"Permisi ...."
Aku kembali mengetuk pintu dan menekan bel rumah Juna. Setelah beberapa kali mengetuk, terdengar suara langkah kaki mendekat.
"Yaa ... tunggu sebentar." Itu suara Om Anton. Kemudian, terdengar kunci diputar, lalu pintu terbuka.
"Siena?"
Aku nyengir lebar ketika Om Anton terlihat terkejut dengan kedatanganku. Namun, ekspresi itu segera berubah menjadi senyum lebar. Aku mencium punggung tangannya, kemudian Om Anton mengecup puncak kepalaku.
"Malam, Om. Apa kabar?" tanyaku basa-basi.
"Om baik. Kamu apa kabar, Nak?" tanyanya sembari membimbingku masuk ke rumah.
"Aku juga baik, Om. Ibu minta aku buat nganterin ini," kataku sembari mengulurkan kotak berisi kue.
"Waah, makasih, Sayang," ucap Om Anton tulus sambil menerima kotak dariku. "Maa, Juna, lihat siapa yang datang," panggilnya dengan sedikit berteriak.
"Kenapa teriak-teriak, sih, Pa? Eh, Siena? Kapan kamu datang, Sayang?" Tante Sekar menarikku ke dalam pelukannya, kemudian mencium pipiku dengan gemas.