Chereads / SECOND / Chapter 6 - Masih Mencari Kebenaran

Chapter 6 - Masih Mencari Kebenaran

" Jadi seluruh keluarga permaisuri dipenggal di rumahnya, tepat sebelum malam pengantinnya?"

" Benar Yang MuliaRatu-"

" Benar. alurnya sama presis dengan drama yang ku tonton,"

" Lalu, apa yang memberi perintah itu Ibu suri, dan Menteri militer yang melakukannya?"

" Benar. keluarga permaisuri dianggap memberontak, mereka bahkan mengumpulkan uang rakyat untuk membeli senjata dan melatih prajurit."

* Benar. Padahal yang menjebak adalah Menteri militer* Hae Won masih nafal semua alur yang baru dia tonton di dunia sebelumnya.  

" Berapa lama lagi kita sampai di kuil?"

" Sebentar lagi Yang MuliaRatu."

Benar, rasanya perjalanan mereka lama, tapi Hae Won memanfaatkan perjalanan panjang ini untuk bertanya lebih banyak mengenai kekaisaran Il IX, dia tidak mau hidup di dunia yang tidak ia ketahui, beruntungnya, dia seperti penulis yang masuk ke dalam ceritanyaa sendiri. dia bahkan tahu siapa tokoh antagonis di dunia ini.

" Andai saja sudah ada mobil. Pasti tidak akaan selelaah ini, berjalan 12 km, dari pagi sampai sore."

" Yang MuliaRatu-Mobil itu apa?"

" Tandu- tandu dengan kecepatan super, bahkan hanya mengedipkan mata kau sudah sampai ke tempat tujuan."

" Aaah, Hamba baru tahu ada benda seperti itu. Tapi Yang MuliaRatu- kenapa Anda tidak mau naik tandu, bahkan Anda hanya membawa Hamba di perjalanan kali ini."

" Ini penyamaran namanya- kau tahu, kalau kita naik tandu, pasti akan ada bandit di tengah jalan."

Hae won berbisik pada Dayang Hee. Dia belajar dari apa yang dia lihat, dalam drama ssaeguuk sering sekali terjadi pencurian di tengah hutan, itu sebabnya, Hae Won membawa semprotan mata dari merica yang ia buat di dapur istana untuk jaga-jaga. dia berpikir untuk berlatih pedang dan busur secepatnya, untuk bertahan hidup. Hae Won pikir dia berada dalam game survival, ya, dia berusaha hidup semaksimal mungkin.

Tapi dia merasa bahagia, ini kali pertama dalam hidupnya berjalan jauh. Dia tidak merasakan nyeri sedikitpun di dadanya, itu membuktikan kalau di dunia ini tubuhnya sehat, dia tidak punya penyakit jantung. Dia ingin menikmati hidupnya yang baru saja dimulai ini.

" Yang Mulia- kita sudah sampai.."

" Wahhhh" dia merasa takjub melihat kuol matahari yang berada di perbukitan, kuil itu menghadap ke timur, seolah olah menunggu terbitnya matahari. Megah. Dokter itu beruntung-dia bahkan tinggal di tempat seindah itu.

" Haruskah kubunyikan loncengnya sekarang?" dia berjalan menuju paviliun yang memiliki dua gapura, dan ditengah gapura itu ada lonceng yang terbuat dari emas. Dia membunyikan loncengnya 3 kali.

Kemudian muncullah beberapa tiga wanita berpakaian cenayang, mereka datang menghampiri Hae Won. "Salam, Apakah Anda mencari Kepala Peramal?"

" Benar." Jawab Dayang Hee

" Mohon tunggu sebentar,"

Sesuai perintah Hae Won menunggu sampai dokter Baram muncul dengan pakaian cenayangnya. Dia melakukan formalitasnya dengan menyambut Hae Won yang berstatuss sebagai Ratu sekarang.

" Dayang Hee, mohon tunggu diluar, aku mau berbicara empat mata."

"  Baik Yang Mulia Ratu."

" Ada Apa Yang Mulia Ratu memanggil Saya?"

" Dokter, hentikan formalitasnya. Aku datang ingin konseling."

" konseling mengenai apa ?"

" Ini. Dunia ini. Kenapa alurnya sama dengan drama yang ku tonton. Bagaimana bisa?"

" Karena cerita dalam drama itu nyata."

" Tapi- aku benar-benar dilema sekarang. aku tahu betul alurnya, aku bahkaan tahu endingnya. Permasalahannya aku tahu dimana permaisuri itu berada, tapi jika aku membawanya kembali-maka ceritanya langsung ending-aku pasti akan dipenggal bersama menteri militer itu,"

" Lalu, siapa yang menyuruhmu membawanya kembali?"

" Apa maksudmu? Apa aku harus ikut menyembunyikannya juga? Kau mau aku jadi tokoh antagonis dissini?"

" Kau tahu semua alurnya bukan?" Kali ini dokter bertanya dengan wajah serius.

" Benar."

" Itulah kelebihanmu."

" Eh?"

" Kau tahu letak dimana bahaya akan datang- kau bisa menghindarinya. Kau lah yang memegang kendali atas semuanya. Kau tahu apa yang akan terjadi."

" Ahh benar juga. Kenapa aku tidak berpikir sampai situ? Kenapa aku harus takut, sedangkan aku tahu dimana, dan apa yang harus kulakukan."

" Bagus, kau bahkan bisa mengira-ngira bagaimana menghadapi bahaya itu."

" Baiklah- aku benar-benar mengerti ssekarang."

Matahari mulai terbenam, Hae Won memutuskan untuk kembali sebelum serigala hutan datang menghadangnya. " Kalau begitu, aku pergi dulu. Dokter, terima kasih, telah memberiku pencerahan, dan memberiku kesempatan kedua menikmati hidup."

" Tidak, aku hanyalah penjaga yang diutus dewa untuk mengawasimu."

" Tetap saja, terima kasih. Kalau begitu aku pergi.."

" Tunggu nak,"

" Ya?" Hae Won menoleh.

" Selagi kau disini nikmatilah hidupmu, jangan merasa tertekan dengan apapun. Nikmatilah."

" Mmm, tentu saja ☺"

"Aku akan berusaha melakukaan apapun, untuk bertahan hidup, aku akan menikmati kesempatan ini. Perjalanan yang tidak pernah kuduga sebelumnya. aku tidak perlu berpikir jauh tentang ending yang belum jelas. Bahkan dalam alur tidak dijelaskan mengenai Hwa Young yang dimasukki jiwaku, sampai akhir Hwa Young adalah ratu yang jahat. Tapi sekarang berbeda, aku akan mengubah alurnya, aku adalah Hae Won, aku berbeda dari Hwa Young. Aku pasti bisa."

***

Diperjalanan pulang, Hae Won dan Dayang Hae masih harus melewati tempat terpencil sebelum masuk ke gerbang ibu kota. Dan tempat itu benar-benar sunyi, ditambah lagi malam yang semakin gelap. " Apa tempat ini tidak diberi penerangan sedikitpun?"

" Yang Mulia Ratu, jangankan tempat ini, desa di seberang tempat ini saja tidak ada yang memiliki penerangan."

" Bagaiamana mungkin? Lalu, apa gunanya mereka membayar pajak."

" Yang Mulia Ratu, pajak dari rakyat diatur oleh menteri keuangan, dan Anda tahu sendiri uangnya digunakan untuk apa."

"untuk apa?"

" Semuanya masuk kedalam kas militer. Menteri militer takut jika militer kita lemah kerajaan tetangga akan menyerang."

" Ahhh, aku paham sekarang." 

Mereka benar-benar licik, dan Ratu sebelumnya benar-benar diam saja melihat kelakuan busuk Ayahnya. Awas saja aku pasti akan mengatasi masalah ini. 

Di kediaman kaisar- kasim Yang datang dengan terburu-buru menghampiri Kaisar yang sedang sibuk membaca bukunya. Dia memberi hormaat sebelum memberikan informaasi yang dibawa.

"Ada apa?" Tanya Kaisar dengan mata yang tetap terpacu pada buku yang dipegangnya..

" Yang Mulia, menurut berita yang Hamba dengar dari mata-mata di istana Ratu. Kalau Ratu diam-diam pergi meninggalkan istana hanya dengan Dayang kesayangannya."

" Kemana?"

" Tidak Ada yang tahu kemana mereka pergi."

Kaisar memicingkan bibirnya seolah menerka-nerka sesuatu. " Dia mungkin bertemu diam-diam dengan kelompoknya, biarkan saja. Suatu hari aku akan memergokinya dengan mataku sendiri."

" Yang Mulia, haruskah Hamba menambah mata-mata untuk mengikuti kemana Ratu pergi dan bertemu siapa?"

" Lakukan saja jika diperlukan."

" Baiklah Yang Mulia."

Sepeninggal Kasim Yang. Hyun Bae muncul dari kegelapan. Dia seperti biasa, selalu muncul jika ada informasi penting. Kali ini dia menemukan informasi mengenai senjata yang di selundupkan di kapal nelayan. Senjata itu datang dari negeri seberang, sepertinya ada seseorang dari istana yang sengaja menukar perak dengan senjata. " Kau tahu pelakunya?" Tanya Kaisar

" Yang Mulia- kapal itu menuju arah pegunungan Sina. Anda ingat kasus beberapa Tahun silam, penyerangan di ibukota? Kelompok yang mengenakan topeng merah dan sebuah lambang naga di lengan mereka. Hamba merasa kedua kasus ini berhubungan."

" Aku tahu. Kau tahu-arti dari lambang naga?"

" naga hanya untuk keluarga kerajaan."

" Benar. lalu, apa yang ada dalam tubuh naga?"

" Api Yang Mulia."

" Benar. Naga dan Api."

Hyun Bae terkejut, dia mengerti arti ucapan Kaisar.. " Artinya, klan api menginginkan tahta kerajaan?"

" Sudah sejak lama."

" Tapi-Yang Mulia, kenapa Anda tidak bertindak sekarang?"

" Hyun-ah. Aku diam bukan berarti bodoh. Aku hanya menunggu- bunga mawar harus mekar terlebih dahulu sebelum di cabut. Begitulah dengan masalah ini-biarkan mereka bertindak sampai diluar batas-saat itulah, aku hanya perlu menebas dalam satu gerakan sampai ke akar-akarnya. Jika hari ini aku bertindak gegabah- kau pikir mereka akan tinggal diam? Tidak. salah satu dari mereka pasti akan sembunyi dan masalah berikutnya akan muncul ssuatu hari nanti. Kita tunggu saja."

***