Aku mengalihkan perhatianku dari layar laptop ketika mendengarsuara langkah kaki Siena masuk ke dalam kamar. "Apa anak-anak sudah tidur?" tanyaku kepada Siena.
Siena mendengus. "Aku tidak akan mungkin kembali ke sini jika Yara dan Yesa masih belum tidur," sahut Siena ketus tanpa mau repot-repot menoleh padaku sedikit pun. Dia membuka lemari, kemudian mengambil sebuah gaun tidur, lalu masuk ke kamar mandi.
Aku hanya bisa menghela napas sembari kembali mengumpulkan sisa-sisa kesabaran yang kumiliki. Bagaimanapun, dia baru kembali dari rumah sakit tadi pagi, dan aku tak mau menjadi penyebab Siena mengulangi tindakan bodohnya itu. Setelah itu, aku kembali memusatkan perhatian pada pekerjaan di hadapanku.
