Di sebuah gedung perkantoran sebuah perusahaan sedang melakukan rapat pemegang saham bersama para komisaris, seorang lelaki gagah berkumis agak gemuk sudah duduk di meja depan yang lainnya.
"Sebaiknya kita mulai rapat ini !" ujarnya.
"Maaf pak, masih ada satu orang lagi yang belum hadir !" sebuah interupsi terdengar, lelaki itu heran karena dia kan pemilik perusahaan jadi rapat ini miliknya.
"oh ya ? saya kan pimpinan komisaris disini, dan Direktur perusahaan saudara Daniel juga sudah hadir ? jadi bila ada yang belum datang tak jadi masalah kan ?" jawab lelaki itu agak tersinggung.
"maaf pak Suhendro, tapi menurut keputusan kita bulan lalu sesuai kepemilikan saham yang sudah berubah 45 persen masih di pegang anda, 40 persen diketahui dibeli oleh seseorang sisanya di bagi semua yang hadir disini. jadi dia itu mempunyai hak yang sama dengan anda !" jawab lelaki yang menyela tadi, semua pun mulai berbisik dan mengangguk.
"Oke, baiklah kita tunggu sebentar lagi !" lelaki itu mau tidak mau harus melakukan itu sesuai dengan peraturan.
"papa tahu siapa dia ?" tanya Daniel yang duduk di sebelahnya. papanya yaitu pak Suhendro menggeleng,
"Dia seorang perempuan tapi papa belum tahu siapa dia !" jawabnya. Tiba-tiba pintu ruangan terbuka dan semua menoleh dan tertegun melihat seorang perempuan cantik berdiri disana kemudian berjalan menuju tempat duduk di depan.
"Maafkan saya terlambat ! ujarnya tersenyum, semua menatap tak berkedip pada sosok perempuan itu, tapi tidak bagi Pak Suhendro dan Daniel yang sangat terkejut yang mengenalnya.
"Tunggu, sedang apa disini Amira Premeswari Wijaya !" Pak Suhendro menatap tajam pada wanita itu, dia tak lupa atas perlakuannya yang membuatnya malu. semua yang hadir terkejut tak menyangka putri Ardhi Wijaya hadir disini.
"Tentu saja menghadiri rapat pemegang saham disini ! saya pemilik 40 persen perusahaan ini juga !" jawab Amira tersenyum, walau sudah menikah pesonanya tak pernah pudar.
"mana buktinya ?" Suhendro masih tidak percaya, Daniel hanya terdiam. Amira kemudian melirik ke arah seseorang lelaki yang mengikutinya di belakang tak lain tak bukan Bagas suaminya sendiri yang tetap menjadi asisten pribadinya. lelaki itu kemudian memberikan map kepada semua yang ada di meja depan. Semua menerimanya dan melihat map tersebut. Semua mengangguk tanda menerima tapi tidak Suhendro. ia menghela nafas walau berat akhirnya mengakuinya.
"Tapi mohon maaf nama saya sudah di ganti belakangnya Amira Prameswari Satrio itu nama suami saya Bagas Satrio ! Nah sudah ada buktinya bukan ?" Amira pun duduk di sebelah pak Suhendro dengan anggun. Daniel melirik kepada perempuan yang dulu pernah dilamarnya. dia pun sekarang sudah menikah dengan tetap pilihan kedua orang tuanya. Sementara Bagas duduk di belakang dengan yang lain.
Rapat pun dimulai dan di buka oleh pak Suhendro sendiri, mereka membahas dengan berbagai rencana perusahaan kedepannya, selain itu juga keberhasilan mereka akan proyek pertambangan minyak di pulau Natuna.
"Hari ini juga akan membahas proyek kerja sama kita dengan ... !" pak Suhendro melirik kepada Amira, "Palm co yaitu Palm land city yang kita batalkan karena banyak sekali masalah ... kita akan sepakat untuk menarik modal di beberapa proyek lainnya ...!" jelas Pak Suhendro.
"maaf pak Suhendro ... kita sudah mengeluarkan cukup banyak modal di Palm Land City saya rasa untuk menarik modal kita terlalu beresiko apa lagi kita tahu dia sedang goyah !" ujar Amira memotong pembicaraan pak Suhendro. tentu saja hal itu membuat jengkel.
"maaf nona Amira, eh maksudku bu Amira ! untuk apa itu di pertahankan ? atau jangan-jangan anda di sini ada maksud lain ?" tanya Suhendro menatap Amira tajam.
"Maaf pak Komisaris dan yang lainnya, proyek ini sudah jalan setengahnya ... itu berarti ada modal kita di gedung-gedung yang baru di bangun itu ! kalau kita menarik modal sama saja mengambil pepesan kosong, karena gedung itu belum jadi tak ada harganya, berbeda dengan yang sudah jadi kita bisa menjualnya dengan harga yang bagus ! maaf pak sesuai rapat pemegang sahan yang di setujui maka saya sebagai pemegang saham yang terbesar kedua mempunyai kewenangan memberikan keputusan juga ! bukan begitu bapa-bapa yang hadir disini !" Amira menatap semuanya dan mereka mengangguk, lagi-lagi pak Suhendro kalah, dia benar-benar tidak menyangka saham terbesar mereka di beli oleh Amira, tidak ada larangan membeli sahamnya sebenarnya bebas siapa saja.
"Aku rasa apa yang disampaikan bu Amira benar, tapi yang jadi masalah perusahaan Palm co lagi bermasalah bila ini berlarut maka kita akan rugi besar !" ujar yang lain.
"Saya mempunyai cara, kepemilikan PT Mitra di Palm co akan saya beli oleh perusahaan saya pribadi anggap saja itu proyek rugi ! tapi bagi perusahaan ini akan mendapat keuntungan ! kenapa ? saya punya saham disini, modal yang dibeli menjadi milik PT Mitra bekerja sama dengan perusahaan saya ! bila suatu hari rugi besar, maka saya mendapatnya bukan perusahaan ini !" jelas Amira.
"keuntungannya, saya yang akan melanjutkan semuanya proyek itu sampai selesai ! termasuk masalah yang di hadapi oleh Palm co !" semua terdiam. "tapi itu terserah semuanya !" lanjut Amira tersenyum.
"apa nama perusahaan anda ? masih Palm co ?"
"Bukan, PT MiRAGAS GROUP berada di Surabaya hanya satu bisnis utamanya perhotelan !" semua terkejut ketika mereka mendengar namanya, menurut berita perusahaan itu sedang banyak di incar oleh investor dan langsung melesat serta diperhitungkan di dunia Bisnis. semua review atau penilaian semua hotelnya rata-rata bagus.
Mereka tak menyangka Amira bisa membangun bisnis secepat ini, setelah beberapa tahun lalu diberitakan dia mengundurkan diri dari pimpinan Palm co. semua fasilitas khususnya dicabut. Kini Amira menjelma menjadi bisnis Woman yang patut diperhitungkan, dan penghargaan oleh majalah bisnis yang berpengaruh itu benar adanya.
"Baiklah kita akan memikirkanya secara bersama sekarang !" Ujar Suhendro. Dan hasilnya mereka menyetujui usulan Amira.
----------
Sementara itu Ardhi Wijaya berusaha untuk memberi penjelasan pada para pemegang saham tentang situasi di Palm co sejak kasus Palm Land City dan yang lainnya membuat beberapa pemodal manarik diri dan sahamnya turun drastis. Akhirnya Ardhi Wijaya melepas Palm Land City kepada pihak lain dengan nilai cukup tinggi lengkap dengan beban utang dan permasalahannya.
Tapi itu belum membuat perusahaan Palm co aman, masih banyak pekerjaan rumah yang harus di selesaikan oleh Ardhi Wijaya, kali ini dia tidak perduli siapa yang membeli beberapa anak perusahaannya yang bermasalah. Yang penting semua masalah cepat selesai.
"Mas, bagaimana kalau aku jual tas mahal ku !" ujar Anggia ingin membantu permasalah suaminya, Ardhi Wijaya malah tertawa.
"Sayang, harga tas itu tak ada artinya bila di kaitkan dengan permasalahan keuangan perusahaan mencapai miliyar rupiah !" jawabnya.
"Aku kan hanya membantu !" Anggia cemberut.
"Anggia bila aku bangkrut ! apa kamu masih mencintaiku ?" tanya Ardhi Wijaya. Anggia terdiam.
"Mas ngomong apa sih ! aku percaya pada mas yang sudah banyak asam garam di dunia bisnis semua akan berlalu !" Ardhi Wijaya menatap Anggia, entahlah di hati kecilnya merindukan Marina.
"Kamu benar ! kita tidak boleh putus asa dulu !" jawabnya.
Bersambung ...
maaf kalau ada kesalahan tentang cerita berkaitan istilah bisnis ... kalau ada tidak benar tentang apapun tolong beritahu di coment ya, nanti aku akan perbaiki ...