Meskipun tidur cukup larut nyatanya Dariel bisa bangun pagi. Dia menyempatkan diri sholat subuh lalu menyiapkan sarapannya dibawah. Dia benar-benar pandai mengurus dirinya sendiri. Dariel kembali ke atas untuk mengenakan pakaian kerjanya, tak lupa juga dia mengalungkan dasi di lehernya. Selesai dengan baju, dia kembali bawah dengan membawa semua perlengkapan dan memulai sarapannya. Pagi ini dia ingin melihat berita di koran. Dia membacanya dengan seksama seperti bapak-bapak yang sudah mempunyai anak.
"Eh Ara bales ga ya?." Dariel jadi teringat lagi tentang pesannya semalam. Kini dia meraih Handphonenya dan siapa sangka ada kirim foto dari Jay. Dariel yang melihat itu terkejut bukan main. Apa benar wanita dalam foto itu Ara? kenapa dia melakukan hal seperti itu padanya? apa salahnya?. In adalah hari pertama dia masuk kerja setelah pulang dari Pekanbaru semalam dan bukan kabar ini yang dia inginkan.
# Ini kakak sama Kak Dirga, kakak jahat sama kak Dariel.
# Kakak ga jahat, kakak pasti punya alasan kenapa gitu.
# Aku pukul Kak Dirga kemarin, aku marah sama mereka berdua. Mereka tukang bohong.
# Udah-udah ga usah marah, biarin aja.
Dariel membalas chat Jay. Dia juga melihat pesan Ara. Ada dua pesan disana.
# Iya sayang. Selamat beristirahat.
# Morning...
Mata Dariel hanya menatap layarnya tanpa ada perasaan ingin membalasnya. Dia benar-benar merasa di bohongi sekarang. Inikah alasan kenapa Ara tak bisa dihubungi semalam?. Dia sepertinya sibuk dengan pria itu. Dariel meletakkan Handphonenya lalu cepat pergi ke kantornya. Pikirannya jadi tak fokus melihat foto tadi. Kenapa? kenapa jadi seperti ini? hubungannya memang sedang tak baik tapi kenapa Ara tega melakukan itu padanya?. Di kantor Ara bahkan tanpa dosa tersenyum pada Dariel. Dia tak menjelaskan apapun padahal semalaman Dariel mencoba menghubungi Ara.
"Pagi pak.." Sapa Ara saat melihat Dariel berjalan menuju ruangannya. Dariel hanya tersenyum tanpa menjawab. Mata Ara tampak berbinar seakan menujukkan kesenangannya bertemu Dariel tapi baginya itu mungkin tipu muslihatnya.
"Saya masuk ya Bu.." Dariel membuka pintu dan menutupnya rapat lagi. Perasaan semalam yang menggebu-gebu ingin bertemu Ara kini sirna sudah hanya karena foto itu. Dariel sendiri tak langsung marah tadi Dia hanya diam saja sepanjang hari mencoba menyelesaikan pekerjaannya sebaik mungkin. Dia masih syok.
"Riel..." Farah langsung membuka pintu kerja Dariel saat istirahat sementara Dariel masih memandang foto yang dikirimkan Jay. Perasaannya benar-benar hancur sekarang. Ini yang namanya diselingkuhi?disaat Dariel berusaha keras untuk pulang dengan cepat Ara justru main hati dengan pria lain.
"Kenapa ga makan?anak-anak nanyain tuh dikantin." Farah tanpa menunggu persetujuan Dariel langsung duduk dikursi yang ada disana.
"Ga lapar."
"Kenapa?ada masalah?"
"Engga kok."
"Oh..beda ya sekarang udah jadi GM jadi ga mau makan bareng."
"Apalagi itu ga terlintas sama sekali."
"Makan dong nanti sakit loh, nih..aku ada buah." Farah yang sedaritadi memang menenteng plastik buah yang dia beli sebelumnya dikantin.
"Engga, ga usah. Itu punya kamu."
"Ye..bandel ya.." Farah langsung membuka plastik buahnya lalu menusukkan salah satu buah melon dengan garpu dan menyodorkannya ke arah Dariel.
"Nih pegang, terus makan." Farah memaksa dan disaat yang bersamaan Ara terlihat melintas di depan ruangannya. Pintu yang masih terbuka membuat Ara dapat melihat dengan jelas adegan itu dan entah ide darimana Dariel tak mengambil garpu itu, dia malah melahap buah dari tangan Farah seolah Farah menyuapinya membuat Ara langsung mengerutkan dahinya merasa kesal.
"Apaan sih manja banget disuapin." Farah senyum-senyum sendiri dengan tingkah Dariel.
"Suruh siapa nyodorin." Canda Dariel membuat Ara semakin panas dan pergi darisana.
***
Dariel hanya diam saja saat banyak pesan masuk ke dalam handphonenya bahkan dia sengaja tak menjawab semua panggilan Ara yang ditunjukkan padanya. Bukan balas dendam tapi Dariel benar-benar tak menyangka jika Ara setega itu mengkhianatinya. Meskipun begitu dia sudah pasrah jika harus ditinggal Ara, toh masuk sekarang atau nanti Ara akan tetap pergi hanya saja caranya yang berbeda. Kini saat jam pulang pun Dariel masih enggan untuk menemui Ara hingga suara bukaan pintu terdengar. Ara disana dengan mata yang menatap tajam ke arah Dariel.
"Kok pesan aku ga di balas?."
"Aku lagi sibuk."
"Kok kamu gitu sih? apa-apaan sama Farah tadi siang?"
"Kenapa kamu marah?kita cuman makan siang." Dariel sambil merapikan dokumen yang ada dimeja kerja lalu mengambil tas kecilnya.
"Suap-suapan maksud kamu?."
"Kenapa emang?perasaan kamu ga enak? sakit? ga terima?." Ara terkejut dengan respon Dariel.
"Maksud kamu?"
"Coba sekarang kamu bayangin gimana perasaan aku yang tahu telepon aku dicuekin gara-gara pacarnya lagi ciuman sama orang lain?." Perkataan Dariel membuat Ara semakin dibuat kejutan.
"Riel...a..aku."
"Salah aku apa sih Ra?"
"Riel aku sama .."
"Asal kamu tahu Ra, hal yang kaya gini tuh bukan apa-apa buat aku. Aku pernah kok ngalamin waktu orang yang aku suka malah mesra-mesraan sama kakak aku sendiri dan aku ga papa. Kenapa?setidaknya dia dapat yang lebih baik dari aku. Kalo kamu juga kaya gitu, aku ga papa tapi kenapa ga ngomong?aku juga ga akan minta-minta kamu tetep sama aku kok, aku tahu kok kurangnya aku dimana.."
"Riel..aku jelasin dulu ya.." Ara dengan suara melemah sekarang mencoba mendekati Dariel namun lelaki itu langsung menjauh selangkah.
"Dirga mungkin lebih baik dari aku, aku ga papa kok. Aku juga tahu diri. Selama ini aku kan yang selalu minder sama kamu dan ini selalu menjadi bahasan pertengkaran kita. Kalo sama Dirga mungkin kamu ga usah debat lagi soal ini. Dia jauh...jauh lebih baik daripada aku."
"Riel..jangan ngomong gitu.."
"Ini kantor aku ga suka bahas ini.."
"Kalo gitu kita ngobrol diluar."
"Aku lagi ga mau ngobrol apapun, coba kamu pikirin aja. Aku cuman pingin tahu salah aku apa? Selama ini aku ga pernah maksa kamu apapun." Dariel menyentuh pegangan pintu ruangannya.
"Kamu tuh selalu sibuk Riel, kamu tuh selalu sibuk sama kerjaan kamu. Dibanding aku kayanya kamu lebih baik berlama-lama sama dokumen-dokumen kamu itu sementara aku kamu cuekin. Aku cape Riel pacaran diem-diem gini. Apa-apa harus nunggu sepi, belum lagi kalo kita keluar terus nemu orang yang kita kenal dikantor mendadak kita ga jadi jalan kesitu. Aku tuh ga mau kaya gitu, aku pingin kita pacaran tuh bebas Riel dan sama Dirga aku tuh bisa kaya gitu."
"Ya udah kamu pacaran aja sama Dirga, Maaf ya Ra kalo aku ga bisa jadi pacar harapan kamu. Aku pulang duluan.." Dariel pergi begitu saja meninggalkan Ara yang masih terpaku dengan ucapan Dariel tadi. Apa dia tak salah dengar tadi? apa itu berarti dia dan Dariel putus?. Ara masih mencerna setiap perkataan Dariel matanya kini mulai basah dan dia hanya bisa berjongkok disana sambil menangis.
***To be continue