Written by : Siska Friestiani
LoCC : 2014
Re-publish Web Novel : 12 November 2020
*siskahaling*
Tak ada yang berubah dengan kehidupan pernikahan Mario dan Alyssa. Pekikan Mario dan raut kesal Alyssa selalu memenuhi kehidupan pernikahan keduanya. Dan jika kalian bertanya bagaimana kekhawatiran Mario terhadap Alyssa, tidak ada yang berubah, malah semakin berlebihan. Setidaknya itu menurut Alyssa. Apa lagi sekarang usia kandungannya sudah memasuki bulan ke enam dan perutnya otomatis bertambah besar sesuai dengan usia janinnya. Tak jarang Alyssa yang kadang mengeluh kakinya pegal karena beban yang ia bawa. Dan jika wanita itu sudah mengeluh Mario akan bergegas mengambil minyak zaitun dan mengurut kaki Alyssa sebelum tidur.
Banyak lagi kegiatan kecil yang akhir-akhir ini sering Mario lakukan, selain memijat kaki Alyssa sebelum tidur, Mario juga kini suka mengelus perut Alyssa setelah ia pulang dari kantor. Mengelus sembari mengajak anak mereka berbicara. Hal konyol memang, tetapi bagi seorang yang memiliki jabatan CEO seperti Mario, hal kecil yang terlihat konyol itu sangatlah menyenangkan. Rasa lelahnya bahkan akan hilang begitu saja saat ia pulang dan di sambut hangat oleh istrinya, apalagi jika melihat istrinya yang menyambut dengan perutnya yang membesar. Semakin menambah rasa bahagia Mario karena akan mengingatkan status barunya yang sebentar lagi akan menjadi seorang ayah.
Siang ini, seperti siang-siang biasanya, Mario berada di rumah untuk makan siang bersama Alyssa. Memang sejak Cauvade Syndrome Mario hilang, Mario akan makan siang bersama Alyssa di rumah dengan hidangan yang Margareth siapkan. Dan kini, entah kenapa setelah syndrome aneh Mario itu hilang, giliran Alyssa yang terlihat semakin manja. Emosi dan moodnya seperti roller coaster yang membuat Mario harus meningkatkan kadar kesabarannya saat menghadapi istri mungilnya itu.
"Kau akan ke kantor lagi?" tanya Alyssa begitu melihat Mario datang dengan segelas susu di tangannya. Makan siang memang telah selesai, dan sekarang waktunya ibu hamil untuk meminum susunya.
"Ya, aku masih ada pertemuan dengan para penanam saham" Mario menyerahkan segelas susu kepada Alyssa. "Ini, minumlah. Si kecil sudah menunggu susu buatan, Daddy-nya" Alyssa tersenyum, lalu dengan senang hati meminum susunya.
"Pasti sulit mengurus perusahaan saat ini, apa lagi kau telah menggabungkan Clovist dan Calvert di satu naungan" Alyssa menatap Mario dengan wajah sendu sembari meletakkan gelas susu yang isinya tinggal setengah di meja makan.
Bagaimana pun suaminya itu pasti lelah mengurus dua perusahaan besar yang kini bergabung menjadi satu. Yang pasti kesibukan suaminya itu menjadi dua kali lipat dari biasanya. Memang setelah Alyssa resmi atau lebih tepatnya di paksa oleh Mario untuk tidak bekerja lagi, Mario menggabungkan Clovist dan Calvert menjadi satu. Tentu saja di bawah naungan Calvert Corp.
Huhh, sebenarnya Mario tidak akan perlu sesibuk ini jika saja Mario masih mengizinkannya untuk bekerja di Clovist. Salah pria itu juga melarangnya bekerja. Dasar diktraktor!
Mario hanya tersenyum melihat raut khawatir istrinya tersebut. Tapi dia bukanlah pria gila yang masih membiarkan istrinya bekerja dengan keadaan tengah mengandung. Lagi pula dengan kondisi Alyssa yang tengah mengandung atau tidak, Mario tetap akan melarang Alyssa untuk mengurus Clovist.
"Hey! Kau lupa jika aku ini boss besar, Hon? Tentu saja aku tidak akan sesibuk yang kau pikirkan, aku masih memiliki Louis dan Mike yang bisa ku percaya untuk mengurus perusahaan" Mario menepuk kepala Alyssa dengan sayang.
"Tenang saja, sesibuk apa pun aku tidak akan melupakan kewajiban ku untuk memanjakan mu dan memuaskan mu di ranjang"
Blushhh
Dasar brengsek, bisa-bisanya suaminya itu menggodanya di meja makan. Dasar tidak sopan! Dan jangan tanyakan lagi seberapa merah pipinya saat ini, yang pasti pipinya terasa panas. Malu.
*siskahaling*
Setelah Mario kembali ke kantor untuk melakukan pertemuan dengan para penanam saham, seperti biasa Alyssa akan menghabiskan waktunya di istana mewah ini dengan segala rasa bosannya. Sialan memang suami tampannya itu, mengurungnya di istana seluas ini. Sendirian pula. Ahh, tidak sendirian juga sih. Masih ada Margareth, beberapa bodyguard dan juga Petter, supir pribadi untuk Alyssa yang akan mengantarkan Alyssa kemana saja ia akan pergi.
Dan akhirnya memang Mario harus mengalah untuk tidak selalu mengantar Alyssa ketika akan pergi keluar. Namun Mario tentu saja tidak ingin mengambil resiko. Ia menyuruh Petter untuk mengawalnya.
Getar ponsel mengalihkan perhatian Alyssa. Di lihatnya kini ponsel itu menampilkan sebuah tanda jika ada pesan baru. Dengan enggan Alyssa meraih ponsel dan membukanya.
Massage
Bagaimana, jika malam ini games-nya kita mulai?
-A-
Alyssa membuang ponselnya begitu saja saat lagi-lagi nomor yang tak di kenal itu yang mengirimkan pesan-pesan aneh untuknya. Tak jarang Alyssa juga mendapat pesan sebuah ancaman. Entah apa motif sang pengirim, dan Alyssa sendiri tak begitu menggubris pesan-pesan dari pengirim misterius itu. Bisa jadi hanya orang iri yang berniat menerornya.
*siskahaling*
Wanita itu terlihat begitu cantik dengan gaun hitam yang membungkus tubuhnya saat ini. Duduk menyilang sehingga membuat kaki jenjangnya terekspos begitu saja. Seakan wanita itu memang sengaja memamerkan kaki jenjangnya yang indah itu.
Jemari lentik dengan kuku yang di cat berwarna merah kini tengah menggengam segelas wine, mengarahkan ke bibir ranumnya yang berwarna sama dengan cat kukunya.
"Kau yakin akan melakukannya malam ini"
Ashilla, wanita itu mengangguk dengan penuh keyakinan. Ia sudah merencanakan rencana ini dengan matang dan menurutnya hari ini lah saatnya puncak dari segala rencananya akan dimulai.
"Ya, aku rasa ini waktu yang tepat. Kau tinggal sedikit berakting dengan Mario dan menariknya keranjang lalu aku yang akan mengarahkan Alyssa untuk melihat semuanya. Lalu, Bammmm!!! Bom akan meledak dan semuanya akan selesai" Ashilla terseyum ketika bayangan rencananya itu akan berhasil dan melihat wanita sombong bernama Alyssa itu hancur karena ulahnya.
Jessi menggelengkan kepalanya. Tak tau harus berkata apa lagi dengan wanita gila di depannya ini. Ahh, ia sebenarnya yang lebih gila disini, karena mau membantu Ashilla menjalankan rencana gilanya.
"Kau tahu bukan dengan apa yang akan kau lakukan ini tidak akan membuat, Mario kembali padamu?" tanya Jessi sembari melipatkan tangannya di depan dada.
"Aku tahu" jawab Ashilla ringkas. "Tapi aku akan puas telah melihat Mario dan Alyssa hancur dan menderita" tambah Ashilla kembali meneguk wine-nya.
"Hahhh, kau benar-benar wanita Gila, kau tahu!" bukannya marah, Ashilla malah tertawa begitu mendengar ucapan pedas temannya itu.
"Aku Ashilla Jhonson. Aku harap kau tidak melupakan itu Jess"
Ya, Ashilla Jhonson. Wanita yang begitu membenci Alyssa karena telah merebut perhatian Mario darinya. Wanita yang akan membuat seorang Alyssa hancur sebentar lagi. Dan tentu saja ia hanya tinggal memberi sentuhan halus untuk membuat bom itu meledak dan menghancurkan semuanya.
***
Hallo, Terima kasih untuk yang udah baca.
Terima kasih Review dan Vote nya.