Dave menatapku sungguh ambigu tatapannya,aku tak bisa menebaknya,bagaimana bisa aku tak dapat menebak apa yang cukup coba dia sampaikan melalui matanya.
"enggak,ini semua bohong kan dyn,kau bukan dia kan"Dave terus mengguncang-guncangkan tubuhku,"aku enggak percaya,dia yang ku kenal tidak memakai hijap seperti ini,katakan padaku dynna kamu berbohong,katakan kamu bohong!"teriak Dave,membuatku takut dan gemetaran.
Aku diam tak berbicara hanya diam,apakah aku salah jika aku berhijab,salah bila aku ingin merubah diriku menjadi lebih baik,aku tau davit yang dulu tak seperti ini,bahkan dia tak pernah berteriak seperti ini,"Apa yang salah jika aku memang dia,dia wanita yang kau cari,dimana salahku Dave??"tanyaku menatapnya sedih.
"masalahnya,kenapa kau meninggalkanku tanpa kabar,kau tau seperti apa aku mencarimu?katakan padaku Trias kenapa kau tinggalkan aku"emosi Dave meledak-ledak
"saat itu aku hanya berpikir,aku tidak pantas untukmu"aku hanya menunduk tak sanggup menatapnya lagi.
__________
9 tahun yang lalu....
Aku menatap seorang bule dia duduk di tangga halaman mall Nagoya hill, wajahnya lusuh Dan kusut, baru pertama Kali ini aku melihat wajah bule yang seperti ini, aku tertawa menatapnya, tapi dia tiba-tiba menatapku, aku tersenyum Manis padanya berharap dia akan membalas senyuman indahku,Tak di sangka dia menatapku memelas lalu, seakan tersadar dia tersenyum enggan, aku berjalan melewatinya, setelah berpikir sejenak kenapa Tak mencoba untuk menyapa atau berbicara padanya,aku berbalik dan langsung duduk disampingnya,"kenapa wajahmu seperti itu?"tanyaku sambil menatap ke depan.
Dia kaget lalu menolehkan kepalanya ke arahku,tatapan bingungnya hanya kutanggapi dengan senyuman sesaat setelah aku menatapnya,
dia tak menjawab hanya menghela nafas panjang,seakan akan bebannya begitu berat,sedetik kemudian,"kau tau bagaimana rasanya di tinggalkan oleh calon pengantinmu sehari sebelum pernikahan?"ujarnya menunduk
"enggak,aku enggak tau,seperti apa rasanya,jangankan calon suami pacarpun aku tak punya bagaimana aku bisa merasakannya?"jawabku dengan polos karna saat itu yang kupikirkan tentang masa muda dan kerja.
Terkejut,ya saat itu pria bule ini hanya menatapku terkejut,seolah-olah tak percaya dengan apa yang aku ucapkan,pria bule ini hanya berdiri sambil menarik tanganku mengisyaratkan bahwa aku harus ikut dengannya,"Taxi"ujarnya taxi yang dipanggilnya itu berhenti lalu sambil membuka pintu taxi dia menyuruhku masuk kedalam taxi yang diiringi olehnya"ke costarina" ujarnya ke sopir taxi,Dan aku hanya terdiam.
Di sepanjang perjalanan kami hanya terdiam tak ada terjadi percakapan di antara kami sesekali aku menatapnya hanya ingin tau apakah pria di sampingku ini cukup waras atau tidak taxi melalu kencang menuju costarina karna memang saat itu jalanan menuju kesana terkesan lengang.Taxi berhenti di sebuah tempat bernama costarina,tempat ini berada di pinggir pantai ada biang Lala di sebelah kanan dan ada coffe shop yang terletak agak ke tengah laut,dan banyak juga aneka toko yg berjajar tapi saat ini toko-toko tersebut sedang tutup.Pria bule itu menggenggam tangan ku sambil turun dari taxi,aku mengikutinya kemanapun dia berjalan.
"kenapa kau membawaku kesini?"tanyaku menatapnya datar,dia diam tak berkata apapun.
"aaaaaaaaaaaaa"teriaknya tiba-tiba sontak membuatku kaget tak percaya,air matanya tiba-tiba mengalir begitu deras tak terbendung."kenapa dia meninggalkanku,apa yang kurang dariku,semua permintaannya bahkan bisa kupenuhi?"tatapannya begitu nanar dan penuh kebencian.
"mungkin kurang perhatian"kataku nyeletuk sambil menatapnya penasaran,tapi dia hanya diam menatap jauh kearah laut lepas."oh ya siapa namamu?"tanyaku penasaran.
"kau bisa memanggilku davit"katanya tak bersemangat.
"okay davit,Ayo Kita minum coffe di sana!"aku menunjuk sebuah coffe shop yg menjorok ke arah lautan,tempatnya aman dan nyaman,apa kau mau kesana,udah lupain aja dia masih banyak kok cewek cantik di dunia ini ayo"aku langsung menarik tangan Dave,dia mengikuti walaupun sebenarnya enggan.
"apa kau tak pernah merasakan sakit?kenapa kau tak mengerti situasi ku?"katanya kesal.
"ya pernahkah"aku tertawa,"tapi buat apa memikirkannya dan merasakannya,yang ku tau hanya nikmati hidup ini selagi bisa kau tak akan tau apa yang akan terjadi besok di dunia dan di hari harimu selanjutnya,jadi nikmati saja"aku menatapnya tersenyum tanpa beban lalu tertawa"kau tau wajahmu itu jelek sekali,hahaha.."aku tertawa sambil menggodanya.
davit tertawa,"really??"tanyanya sambil tertawa kecil.
"iya,dari tadi saat kau mengeluarkan unek-unek mu aku mau ketawa,tapi takut kau marah jadi aku menahannya dan hanya diam"aku masih menertawakannya.
"apa kau mau menemaniku selama beberapa hari?"serius dia bertanya.
"eh bule sad boy,aku ini cewek baik-baik bukan pelacur!"jawabku kesal
"hahahaha"kali ini tawanya meledak,"maksudku bukan begitu,apa yg ada di otakmu sih,maksudku nemenin jalan-jalan bukan menemaniku yang begituan aku juga punya iman pendek"dia tertawa lagi.
"eh..iya boleh"wajahku memerah menahan malu."ngomong-ngomong kamu tinggal dimana disini?"tanyaku penasaran.
"Pasific hotel!" ujarnya acuh tak acuh.
"hotel yang bagus,oh ya ayo kita balik ke Nagoya mall,aku laper"
sejenak Davit berpikir,dan " ayo,terima kasih" Davit menggenggam jemariku.
__________
"kau pesan apa?eh namamu siapa?"Davit menatapku bingung tak tau namaku siapa.kami duduk di salah satu food court di Nagoya mall
"Trias,ya panggil saja aku dengan nama Trias nama favorit ku"aku menjawab sambil tersenyum manis."Davit aku mau soup seafood"
"oh ya dormitorymu ada dimana?"
"di Bintan,klo dsini aku nginep bareng teman-teman aku di daerah Panbil"
"jauh banget"
"kan udah aku bilang,aku ambil cuti"
nanti aku antar kamu pulang,besok kita ketemuan lagi ya" boleh gak?"tanyanya serius.
"boleh" ujarku bersemangat,"terima kasih"kataku saat menatap salah satu pelayan mengantarkan makanan yang kami pesan.pelayan itu hanya menatapku tersenyum manis.
"Trias kamu kenapa gak punya pacar?"tanya Davit tiba-tiba menatapku.
"gak tau,gak niat aja,males"senyumku.
"klo punya pacar kan asik"
"ha..ha..ha..,asik dari mana,ngerepotin iya,klo pergi harus laporan segala enggak bebas seperti sekarang"acuhku.
"benarkah begitu,bukan karena kau takut ditinggalkan lalu terluka sangat dalam?"davit tertunduk menatap makanannya sedari tadi,dia berbicara tanpa menoleh sedikitpun.
"di dunia ini kita harus siap antara dua kemungkinan,meninggalkan atau ditinggalkan,mendapatkan atau kehilangan sedih atau bahagia,itu semua tergantung dari sudut pandang siapa yang menjalaninya,klo dari sudut pandang ku,semua akan datang tinggal kamu jalani dan berdoa semoga semuanya indah,kalaupun sedih jangan terlalu hanyut dalam kesedihan yang hanya membuatmu luka,karna aku benci rasa luka itu."entah kenapa perasaan ku jadi tak menentu saat menjelaskan,aku merasakan sesuatu yang janggal aneh dan kikuk.
"mungkin kau ada benarnya Trias".Davit menatapku dengan senyum pilunya itu,aku tau dia masih merasa sedih atas perlakuan calon istrinya itu.