Sejak kejadian itu selama berhari-hari Ara tak pergi ke kantor bahkan dia tak keluar kamarnya sama sekali dia benar-benar kacau sekarang. Jesica dan Kenan yang tahu ada yang tak beres mencoba membiarkan Ara tenang dulu baru mengajaknya bicara. Dirga mencoba menghubunginya terus tapi Ara tak mau berbicara dengan siapapun sekarang, Dia hanya ingin Dariel. Dia hanya ingin menjawab panggilan Dariel. Kemarin itu benar-benar salah. Ara seperti mendapatkan karma untuk dirinya sendiri. Dulu... meskipun dirinya ketahuan memiliki pria lain, dia tak pernah sampai mohon seperti ini. Dia aja bertindak biasa saja seolah tak ada apapun yang terjadi tapi....kenapa dengan Dariel dia begutu patah hati. Dia bahkan seperti pengemis yang memohon pengampunan pada pria itu. Apa ini karena nazarnya dulubyang sudah terlanjur mengatakan jika dia mendapatkan Dariel, dia akan menjadikannya suami. Ara kini berpikir sendiri mencoba menyelesaikan masalahnya. Dia harus kembali mendapatkan Dariel bagaimanapun caranya. Kalaupun dia sudah menyerah nanti, mungkin jalan terakhir yang terpikir oleh dirinya adalah meminta bantuan Kenan. Hanya ayahnya menjadi jalan dia bisa berbicara dengan Dariel. Tentu Ara harus mempertimbangkan juga resikonya jika memberitahu Kenan.
"Jay.." Ara menyapa Jay saat dia berada di ruang tv dekat kamarnya namun Jay tak mau berbicara dengannya, malah kini dia mematikan tv nya lalu beranjak pergi. Jay seperti muak melihat wajah kakaknya.
"Jay!kakak lagi ngomong sama kamu!!" Ara dengan suara keras kali ini dan langsung memblok jalan Jay agar dia tak bisa menghindar darinya.
"Apa?"
"Kamu kenapa sih kaya gitu sama kakak?"
"Kak, kakak tuh jahat sama kak Dariel tahu, dia padahal sayang banget sama kakak tapi kok kakak malah main sama Kak Dirga sih?ga mikirin perasaan kak Dariel apa?cowok juga ga suka digituin."
"Oh jadi kamu yang ngasih tahu Kak Dariel Kakak sama kak Dirga...."
"Ciuman?iya!aku yang kirim fotonya malah." Jay kini dengan suara keras dan yakin.
"Kok kamu gitu sih?hubungan kakak sama Kak Dariel jadi putus gara-gara itu."
"Ya baguslah, kak Dariel jadi tahu kalo kakak itu ga baik."
"Apa hak kamu bilang kakak baik atau engga?"
"Aku kan adiknya kakak."
"Ya terus?enak aja nge judge orang gitu atau jangan-jangan ini karena kamu sakit hati aja Tiara pacaran sama Kak Dirga?"
"Aku ga peduli Tiara pacaran sama siapapun!!."
"Bohong!!kemarin-kemarin kamu bilang masih suka sama Tiara.
"Denger ya kak, aku bilang kak Dariel karena dia udah baik sama aku. Dia yang selalu support aku waktu aku sakit, ngajakin aku beli tanaman, main sepeda, bahkan dia temenin aku beli buku disaat dia juga kesepian karena kakak jalan sama Kak Dirga." Jay membuat Ara tak percaya dengan kedekatan Dariel dan adiknya sudah sejauh itu.
"Kay sibuk sama pacarnya, kakak sibuk selingkuh cuman Kak Dariel yang mau temenin aku diluar setelah Muel."
"Jay..kakak ga maksud gitu."
"Udah deh kak, yang lebih butuh penjelasan kakak tuh Kak Dariel bukan aku!!"
"Jay Maaf.." Ara menarik tangan Jay lalu mengeluarkan air matanya.
"Kenapa sih kenapa?" Jesica dan Kenan keluar dari kamarnya saat mendengar keributan.
"Kakak kenapa?" Kenan menatap kearah Jay.
"Kak?kenapa sayang?" Jesica memeluk Ara yang menangis.
"Kakak tuh harusnya mikir!!aku selalu diledekin kaya anak kecil nyatanya kakak ga lebih dewasa daripada aku!!" Jay melepaskan genggaman Ara dan langsung pergi.
"Mas.." Jesica memberi kode untuk menyusul Jay yang pergi dan dengan cepat Kenan melangkah dibelakang Jay yang juga sedang emosi.
"Udah-udah, kenapa sih kak?kakak beda belakangan ini?masih tentang Dirga yang dipukul Jay?atau apa?cerita dong sama mommy."
"Aku salah mom, aku salah sama kak Dirga." Ara mulai bersuara dan kini Jesica membimbingnya untuk duduk.
"Salah apa?"
"Aku..aku..udah punya pacar tapi aku malah sama kak Dirga. Jay tahu mom, dia tahu aku punya pacar dia juga tahu aku main sama kak Dirga."
"Ya ampun kak, kok kakak gitu sih?"
"Aku ga sengaja mom.."
"Jay udah cerita kok kenapa dia mukul Dirga. Dia kesel katanya Dirga cium kakak karena kakak udah punya pacar, sebenernya pacar kakak tuh siapa?katanya orang kantor."
"I..iya. Aku pacaran sama Dariel stafnya uncle Dikta. Kita pacaran diem-diem dikantor mom. Dia deket sama Jay karena waktu itu yang nolongin mobil nabrak itu Dariel. Jay bilang soal aku sama kak Dirga ke Dariel, dia marah mom."
"Iyalah dia marah Kak, mana ada orang yang seneng diselingkuhin. Sakit tahu digituin, mommy pernah ngerasain ga enak."
"Apa Daddy selingkuh?"
"Engga tapi hampir, daddy ga gitu aja mommy sakit hatinya bukan main apalagi ini kakak yang udah beneran main api. Kakak ga boleh gitu kak, ga baik. Kasianlah Dariel digituin."
"Aku ga niat buat selingkuh Mom, aku bahkan selalu bilang ke Dariel kalo aku pergi sama kak Dirga."
"Ya kalo kakak ga selingkuh ngapain kakak gitu sama Dirga?. Kakak tuh sebenernya sayang sama siapa sih?Dariel atau Dirga?pilih satu jangan dimainin. Kalo cuman main-main ga usah sampe selingkuh-selingkuhan segala."
"Aku sayangnya sama Dariel, sama kak Dirga aku cuman main-main aja mom.."
"Ya udah putusin Dirga, katanya dia pacaran sama Tiara. Ampun deh pusing mommy sama cinta anak sekarang."
"Aku ga pernah pacaran sama kak Dirga, kita cuman Deket aja mom."
"Ya udah jangan gitu lagi sama Dirga hargain juga dong perasaan Tiara Kak. Kalo Tiara tahu gimana ini?duh mommy jelasinnya apa sama Tante Lala sama Tante Dena."
"Iya maaf mom. Aku cuman mikirin Dariel sekarang. Aku harus gimana mom?."
"Coba jelasin sama Dariel pelan-pelan mungkin dia ngerti tapi kakak juga ga boleh maksa dia, gimanapun ini salah kakak jadi ya mau ga mau kakak harus terima resikonya mungkin Dariel tetep tinggalin kakak tapi minimal hubungan kalian baik-baik aja apalagi kalian kerja bareng. Apa ga akan ngaruh sama kerjaan?kasihan uncle Dikta nanti."
"Iya mom.."
"Kakak jangan gitu lagi ya?masih untung Jay yang ngingetin. Jay tuh sayang sama kakak makannya dia gitu."
"Iya mom.."
"Nanti biar mommy sama Daddy yang ngomong sama Jay. Kamu masuk kamar istirahat.."
"Iya, makasih mommy. Maaf aku bikin masalah.." Ara memeluk Jesica sebentar.
"Iya-iya.." Jesica mengusap lembut rambut anaknya lalu Ara masuk kamarnya. Kini setelah curhat dengan ibunya dia sedikit lebih tenang. Dia meraih handphonenya dan menghubungi seseorang.
- Halo...
Suara Dirga dibalik telepon terdengar.