Begitu memasuki kelab malam itu, aku langsung disambut dengan musik yang berdentam-dentam memekakkan telinga. Aroma alkohol dan asap rokok melayang memenuhi udara di tempat ini. Di lantai dansa, tampak beberapa pengunjung sedang meliuk-liukkan tubuh mereka mengikuti alunan musik. Beberapa wanita dengan pakaian kurang bahan bahkan mendekat padaku, kemudian mereka mulai bergelayut manja di lenganku. Aku beruntung karena Gara segera datang menghampiriku dan kemudian menyelamatkan aku dari keganasan mereka semua.
"Kalian sedang bertengkar lagi, eh?" tanya Gara tanpa tedeng aling-aling padaku. Dia menuntunku ke ruangan tempat di mana Siena sekarang berada.
Aku hanya mengangkat bahu. "Apa saja yang sudah dia rusak?" tanyaku tanpa menjawab pertanyaan Gara.
Pemuda itu mengibaskan tangan tak acuh. "Bukan sesuatu yang penting. Kau tidak perlu terlalu memikirkannya," ujarnya kemudian menyeringai.
"Kau buat saja rinciannya dan kirimkan tagihannya padaku," kataku sungguh-sungguh.
