Aku berlari-lari kecil begitu turun dari mobil. Dari luar, terdengar suara tangisan juga teriakan dari Yara dan Yesa. Aku mempercepat langkah agar bisa segera menemui mereka.
Setibanya Mama di rumah sakit, beliau memintaku untuk pulang dan beristirahat. Penampilanku tadi begitu mengerikan. Kemejaku terkena noda darah, wajahku kuyu. Lengkap dengan lingkaran hitam di bawah mata. Setibanya di rumah, aku harus membersihkan noda darah yang berceceran di kamar, ruang baca tempat Siena kutemukan, juga tangga terlebih dulu sebelum bisa mandi dan melepas lelah.
Baru saja akan merebahkan tubuh, aku teringat pada anak-anak. Aku sudah berjanji akan menjemput mereka saat petang, dan sekarang sudah pukul setengah delapan. Benar saja. Semakin aku mendekati pintu, suara mereka bertambah jelas.
"Pokoknya Yara mau pulang!"
"Uncle bohong! Uncle belum telepon Papa!"
"Yara, Yesa, Papa sama Mama kalian lagi sibuk. Kalian tidur di sini, ya?"
"Nggak mau!"