Chereads / Please, Love Me.. / Chapter 42 - Cinta Karena Biasa

Chapter 42 - Cinta Karena Biasa

Ini sudah hari ketiga Dariel di Pekanbaru dan jujur saat disini Dariel memang sangat sibuk akibat ada permasalahan cabang, mulai dari sales memanipulasi nota, kendaraan yang hilang sampai perhitungan stok yang keliru. Dengan dibantu Alex dan Dikta serta anak Dikta yang baru masuk yaitu Ethan mereka mencoba menyelesaikan permasalahan itu. Untung Dariel adalah seseorang yang profesional jadi dia sama sekali tak melibatkan perasaannya yang sebenarnya tak enak dengan perilaku Ara belakangan ini. Dia benar-benar sulit dihubungi dan sekalinya bisa itu adalah malam hari yang membuat Dariel tak enak karena takut menganggu waktu istirahat Ara. Perasaanya makin dibuat tak karuan karena Ara selalu meminta ijin untuk pergi dengan Dirga sementara Dariel yang awalnya tak merasa keberatan justru belakangan mulai aneh dengan kegiatan mereka berdua yang semakin intens dan tak mengenal waktu. Hal itulah yang selalu menganggu pikiran Dariel setiap malam selama berada di Pekanbaru.

"Kayanya harus nambah hari deh ga akan cukup 2 hari lagi kalo harus nyelesain masalah sebanyak ini." Dikta menyandarkan badannya pada kursi tempat mereka menunggu makanan sekarang.

"Iya sih, kira-kira kita butuh waktu berapa lama lagi?Riel menurut kamu berapa lama lagi nih?"

"Ini menurut saya sih pak, karena Pak Alex udah nemuin penyebabnya apa dari awal paling 1 atau 2 mingguan lagi."

"Iya setuju, mending kita fokus dulu sama penyebabnya benerin sistem atau cara kerjanya kalo emang ada orang yang terlibat di cut aja, bikin rusak perusahaan aja."

"Wih..anak papah pinter.." Dikta tak menyangka Ethan bisa memikirkannya.

"Tapi kayanya gw bakalan balik dulu Dik, gw ada meeting penting Senin palingan Rabu baru bisa balik lagi."

"Ya udah, Alex sama saya pulang ke pusat dulu kamu sama Dariel disini ya, Riel laporannya saya tunggu tiap sore ya."

"Siap pak.."

"Udah dewasa sekarang kamu Than, harus papah bilang nih sama mamah sama opa."

"Ih ngapain sih pah bikin malu aja."

"Ye..opa nanyain tahu."

"Kayanya keluarga Seazon mau regenerasi di kantor nih." Komentar Alex melihat anak-anak Kenan, Riko, dan Dikta sudah aktif bekerja. Tidak lama makanan mereka datang dan sebelum mereka makan Dariel sempat menghubungi Ara namun tak angkat sama sekali.

"Riel dari dulu sampai sekarang penasaran siapa sih pacarnya? denger-denger sama Farah ya?"

"Farah anak accounting Lex?"

"Iya dik.."

"Engga kok, kita temenan aja."

"Boleh pacaran kok Riel dikantor kalo beda departemen."

"Belum tertarik pak."

"Eh jangan kerja mulu, mending kalo udah punya seuriusin terus nikah."

"Emang papah dulu gitu?"

"Iya dulu sama mamah gitu jadi masih kuat nemenin anak-anak main."

"Dariel ini favoritnya cabang, suka diomongin sama anak-anak cabang dari anak muda sampe ibu-ibu." Canda Alex yang sudah mengenal Dariel dari dulu membuat Dariel tertawa sendiri.

"Ya udah Riel tinggal pilih, engga kaya Ethan nih udah punya ga diseuriusin pacaran udah 4 tahun tapi gitu-gitu aja."

"Pah, pacar aku kan masih sekolah jadi ngapain sih buru-buru."

"Ya udah kalo udah lulus lamar, orang tuanya juga pasti ngarep tuh than, lagian papah udah kenal sama orang tuanya."

"Iya-iya." Ethan malah kena imbas dari bahasan percintaan Dariel sementara itu di Jakarta Ara sedang makan siang dengan Dirga di cafe dekat kantornya.

"Kemarin aku ketemu adik kamu di Gramedia."

"Siapa?adik aku kan ada dua mau tiga deh." Ara senyum-senyum mengingat kehadiran adik ketiganya sebentar lagi.

"Jay tapi aku ga tau sama siapa, aku cuman liat dia sendiri."

"Dia pergi bareng orang tua aku kak sama Kay juga nyusul manas-manasin segala ngasih foto berempat."

"Harmonis banget."

"Iyalah, Daddy soalnya ga suka musuh-musuhan kalo keliatan dikit ada yang beda biasanya mommy sama Daddy suka kerjasama buat cari tahu terus suruh kita ngobrol sampe saling maaf-an."

"Bagus dong jadi keluarganya kompak."

"Iya sih, aku juga suka kok cara Daddy sama mommy jadi orang tua mereka tuh gaul jadi kita bebas mau bercandaan apa juga."

"Aku sampe ga sadar loh ada foto aku berdua sama Tante Sica waktu kecil."

"Kayanya seru ya orang tua kita temenannya dulu."

"Iya, kamu emang ga punya temen deket yang lain?"

"Ada cuman temen-temen aku semuanya kuliah lagi keluar Negeri jadi jarang ketemuan paling by phone aja. Kakak punya ga?"

"Hm..ada sih tapi ya gitu palingan yang bisa dipercaya banget sih Muel.."

"Iya tuh Muel gaul malah sama Jay padahal seangkatan."

"Biar keliatan muda.." Canda Dirga.

"Tapi bener loh Muel itu anak yang bisa dipercaya banget, Jay kalo curhat apa-apa ke Muel jadi mommy ga susah-susah cari tahu apa yang salah tinggal telepon Tante katerin."

"Jay itu sebenarnya kenapa sih?"

"Jay itu dulunya pernah cedera dikepala jadi tingkahnya agak sedikit aneh dan begitulah cuman sekarang dia udah sembuh kok dia memang lagi berobat ke psikolog. Emang Tiara ga cerita?"

"Engga, dia ga pernah mau bahas mantannya jadi aku ga nanya-nanya takut dia marah."

"Inget ga waktu kakak nelpon sampe bilang mau ngomongin soal hubungan kita? aku sampe kaget ada apaan gataunya cuman mau ngasih tahu hubungan kakak sama Tiara tapi by the way kenapa bisa pacaran sama Tiara?"

"Ya gitu aja dari dulu juga udah sering chatting-an cuman deketnya pas dia putus sama Jay eh ga taunya jadi suka."

"Suka tuh emang berawal dari biasa."

"Emang kamu ga mau ngasih tahu siapa pacarnya?"

"Engga, pokoknya ada aja tapi Jay tahu loh kakak pacaran sama Tiara."

"Iya, Tiara udah cerita katanya sih Jay ga ada masalah."

"Dia emang udah jauh lebih baik sekarang."

"Ra..tadi kamu bilang suka itu berawal dari biasa, kalo kamu biasa sama aku bisa suka dong?" Dirga seurius sambil menatap Ara membuat Ara terkejut dengan pertanyaan tadi.

"Ih apaan sih, inget Tiara. Udah ah udah mau masuk nih, balik lagi yuk." Ara segera berdiri.

"Mulai deh kalo ditanya ga jawab." Dirga ikutan berdiri dan segera membayar makanan mereka lalu mengantar Ara ke kantorny lagi. Sesampainya di kantor Ara melihat 8 panggilan tak terjawab dari Dariel.

"Duh sampe lupa nelpon.." Ara segera menekan icon panggilan namun tak dijawab oleh Dariel. Jelas saja ini sudah pukul 1 dan Dariel mungkin sudah kembali bekerja.

"Ngapain sih Kak Dirga nanyain gitu segala." Ara tak memungkiri jika dia masih memikirkan pertanyaan Dirga tadi sambil terus mencoba menghubungi kekasihnya namun belum ada tanda-tanda suara Dariel dibalik telepon.

"Mana mau Dariel angkat telepon aku jam segini." Gerutu Ara mengingat kebiasaan Dariel lalu kembali fokus bekerja.

***To be continue