# Kak aku kerumah kakak, jangan pergi.
Dariel melihat pesan yang dikirimkan Jay.
# Iya.
Balas Dariel singkat. Sekarang yang dia lakukan hanya memikirkan kejadian tadi sambil sesekali mengerjakan tugas yang belum sempat dia selesaikan tadi di kantor. Dia tak tahu harus berbuat apa tentang hubungannya. Ara yang terus menerus menghubunginya pun dia acuhkan. Dia tak ingin mendengar apapun dulu. Dariel butuh ketenangan. Untuk apa berbicara dengan Ara, karena dalam dirinya kini hanya ada amarah saja. Dariel kini berpikir bahwa hubungannya sudah berakhir sampai disini. Ara tak pernah benar-benar mencintainya. Dia tak pernah menyukai Dariel seperti Dariel menyukainya. Ara hanya seperti wanita lain yang mempermainkannya. Perasaan Dariel bukan hanya hancur saja tapi entahlah ini lebih sakit rasanya. Lebih baik ditinggalkan karena tak direstui dibanding ditinggalkan karena diselingkuhi. Dariel menyunggingkan senyumnya. Dirga? pria yang bersama Ara belakangan ini telah berhasil menggeser posisinya.
"Jelaslah, dia kan kaya, orang tuanya sahabatnya orang tua Ara pasti gampang." Dariel monolog. Dia mencoba membanding-bandingkan dirinya dengan Dirga. Ya...Dariel merasa jauh dari pria itu, pantas saja Ara tertarik dengan Dirga. Lama dengan lamunannya terdengar seseorang menekan bel pagar rumah. Dariel langsung berjalan ke depan
"Ayo masuk.." Dariel dengan ramah menyambut kedatangan Jay mereka duduk bersama di ruangan tengah Dariel yang saat ini dipenuhi dokumen penting.
"Kakak lagi kerja?"
"Engga, lagi baca-baca laporan aja.."
"Aku ganggu ya?."
"Engga, bentar kakak ambilin minum." Dariel bergegas menuju dapurnya dan membawa minuman untuk Jay.
"Kamu sama siapa?"
"Dianter Pak Kahar.."
"Suruh masuk aja, kasian nunggu diluar.."
"Ga papa katanya."
"Kenapa? lesu gitu.."
"Tiara telepon aku, dia marah sama aku."
"Kenapa marah?"
"Karena aku kirim foto Kak Dirga lagi ciuman sama kakak."
"Terus?dia harusnya bilang makasih dong."
"Dia nyangkannya aku kerjasama sama kakak buat jebak kak Dirga."
"Kok dia gitu sih?"
"Dia bilang Kak Dirga yang cerita dan dia percaya."
"Wah..aneh banget, dia yang salah dia malah nuduh orang. Dia jadiin kamu kambing hitam aja supaya hubungannya sama Tiara baik-baik."
"Ya makannya aku ga ngerti kak, niat aku kan baik.."
"Ya udah sabar dulu Jay, kamu jelasin sekarang pun dia ga akan percaya dia lagi marah-marah-nya sama kamu biarin dia tenang dulu, pasti ada saatnya kok kebohongan Dirga itu keungkap.."
"Kakak marahin kak Dirga dong.."
"Kenapa kakak harus marah?"
"Dia juga cium kak Ara.."
"Tapikan kak Ara-nya mau, kalo dia maksa baru kakak marahin."
"Kakak marahan sama kak Ara?"
"Iya..."
"Aku ga maksud buat rusak hubungan kak Dariel."
"Iya kakak tahu, kakak juga ga mikir gitu. Tenang aja...."
"Kakak putus?"
"Ga tau, ga jelas. Kita tadi berantem dikantor tapi ya...kita ga bahas terlalu jauh juga, kakak ga mau sampe orang-orang nanti denger disana."
"Kalo kak Ara minta maaf, kakak mau terima?"
Iya, kakak terima..."
"Terus kalian bakalan pacaran lagi?"
"Engga juga.."
"Kenapa?"
"Kalo kak Ara senengnya sama kak Dirga kenapa kakak harus tahan-tahan? yang namanya pacarankan saling mencintai kalo ini kan cuman salah satunya jadi ya...ga akan bisa disatuin."
"Tapi kan kak Dirga udah punya pacar, kak Ara juga ga mungkin pacaran sama dia."
"Ya mau itu dengan kak Dirga atau bukan, kak Dariel ga papa selama kakak kamu yang mau, sama kaya kamukan? meskipun kamu masih sayang sama Tiara tapi Tiaranya ga suka kamu relakan diputusin dia?kamu ga papa kan?"
"Tapi rasanya ga enak kak.."
"Iya karena belum terbiasa ntar lama-lama juga kebiasa kok."
"Aku ga sengaja bilang ke orang tua aku kalo kak Ara punya pacar dikantor."
"Ya udah ga papa."
"Gimana kalo Daddy tahu?"
"Ga papa biar itu jadi urusan kakak."
"Aku ga enak kalo sampe kak Dariel dipecat."
"Kakak juga udah siap kalo sampe harus kaya gitu."
"Maaf.."
"Udah ga usah minta maaf.."
"Kak, aku boleh minta sesuatu ga?"
"Apa?"
"Aku pingin bikin mie boleh ga? dirumah, mommy suka marah kalo aku makan mie.."
"Ya ampun kirain apaan.." Dariel sambil tertawa kecil.
"Bolehkan?"
"Iya-iya itu ada, bikin sendiri." Dariel sambil senyum-senyum dengan tingkah Jay. Anak itu berlari ke dapur seolah itu dapurnya.
"Bisa ga?." Dariel menyusul. Dia berjalan meraih panci.
"Ini...masak air dulukan?."
"Sini kakak bikinin.."
"Jangan, biar aku."
"Udah ga papa." Dariel memaksa dan mulai memasakkan mie untuk Jay.
***
Dariel tak peduli dengan informasi Chandra yang mengatakan jika Ara tak masuk hari ini. Dia sudah bertekad untuk melupakan Ara saja. Dia akan bersikap profesional saat bertemu Ara nanti. Cukup hubungan pribadi mereka saja yang buruk tapi pekerjaan jangan. Dariel juga sudah berpikir matang jika memang akhirnya Kenan tahu dan memilih untuk memecatnya dari SC. Dia akan mencari mata pencaharian di tempat lain yang mungkin bisa membantunya melupakan Ara. Dia ingin menghilangkan jejak Ara saja di kehidupannya dan tentu saja dari hatinya.
"Minggu nanti main yuk ke rumah Dariel?." Ajak Gio penuh semangat.
"Ayo-ayo..." Semua bersemangat.
"Boleh kan Riel?." Tanya Gio namun pria itu diam saja sambil mengaduk minumannya dengan sedotan.
"Riel...Riel..."
"Eh iya kenapa?"
"Lu ngelamun? kenapa? ada masalah?."
"Engga kok, gw lagi kepikiran aja kerjaan gw."
"Udah pulang juga masih mikirin kerjaan." Mia mengomel.
"Jadi boleh ga nih kita nanti main kerumah lu?."
"Boleh dong.."
"Kita masak-masak lagi yuk." Farah memberikan ide.
"Kita masak Suki atau bikin apa gitu..."
"Boleh nanti belanja dulu aja, aku anterin.." Sandi penuh perhatian dan setia dengan Farah. Chandra melirik ke arah Dariel. Pria itu hanya tersenyum kecil dan meminum jusnya lagi.
"Bu Ara kemana Chan? gw kok ga liat?."
"Katanya sih ga enak badan tapi belum ada kabarin lagi."
"Biasanya suka nongol tuh di lobi pagi-pagi. Naik lift pasti bareng gw." Ucap Sonya.
"Palingan juga pacaran, secara belakangan gw sering liat cowok di depan bukain pintu mobil kalo jemput. Kayanya...cowok yang sama pas kita liat di cafe deh." Ucapan Gio membuat Dariel menduga jika Ara sudah berselingkuh sejak dia pergi ke Pekanbaru. Hatinya sedikit panas tapi ada perasaan sedih juga disana.
"Eh gw balik duluan ya.." Dariel langsung siap-siap untuk beranjak dari kursinya.
"Cepet amat bro."
"Iya Chan, gw mau kerumah bapak dulu soalnya. Biasa nengokin mereka."
"Anak berbakti emang, ya udah hati-hati."
"Iya, gw duluan ya.." Dariel benar-benar pergi sekarang. Dia kesal jika teman-temannya terus membicarakan Ara apalagi ada cerita Dirga juga didalamnya.
***To be continue