Kamar ini dilingkupi kegelapan. Tirainya ditutup, menghalangi seluruh cahaya dari luar hendak masuk. Aku menatap Siena yang kini tengah meringkuk di balik selimut. Dia menggigil dan tubuhnya agak demam.
Lagi-lagi, aku membuat kesalahan seperti dulu. Aku kehilangan kendali karena provokasi dari Siena. Sekarang, aku yakin hubungan kami bukan lagi berada di titik nol, tetapi sudah minus. Rumah tangga kami mungkin berada di ambang kehancuran. Dia akan semakin membenciku, dan ini tentu saja bukan hal baik, terutama untuk perkembangan anak-anak. Aku tidak ingin mereka terpengaruh oleh masalah di antara aku dan Siena.
Ketika aku membopong tubuh Siena dari kamar mandi, dia hanya bergeming dan tetap membisu. Dia bahkan tak mau menatapku. Sorot matanya tampak kosong, seolah jiwanya sedang berada di tempat lain, dan mungkin itu memang benar. Tubuhnya kini hanya seperti cangkang kosong semata.