Chereads / Indescriptible / Chapter 31 - thirty one•Archery

Chapter 31 - thirty one•Archery

"Udah selesai semua Tan, mau istirahat dulu nggak?" Tawar Venus pada Titan karena melihat laki-laki itu nampak kelelahan.

"Boleh Ven, ntar gue lanjut lagi kalau udah ada juri semua, kan cuma tinggal sedikit aja," jawab Titan.

"Ok," balas Venus lalu mereka duduk di bangku bawah pohon yang cukup besar.

Merek berdua duduk di bawah pohon yang cukup rindang bersama frngan hembusan ringan dari angin kecil beserta daun yang tengah berterbangan.

Tak sengaja, Venus melihat Aldrich yang tengah berjalan menuju arah dirinya berada. Tapi Venus berfikir bahwa Aldrich akan menghampiri Titan yang tengah berada di sampingnya. Tanpa alasan Venus berfikir seperti itu, Titan adalah sahabat Aldrich dan Titan tengah berada di sampingnya saat ini.

"Al," panggil Titan.

"Ngapain lo disini?" tanya Aldrich.

"Duduk lah ngapain lagi emang," jawab Titan.

"Siapa tahu lagi ngapain kan nggak tahu juga gue," balas Aldrich.

"Pinter-pinter tapi kadang dongo juga ya ni anak satu. Kalau orang terlalu pinter ya kayak gini nih, otaknya lola," sindir Titan.

"Lo sama Venus juga Tan?" tanya Aldrich melirik Venus.

"Iya, kenapa emang? Lo cemburu? Nggak suka?" tanya Titan memancing.

"Nggak! Biasa aja. Lagian kan lo sama Venus satu organisasi, ya maklum kan kau berdua," ucap Aldrich.

"Lo kode apa gimana sih Al, nggak ngerti gue," ujar Titan tak paham.

Venus yang berada di samping Titan hanya bisa mendengarkan kedua laki-laki itu membicarakan dirinya. Ada rasa senang sedikit di dalam hati Venus.

"Maksud lo dengan kata kode?"

"Lupakan."

"Lo mau kemana emang?" tanya Titan.

"Ke ruang kepsek."

"Ngapain?"

"Kepo," ujar Aldrich lalu berjalan pergi meninggalkan dua manusia itu.

"Dih sekarang udah main rahasia. Awas aja lo ya!" Ancam Titan merasa tak terima.

Aldrich berjalan meninggalkan Venus dan Titan yang tengah beristirahat sejak tadi. Aldrich yang tak sengaja melewati depan Venus pun membuat gadis itu menatap laki-laki yang tengah berjalan di depannya. Hatinya bak di hujani ribuan bunga.

"Ven," panggil Titan sedikit keras.

"Hmm," balas gadis itu linglung.

"Lo ngapain kayak gitu?" tanya Titan yang melihat raut wajah Venus berubah.

"Hah?" Ulang Venus belum tersadar.

"Wajah lo kenapa berseri-seri gitu? Lo lagi dapet hadiah?" Titan bertanya pada Venus.

"Nggak kok," jawab Venus.

"Lo suka ya sama Aldrich?" tanya Titan tiba-tiba.

Venus melongo dibuatnya, ia tak bisa menjawab apapun." Maksudnya?"

"Lo suka kan sama Aldrich? Nggak usah bohong sama gue, gue ngerti dari wajah lo," ujar Titan memojokkan.

Venus hanya diam tak tahu harus menjawab apa sekarang." Nggak!" Tegas Venus.

"Zaman sekarang nggak harus cowok kok yang menyatakan cinta duluan, cewek dulu juga nggak apa-apa. Daripada di pendam sendiri, sakit," ujar Titan.

"Biasa aja kok Tan," jawab Venus memalingkan wajah.

"Kalau suka jangan lama-lama, nanti diambil orang sakit." Bisik Titan tepat ditelinga Venus.

Titan berlari meninggalkan Venus yang tengah mencermati tiap kata yang diucapkan Titan barusan.

"Masa iya harus ngomong duluan?" tanya Venus paa dirinya sendiri.

"Nggak ada harga dirinya banget jadi cewek." Cela Venus pada dirinya.

Venus beranjak meninggalkan tempat duduknya. Ia menyusul tiap langkah Titan, dirinya sekarang berada tepat di belakang laki-laki itu. Ditatapnya lekat-lekat punggung laki-laki yang tengah berjalan lebih dulu dari dirinya.

Brughhhh...

"Aduhhh!" Ringis Venus mengusap jidatnya.

"Lo ngapain di belakang gue? Kan bisa di depan atau samping gue?" Kata Titan.

"Pengen!"

"Maksud lo? Lo pengen di belakang gue gitu? Aneh banget sih lo," ujar Titan bingung.

"Emang nggak boleh?" tanya Venus seolah-olah tak punya rasa bersalah.

"Ya boleh-boleh aja sih, cuma bukan kayak diri lo biasanya aja. Lo lagi salting ya?" Terka Titan menunjuk wajah Venus.

"Nggak!" Tegas Venus.

"Bohong dosa!" Ancam Titan.

"Lagian mau salting sama siapa?"

"Sama Aldrich lah, masa iya sama gue. Sadar diri kali gue," ujar Titan meninggikan suaranya.

"Nggak!" Tolak Venus lagi.

"Mulut lo bisa bohong, tapi mata lo nggak bisa bohong. Kalau emang suka bilang aja, nanti kalau udah milik orang itu sakit tahu." Saran Titan kembali berbisik.

"Apaan sih enggak!" Venus mundur satu langkah dari jarak awal.

"Hihh di kasih tau malah ngeyel lo." Kesal Titan.

Venus tak memperdulikan omongan Titan barusan, dirinya berjalan berbalik arah menuju ruang OSIS. Ia tak mau membuang waktu hanya untuk mencerna kata-kata laki-laki itu barusan. Venus berjalan gontai sembari sesekali melirik ke arah belakang.

"Syukur deh kurang satu aja barangnya, habis ini selesai tinggal ke lapangan aja." ujar Venus membawa barang itu lalu lekas pergi meninggalkan ruangan sepi itu.

Dirinya berjalan sembari menenteng barang yang ia bawa dari ruang OSIS tadi. Kakinya melangkah menuju ke lapangan, tempat dimana acara lomba diselenggarakan.

"Udah semua Ven?" tanya Jenny sang sekertaris.

"Udah selesai semua kok Jen. Acaranya kok belum dimulai? Mau nunggu siapa lagi?" tanya Venus.

"Habis ini Ven. Tadi masih nunggu peserta, kurang satu," jawab Jenny.

"Ohh.... Tapi sekarang udah ada kan peserta nya?" tanya Venus pada Jenny.

"Udah kok, ini tinggal nunggu lo aja," ucap Jenny.

"Yaudah dimulai aja, nanti keburu siang!" Suruh Venus sebagai ketua OSIS.

"Ok," jenny yang mengerti itu segera melaksanakannya.

"Ok semuanya, sekarang lomba akan dimulai! Dimohon untuk para penonton sedikit mundur dari area permainan. Dan untuk para peserta, dimohon untuk segera berkumpul di lapangan!" ucap Jenny di atas podium.

Para peserta lomba sekarang sudah berkumpul di lapangan. Mereka sudah bersiap dengan alat permainan yang mereka bawa masing-masing.

"Lomba ini akan kita mulai urut dari nomor 001 sampai nomor terakhir atau nomor 011. Dan nanti permainan akan dilakukan secara bergantian, setiap peserta hanya boleh menemvak sebanyak 3 kali dalam satu ronde." Tambahnya.

"Ok peserta nomor 001 dipersilahkan," ujar Jenny pada seluruh peserta.

Lomba dimulai dengan peserta lomba panah antar kelas nomor dada 01. Peserta itu kini sudah memperoleh skor 20. Skor yang cukup tinggi di babak pertama.

Setelah 1 jam berlalu, akhirnya kini sudah ditetapkan siapa pemenang dari lomba acara ini. Peserta dengan no urut 009 akhirnya membawa pulang kemenangan dengan skor 50 selama 3 babak.

Para anggota OSIS membersihkan lapangan yang telah selesai digunakan untuk acara lomba panahan tadi. Cuaca yang cukup panas serta matahari yang terik membuat mereka semua tampak kelelahan. Keringat terlihat bercucuran di dahi mereka semua. Namun, itu semua tak membuat mereka surut. Mereka tampak bekerja keras dan bergotong royong untuk membersihkan area itu.

"Ven udah selesai semua, di bagian situ juga udah rapi kok. Kita balik yuk!" Ajak Jenny.

"Ok," balas Venus.

Venus dan Jenny berjalan berdampingan menuju ruang OSIS. Mereka tak lupa membawa barang yang tadi mereka bawa dari ruang OSIS untuk dipakai acara lomba. Keringat dan capek juga sangat terlihat dari raut wajah kedua gadis itu.

"Taruh sini aja Jen, disitu udah penuh soalnya," ucap Venus.

"Ok." Jenny meletakkan barang itu sesuai yang diperintahkan oleh sang ketua OSIS alias Venus.

"Gue balik duluan ya Ven, mau ke kelas." Pamit Jenny.

"Ok," balas Venus.

Kini tinggal Venus seorang di dalam ruangan itu. Venus segera membereskan semua barang yang berserakan dan segera meninggalkan ruangan sepi itu.

"Udah selesai semua Ven?" tanya Zara yang melihat kedatangan Venus.

"Udah kok Zar."

"Lo nggak capek Ven? Secara kan lo ketua OSIS." tanya Nada.

"Ya nggak begitu sih Nad," jawab Venus.

"Udah lo istirahat dulu aja Ven! Ini tadi gue juga beliin lo air putih." Arva menyodorkan sebotol air pydingin pada Venus.

"Thanks," balas Venus menerima botol air putih itu.

"Lo nanti pulang di jemput apa bareng gue Ven?" tanya Zara.

"Dijemput kok Zar," ujar Venus menengguk air putih yang diberikan Arva.

"Ok kalau gitu. Oh iya, lo mau ikut kita jalan-jalan nggak Ven? Biasa lah, membuat otak segar kembali," ucap Zara menaik turunkan alisnya.

"Kemana?"

"Belum tahu juga sih, tapi paling ke mall deket sini," ujar Zara.

"Boleh deh," ucap Venus yang membuat mereka bertiga sangat kegirangan.

"Ok! Nanti gue, Arva, sama Nada jemput ke rumah lo ya. Sekalian nebeng jajan lo." Goda Zara.

"Siap," jawab Venus dengan nada bahagia.