Ardhi Wijaya akhirnya dapat diselamatkan dari serangan jantung dan melewati masa kritisnya ketika membuka mata dia terkejut semuanya berkumpul di sekelilingnya.
"Mom, kakek bangun !" Dewa menunjuk kearah dirinya.
"sstt ... iya sayang ! Pa ... !" Amira menyapa lembut papanya. Ardhi Wijaya hanya tersenyum tapi menangis.
"Amira ..." sahutnya.
"Iya pa ... papa jangan banyak ngobrol dulu ya ? istirahat dulu saja ...!" bisiknya pelan.
"Papa ... minta maaf ..."
"Sudah ... Amira sudah memaafkan papa kok ... !" jawab Amira tersenyum dan memegang tangan papa tak terasa air matanya menetes. Ardhi Wijaya mengangguk.
"Marina ... "
"iya mas, aku disini ..." jawab Marina yang berdiri di sampingnya.
"Aku minta maaf atas semua yang kulakukan padamu !"
"Tentu mas, aku sudah memaafkan mas ! lebih baik mas istirahar biar cepat sembuh ya !" Ardhi Wijaya mengangguk. Marina tersenyum dan mengusap rambut mantan suaminya.
Beberapa hari kemudian, Ardhi Wijaya sudah kembali sembuh, tapi belum bisa pulang karena ada hal yang harus di lakukan pengecekan kesehatan. Marina dan Amira serta Ratih datang menjenguk dan menjaga dirinya.
Ditambah dengan kedatangan cucu-cucunya menambah semangat Ardhi Wijaya untuk sembuh, selain itu ibundanya juga sudah mulai sehat juga. Suatu hari Amira dan Bagas menjenguknya tanpa Dewa. Amira sendiri kemudian menemui dokter, tinggalah Ardhi Wijaya dengan Bagas yang menjaganya.
"Bagas !" ujar Ardhi, Bagas terkejut dan darang menghampirinya.
"Iya ada apa pah ? apa yang papa inginkan ?" tanya Bagas. Ardhi Wijaya hanya tersenyum.
"Aku hanya ingin mengobrol denganmu saja Bagas !"
"Oh, silahkan pa !"
"Kamu mencintai Amira ?" tanya Ardhi Wijaya, yang membuat Bagas tertegun.
"Tentu saja pah !"
"Bukan kawin kontrak kan ?"
"Oh, awalnya memang begitu ! tapi akhirnya kami membakarnya karena kita berdua sama-sama saling mencintai !" jelas Bagas.
"Oh begitu ya !"
"Pa ! saya minta maaf telah berani melakukan kawin lari dan membuat semua malu !"
"Tidak apa-apa Bagas ! aku telah membuat kesalahan bila itu terjadi tentang perjodohan ! aku di butakan semata-mata untuk bisnis tanpa mengetahui latar belakang siapa jodohnya Amira, yang ternyata seorang play boy !" Ardhi Wijaya menghela nafas.
"Kamu punya kelebihan yang tidak dimiliki lelaki lainnya, Bagas ! Amira butuh seseorang yang melindunginya setelah kakaknya Yudha meninggal ia merasa kehilangan yang amat dalam !" jelas Ardhi Wijaya.
"Iya pa saya mengerti !" Bagas mengangguk.
"Aku ingin kamu terus mencintainya dan menjaganya !"
"Baik pa saya berjanji !" Bagas tersenyum.
------------
Beberapa waktu kemudian Ardhi Wijaya menghadiri sebuah acara tapi belum tahu apa itu karena masih di rahasiakan. setelah keluar dari rumah sakit paska operasi jantung, dia harus istirahat total. Ardhi Wijaya memutuskan untuk memberikan perusahaan Palm co pada Ratih istri Yudha tapi menolaknya dengan alasan tidak mempunyai kemampuan berbisnis. Setelah itu kepada istrinya Marina lagi-lagi di tolak karena sudah cukup sibuk dengan bisnisnya sendiri.
Akhirnya Ardhi Wijaya memberikan Palm co kembali pada Amira sebelum menerima, putrinya sempat mengatakan anak perusahaan Palm co ada padanya, Ardhi Wijaya sudah menduganya hal itu. Dia mengucapkan terima kasih pada Amira karena perusahaan Palm co tidak jatuh ke tangan orang lain walau pada saat itu semuanya dalam keadaan kritis mau bangkrut.
Sebenarnya Amira pun menyerahkan semua yang berhubungan dengan Palm co itu pada Bagas, hal ini sama seperti dulu. Tapi yang membedakan tantangannya lebih berat.
"Mas aku ingin semua anak perusahaan Palm co, kamu yang urus !" perintah Istrinya waktu itu.
"Oke, baiklah !" jawab Bagas dengan ragu-ragu.
"Aku yakin mas bisa ! buktinya dulu juga perusahaanku bisa sebesar ini kan ? itu semua berkat dirimu !" lanjut Amira, Bagas hanya mengangguk tanpa protes.
"Yang berbeda dengan kali ini adalah, semuanya atas nama mas !" Bagas tertegun.
"Tunggu sebentar ! bukankan kah ini hanya sementara ?" tanyanya tak percaya.
"Aku tidak yakin papa akan kembali ke dunia bisnis setelah kejadian hal ini, dia membutuhkan seseorang untuk mengembalikan pamor perusahaan Palm co yang sudah hancur, ya sepertinya padaku lagi ! tapi itu tidak mungkin kan ? aku sudah punya perusahaan sendiri, dan kamu cocok untuk itu karena kamu tahu segalanya tentang PALM CO !" jawab Amira sambil menatap suaminya Bagas. Dan dengan berat hati dia menerima tugas itu. Hal itu di lakukan setelah pembelian anak perusahaan Palm co yang terakhir.
Setelah itu Palm co secara sah menjadi milik Bagas, jadi apa pun yang terjadi menjadi tanggung jawabnya. Tapi untunglah berkat didikan keras istrinya sewaktu menjadi sekretaris pribadi dia tidak canggung lagi, apalagi segala seluk beluk perusahaan Palm co sudah ada di dalam dirinya. Dulu Bagas sering berfikir secara kasat mata Amira adalah pemimpinnya tapi justru yang selalu menjalankan tugas-tugas perusahaan adalah dirinya. Amira seakan memberikan tanggun jawab lebih dari sekedar asisten, sekretaris atau orang terdekat bosnya itu dalam mengelola perusahaan, walau pada akhirnya keputusan tertinggi ada di tangan Amira.
Dan apa yang dikatakan istrinya benar, Perusahaan Palm co membutuhkan seorang yang mampu dipercaya dalam menjalankan bisnis, dari investor, karyawan, dan juga pemodal. Tak membutuhkan waktu yang lama 2 tahun ini semua dalam kondisi dari nol mulai meningkat kembali, satu persatu permasalahan perusahaan di Palm co kw ( karena yang asli masih ada di tangan Ardhi Wijaya ) mulai di selesaikan oleh Bagas, salah satunya yang paling parah adalah Palm Land City mulai dikerjakan kembali bersama dua perusahaan lain yaitu PT Miragas milik Amira dan PT Mitra Sejahtera dari pak Suhendro yang sudah menjadi rekan bisnis utama mereka dan pemda setempat.
Ardhi Wijaya terkejut ketika mengetahui bahwa Palm co kini di pimpin dan dimiliki oleh Bagas menantunya, tapi ketika mengetahui semua masalah sudah di selesaikannya maka ia mengakui Bagas, akhirnya sisa perusahaan Palm co pun jatuh ke tangan Bagas. Kini lengkap sudah kembali perusahaan PALM CO GROUP ke tangan dirinya walau kini dikelola Bagas hal itu membuat hatinya gembira. Usaha yang dirintisnya dahulu tidak hilang begitu saja.
"Kita akan kemana ?" tanya Ardhi Wijaya bingung, semua di dalam mobil tersenyum.
"Tenang saja pah, sebentar lagi sampai kok !" ujar Amira yang duduk di samping kiri sedang kanan Marina, sedang Ardhi Wijaya ada di tengah. di depan Bagas memangku Dewa supirnya mang Jana.
"Tunggu sebentar ini kan ... Palm Land City ?" Ardhi Wijaya tak percaya, 4 tahun lalu perusahaan ini yang menjadi pemicu serangkaian miliknya hilang dan bangkrut. Bisa di sebut proyek ini adalah sebuah maha karya sensasional membuat sebuah kawasan hunian disebut kota satelit baru, yang mengusung konsep kota moderen tapi tak melupakan lingkungan hijau, selain itu terjangkau baik rumah atau apartemen dengan luas tanah sangat besar. dan alat transportasi yang komplit.
"Betul pa, tapi ini baru tahap pertama yang selesai masih ada 3 tahap semuanya yang masih tahap pengerjaan ! proyek ini kembali jalan setelah mangkrak 2 tahun !" jelas Bagas.
"Tapi jangan khawatir semuanya akan selesai satu persatu !" lanjut Bagas.
"Hari ini kita akan meresmikan proyek ini bersama-sama !"
"Terima kasih, Bagas dan juga Amira ! papa sangat bangga dengan kalian berdua !" ujar Ardhi Wijaya. Semua tersenyum
Mereka pun sampai, di sana sudah menunggu pak Suhendro dengan putranya Daniel dan keluarga yang lain, Ardhi Wijaya terkejut, dulu mereka bermusuhan gara-gara Amira kini justru bekerja sama.
"Hallo apa kabar pak Ardhi !" sapa Suhendro sambil mengulurkan tangannya pada Ardhi Wijaya.
"Baik, wah senangnya kita bertemu kembali !" jawabnya sambil membalas salaman.
"Begitulah berkat putri anda Amira !" semua tertawa bahagia.
Bersambung ...