"Apa yang kamu janjikan pada pemilik saham, ha?!" Wahyu terdengar sangat marah.
Belum sempat anaknya angkat bicara, Wahyu langsung menundukkannya.
"Pa. Dengarin alasan Revan dulu."
"Halo…"
"Halo, Pa!" sayangnya telepon terputus secara sepihak.
"Sial" Revan mengumpat kesal. Adit mendengar umpatan itu langsung terlonjak kaget lalu berdiri.
"Kita harus adakan rapat antar manager dan divisi" Adit mengusulkan hal yang telintas dipikirannya.
"Segera atur semuanya, Dit. Kita harus merancang strategi yang lebih matang."
Sebagai pemimpin atau otak dari suatu industry, Revan bekerja keras mempelajari hal-hal yang dilakukan para pebisnis terdahulu. Adit sebagai teman sekaligus pekerjanya setia menemani, juga tak kalah kerasnya memahami dunia bisnis.
Apalagi ayahnya merupakan kepercayaan ayah Revan.
"Aku tak tahu harus bagaimana lagi. Otakku rasanya sudah mengepul, gak sanggup lagi mempelajarinya" lelaki sebagai pemimpin menyerah, memijit pelipis yang terasa berdenyut.