Hanya satu orang yang biasa memanggilku seperti itu. Apa pengaruh alkoholnya masih belum hilang? Mungkinkah aku masih setengah mabuk? Tidak! Aku sudah benar-benar sadar. Aku tidak mungkin salah dengar, 'kan?
Dia memijit tengkukku ketika aku terbatuk-batuk karena tersedak muntahanku sendiri. Mataku berair.
"Sudah mendingan?" tanyanya penuh perhatian.
Aku mendongak dan mataku langsung beradu dengan iris biru itu. Masih sebiru lautan seperti dulu. Dan mata kirinya, sekarang sewarna awan badai. Tenggorokanku tercekat. Tanganku terulur untuk menyentuh wajahnya. Mataku terasa panas dan pandanganku mulai mengabur.
"Bang Ares?" kataku dengan susah payah. Air mata sudah menganak sungai di wajahku. Dia tersenyum, kemudian mengusap air mataku.
"Ya, Princess," sahutnya lembut.
Aku langsung memeluknya, kemudian mulai meraung-raung sembari meracau tak keruan. Bang Ares menepuk-nepuk lembut punggungku sembari membisikkan kata-kata untuk menenangkanku.
***
"Kenapa Abang sembunyi?"
