Tak ada yang tahu, termasuk Anggia. Ternyata semua itu adalah rencana dari Aria Permana, anak Sudarmin yang tergila-gila pada Anggia ibu tirinya sendiri. Tanpa sengaja dia tahu semua rahasia Anggia ketika melihat berkas khusus papanya Sudarmin, Sudarmin memang tahu tentang keinginan Anggia memiliki bayi tabung, tapi dia tidak perduli. Toh dia sendiri juga impoten sudah lama. Selain itu dia masih marah pada Ardhi Wijaya.
Aria tersenyum ketika membaca file itu, dia pun pergi ke Singapura dengan berbagai cara berhasil mendapakan tabung sperma dan mengurangi isinya dan hanya menyisakan sedikit saja, sisanya dia isi dengan yang baru. Pengacaranya menelpon dan memberitahu bahwa semua sesuai rencana, Aria walau tidak mendapatkan Anggia yang jelas sudah ada keturunannya di dalam dirinya. Dan beberapa kali ingin bertemu dengan Anggia, ternyata dia kuat dengan pendirianya.
Anggia sendiri setelah menyelesaikan semuanya seluruh harta kekayaannya dia bagikan kepada keluarganya tanpa ada yang tahu rencana ke depan, sisanya dia meminta pasangan mr Smith untuk mengelola spa dan salon miliknya hanya pada mereka iya beritahu semuanya. Dia pun berangkat ke Singapura untuk program bayi tabungnya, untungnya semua dapat di selesaikannya dengan lancar Anggia berhasil hamil dan tinggal di apartemen milik sahabatnya itu selama proses kehamilannya. Bahkan mr Smith dan Katrin menjadi kedua orang tua angkatnya ketika melahirkan putrinya. Setelah putrinya dirasa cukup umur yaitu 2 tahun ia pergi ke luar negeri. Sementara Aria sendiri menikah dengan pilihan ibunya
Beberapa tahun kemudian Aria dari istrinya mendapat dua orang anak satu laki-laki dan satu perempuan, sampai sekarang masih memimpin perusahaan dari almarhum papanya, sementara kakak tirinya ikut menjadi anggota dewan rakyat.
---------
"mommy !" teriak seorang anak perempuan cantik berusia 4 tahun sedang berlari di sebuah taman dan menghampiri seorang perempuan cantik, Perempuan itu memeluk putrinya. Perempuan itu bernama Anggia yang sekarang tinggal di Amerika Serikat tepatnya di California.
Dia seorang ibu tunggal tanpa suami dengan putrinya bernama Anggun, Anggia sendiri di sana mulai dari nol lagi memulai kehidupan baru, walau berat tapi akhirnya berhasil berusaha membuat butik perhiasan aksesoris dati mulai gelang, anting dan cincin khas Indonesia.
Anggia sebenarnya mendapatkan tawaran untuk tinggal di Perancis karena berteman akrab dengan Mr Smith dan Katrin, setelah program bayi tabung sukses dia membawa Anggun ke sana di sana ia sekolah mode mengambil jurusan perhiasan dan aksesoris. Setelah lulus sempat magang di beberapa desainer top di Paris. Sebelum akhirnya pindah ke Amerika.
Banyak sudah lelaki yang mendekatinya tapi sampai saat ini ia tolak, dia lebih memilih sebagai singel parent dan bekerja. Baru-baru ini ia pergi New York di tunjuk salah satu desainer baju top di sana yang tertarik untuk membuat aksesoris sebagai bagian karya rancangan bajunya, yang akan di tampilkan di New York Fashion Week.
Sampai saat ini ia tidak pernah menginjakkan kakinya lagi di Indonesia, karena sudah menjadi warga negara sana. Dia melakukan itu semata-mata menghilangkan masa lalunya yang kelam. Anggia akhirnya tahu dia telah di bohongi oleh Aria, suatu ketika dia mencoba ingin tahu DNA dari Anggun putrinya dan ternyata 98 % milik Aria dan sisanya adalah Anggia, marah ! tentu saja tapi ia tak perduli.
Anggia sendiri sudah melupakan Ardhi Wijaya sama sekali. ia kini hidup bahagia, semua orang berhak seperti itu, dan setiap manusia juga pernah khilaf. Hanya orang yang mau berubah tuhan memberikan jalan, apa yang dilakukannya sekarang sebagai pelajaran dari masa lalu.
------------
Cerita Anggia cukup sampai disini, Kita sedikit kembali ke keluarga kecil bahagia Amira dan Bagas. Kini Dewa tidak sendiri ada seorang adik perempuan yang menemaninya namanya Sheila. Bagas dan Amira harus berpisah karena perbedaan perusahaan yang mereka pimpin, Amira di Surabaya dan Bagas di Jakarta sementara Dewa dan Sheila di titipkan di kedua kakek neneknya mereka tidak keberatan.
Bagas bila sibuk akan tinggal di apartemen sementara, tapi setiap akhir pekan dia sering mengajak kedua putranya jalan-jalan. Amirs pun begitu bila waktu luang akan melakukan hal sama. Di saat waktu sibuk keduanya jarang bertemu kadang-kadang keluar kota atau ke luar negeri.
Keduanya punya waktu khusus untuk berdua. Mereka bisa saja pergi kemanapun tanpa perduli sedang bekerja atau melakukan perjalan bisnis. Bila rindu yang tak dapat di tahan mereka lsngsung pergi untuk bertemu.
Bagas kini telah menjadi pengusaha sukses, walau perusahaan yang kendalikan sebenarnya milik mertuanya Ardhi Wijaya bahkan sekarang makin hebat, apa yang di cita-citakan oleh mertuanya sudah di wujudkan oleh Bagas. Yaitu ingin membuat Palm co terkenal di seluruh Asia, perusahaan pun berkembang mempunyai anak perusahaan yang banyak dan berada di berbagai negara Asia.
Bagas yang tampan dan sukses tak luput dari godaan baik dari saingan bisnis maupun perempuan ! dan sudah banyak yang menggodanya baik secara terang-terangan atau pun diam-diam.
Salah satunya dari seorang perempuan yang mengaku "pelakor" nya Bagas dan dia menampilkan foto mesra dirinya dan Bagas.Dan Bagas sendiri memang tidak merasa seperti itu, tahu perempuan itu pun hanya sekilas. Amira hanya tertawa saja melihat foto itu, dia tidak marah atau merasa cemburu.
"Aku tak tahu kalau kamu laku juga !" ketika Amira menatap foto itu. Bagas melirik Amira yang di matanya tidak akan ada menandingi oleh wanita manapun di dunia ini sekalipun.
"Iya sih aku memang tidak ada bakat menjadi play boy !" jawab Bagas memeluk istrinya dan menciumnya.
"Sudah kuduga sih ! sejak pertama kali bertemu !" Amira tertawa.
-----------
Bagas pagi itu sudah tiba di kantornya yang dulu di tempati oleh mantan bosnya yang kini menjadi Istrinya, dan sedikit berubah sesuai dengan seleranya. Tetap menggunakan lift khusus dan Susan kini menjadi sekretaris pribadinya, dan kini punya ruangan khusus tidak kecil seperti ia dulu.
"Pagi pak !" Susan menyapanya seperti dia dulu.
"Pagi Susan ! apa rencana aku hari ini !" Bagas masuk ke ruang kerjanya. Susan membeberkan rencana hari ini.
"Oke, terima kasih Susan !"
"Dan ada ini !" Susan meletakan sebuah majalah gosip di meja, Bagas tidak melirik sama sekali.
"Memang kenapa ? kamu percaya ?" tanya Bagas.
"Tentu saja tidak !" jawab Susan singkat sambil tersenyum dan mengambil majalah dan membuang ke tempat sampah.
"Ya sudah, ayo kita pergi !" Bagas berdiri dan Susan mengikutinya.
"Apa yang harus di lakukan dengan hal itu ?" Susan menatap Bagas.
"Biarkan saja ! bila masih seperti itu ! beri pelajaran dia !" Jawab Bagas.
"Baik pak !" Susan tersenyum, begitu pun Bagas,
THE END