sebuah pesan kembali masuk. Namun kali ini sebuah foto. Tanpa caption dan masih dari nomor yang sama.
Disana, Alyssa melihat sebuah foto dengan objek Mario dan seorang wanita yang menurut Alyssa ia pernah melihatnya. Ahh, pantas saja ia seperti pernah melihatnya. Wanita itu yang dulu pernah ia temui bersama Mario saat ia berbulan madu di Hawaii. Dan sekarang ia kembali melihat wanita itu bersama suaminya.
Kesal, Alyssa memasukkan begitu saja ponsel tersebut ke dalam tasnya. Aishhh, menyebalkan sekali. Walau tidak ada yang istimewa dengan foto tersebut, tapi tetap saja Alyssa merasa panas saat melihat Mario tersenyum dengan wanita itu di foto.
Okey, jangan salahkan dirinya yang seperti ini. Salahkan hormon ibu hamil -sialan- yang selalu dapat merubah mood-nya hanya dalam hitungan detik.
"Menunggu lama?"
Alyssa tak begitu terkejut mendengar suara familiar tersebut di susul dengan kecupan lembut di puncak kepalanya. Siapa lagi kalau bukan Mario. Pria yang baru saja memperburuk mood-nya. Awas saja, ia akan menyuruh Mario tidur di luar malam ini. Masa bodoh dengan Mario yang nanti akan merengek dan merayu seperti anak yang ingin di belikan mainan oleh ibunya.
"Aku mau pulang!" ucap Alyssa dengan nada kesal sembari menepis tangan Mario yang kini tengah mengusap rambutnya.
Diluar dugaan Mario terkekeh, Mario menyangka Alyssa kesal karena menunggunya terlalu lama. Sedangkan Alyssa sudah mengangkat wajahnya dan menatap kesal Mario yang kini berdiri menjulang tinggi di sampingnya.
"Apanya yang lucu!" pekik Alyssa tak terima. Yang benar saja, ia sedang mati-matian menahan untuk tidak langsung mengomeli suaminya itu, kini malah dengan wajah bodohnya Mario menertawakannya?
Benar-benar minta di mutilasi!
"Kau benar-benar lucu, Hon" ucap Mario sembari mengulum senyum. Dan tiba-tiba dengan gerakan cepat hingga Alyssa tidak dapat menolaknya, Mario meletakkan tas jinjing Alyssa lalu membopong Alyssa secara bridal.
"Apa-apaan, Marioooooo!! Turunkan aku bodoh!" pekik Alyssa karena mendadak tubuhnya terasa melayang.
"Tidak, aku tidak akan mengambil resiko memperlihatkan kepada semua orang seberapa menggemaskannya dirimu saat ini, Hon" ucap Mario datar.
"Kau menyebalkan!" pekik Alyssa lagi, sedangkan tangannya kini terus memukul dada Mario dengan tas jinjing yang tadi Mario letakkan di pangkuannya. Tentu saja tak berefek dengan tubuh kekar tersebut, kecuali rasa geli.
"Tenang saja, Hon. Setelah ini, setelah aku berhasil menyembunyikanmu dari tatapan lapar mereka semua, aku akan mengurungmu di ranjang dan membuatmu memekikkan nama ku karena saat itu milikku sedang menghujam milikmu begitu dalam" ucap Mario acuh yang sukses membuat wajah Alyssa memerah akibat perkataan tak senonoh yang di ucapkan suaminya tersebut.
"Dasar mesum!!" pekik Alyssa kesal. Ia sungguh lupa jika suaminya ini adalah golongan orang yang sangat-sangat menyebalkan. Seharusanya kan saat ini ia sedang ngambek dengan Mario yang akan membujuknya dengan segala rayuan. Kenapa malah jadinya seperti ini.
Mario hanya terkekeh melihat tingkah Alyssa di gendongannya, dengan segera ia membawa Alyssa masuk ke dalam mobil dan mendudukannya di kursi penumpang. Setelahnya dengan gerakan cepat seakan takut Alyssa akan kabur, Mario segera duduk disamping Alyssa, lalu memangku Alyssa di pangkuannya.
Alyssa terdiam dengan tubuh gemetar. Trauma itu masih belum hilang, ia bahkan masih sesak napas saat menaiki mobil. Namun, belum sampai ketakutan Alyssa membuat wanita itu sesak napas. Mario sudah menenangkan Alyssa. Membisikkan kata-kata penenang bahwa tidak ada lagi yang perlu wanita itu takutkan.
"Lupakan rasa sakitnya sayang. Buang semua rasa takutmu. Aku disini, Hon. Aku selalu disamping mu. Jangan takut sayang"
Alyssa tidak bisa untuk tidak tertidur ketika bisikan lembut menenangkan itu menyapa Indra pendengarannya. Di selingi dengan kecupan lembut di puncak kepalanya.
***
Hallo semoga suka sama part ini ya.
Terima kasih sudah membaca.