Dariel tampak sibuk dengan tanamannya di belakang. Hari libur ini tak mau dia sia-siakan dengan berdiam diri di kamar atau berleha-leha. Setiap Minggu dia selalu mencari kesibukkan. Beberapa jam yang lalu Ara bilang mau kerumahnya jadi Dariel sudah extra merapikan rumah dan benar saja tak butuh waktu lama Dariel mendengar bunyi klakson mobil dari luar. Dengan cepat Dariel mencuci tangannya dan bergegas membuka pagar rumahnya. Saat seseorang keluar dari mobil Dariel tersenyum.
"Kak Dariel..." Jay memanggilnya saat Dariel berjalan ke arah mereka.
"Aku bawa dia ga papa kan?dia masih takut sama Daddy."
"Nanti dia..."
"Engga kok, aku udah bilang sama dia jangan kasih tau Daddy sama mommy."
"Ya udah, masuk.." Dariel berjalan sambil menggenggam tangan Ara disusul oleh Jay dari belakang. Dia mengarahkan Ara dan Jay ke ruang tv nya yang berdekatan dengan halaman belakang.
"Kamu lagi ngapain?berantakan banget."
"Aku lagi tanam-tanam aja.."
"Tanam apa?"
"Pohon cabe, tomat sama pingin punya pohon mangga."
"Rajin banget..."
"Daripada ga ada kerjaan.."
"Jay mau minum apa?"
"Apa aja.."
"Ya udah bentar..." Dariel lalu mengambilkan minum untuk kedua kakak beradik itu.
"Kak Dariel pacarnya kakak ya?
"Ssttt...ga boleh ribut."
"Aku belum masak jadi kalo mau makan mending pesen online aja.."
"Kamu udah makan belum?"
"Tadi nunggu kamu dulu jadi sekalian.."
"Ya udah aku masak aja mau?"
"Emang bisa?"
"Eh...mommy aku tuh chef terkenal dulu masa anaknya ga bis masak. Kamu ada bahan apa aja?" Ara mulai berjalan ke arah dapur.
"Ada ayam, ada sayuran, ada sosis lumayanlah kalo masih kurang kita ke supermarket aja.."
"Engga, ga usah. Ini cukup kok."
"Yakin mau masak?"
"Kamu ragu?"
"Engga kok, kalaupun ga enak aku pasti makan kan itu kamu yang buat."
"Hm...gombal doang."
"Ya udah kamu masak aku benerin tanaman dulu ya."
"Jay daripada diem mending bareng kak Dariel sana ngurus tanaman."
"Iya kak.." Jay kemudian menyusul Dariel.
"Sini Jay.." Dariel mulai mengakrabkan diri dengan adik kekasihnya itu.
"Kakak tinggal sendiri?"
"Iya. Kamu kenapa?masih takut sama Daddy?"
"Aku sebenernya udah ga takut, aku ga enak dan aku ga tahu harus kaya gimana. Daddy hari ini ga keluar kamar aku denger Daddy ga enak badan pasti gara-gara aku."
"Kok mikirnya gitu sih?mungkin Daddy cape gara-gara kerjaan soalnya belakangan ini di kantor lagi sibuk-sibuknya."
"Tapi Daddy ga pernah kaya gitu kalo cape."
"Kalo boleh tahu kenapa kemarin kamu kabur dari rumah?"
"Hm..aku..aku sakit kak, aku cuman pingin sembuh, aku pingin lakuin operasi tapi Daddy ga mau, dia bilang resikonya terlalu tinggi." Jay entah kenapa merasa nyaman untuk bercerita dengan Dariel sementara Dariel sebenarnya sudah tahu penyakit Jay dari Ara.
"Daddy kan sayang sama kamu jadi dia gitu."Perkataan Dariel belum disambut lagi oleh Jay. Dia tampak sibuk menanam tanamannya sendiri.
"Jay.. kira-kira menurut Jay kenapa kakak tinggal sendiri disini?"
"Karena kakak udah dewasa."
"Bukan."
"Terus?"
"Karena kakak ga punya keluarga. Waktu kakak SMA kakak ditinggalin sama keluarga kakak karena kakak juga beda. Jay tuh beruntung disaat Jay beda keluarga Jay tetep nemenin, support Jay dan ga pernah biarin Jay susah kalo kakak dulu ga seberuntung itu." Jay diam mendengar cerita Dariel.
"Kakak beda kenapa?"
"Kakak bukan anak kandung ayah kakak. Kakak ga punya apa-apa waktu itu dan bingung harus ngapain. Menurut kakak kamu bener-bener beruntung masih bisa ngerasain dimarahin Daddy atau bahkan disayangin Daddy. Kakak ga pernah sekalipun ngerasain itu dari kecil. Kakak iri sama kamu." Dariel benar-benar membuat Jay bungkam ternyata di dunia ini ada yang lebih menyedihkan dibanding Jay.
"Waktu itu pilihannya cuman dua kakak lanjutin hidup atau engga tapi kakak pilih buat lanjutin hidup kakak walaupun susah dan siapa sangka ada keluarga yang baik nolong kakak. Ini juga sama kaya kamu Jay. Kamu pingin sembuh ada dua cara mau lewat jalan yang cepet tapi beresiko atau lambat tapi aman."
"Aman?"
"Jay, kak Ara udah cerita kok tentang kamu sama kakak jadi kakak coba cari tahu. Menurut kakak Kenapa kamu ga coba periksain diri kamu dulu kali aja penyakit yang ada di diri kamu itu udah hilang karena Kalo kakak liat kamu sehat kok. Kalaupun ada penyakit kakak yakin dokter lebih tahu pengobatan yang tepat buat kamu. Kalo dokter yang ngomong keluarga kamu mungkin lebih percaya dan nurut."
"Masa si kak?" Jay tak percaya.
"Mau kakak anterin ke dokter?"
"Tapi temen aku bilang aku..."
"Kayanya kalo dari cerita kakak kamu, dulu emang kamu butuh itu tapi setelah kakak ketemu kamu kayanya engga kok bukan berarti temen kamu salah."
"Gara-gara ini aku putus sama pacar aku kak.."
"Kamu masih sayang?"
"Iya, aku nunggu jadi pacarnya aja sampe 7 tahun."
"Kakak punya cerita lagi. Kakak pernah suka sama perempuan dulu dan karena dulu kakak susah kakak juga ga berani bilang suka sementara dia orang kaya mana bisa kakak nurutin semua yang dia mau jadi kakak biarin aja dia sama orang lain dan kakak bertekad bakalan jadi pria yang lebih baik lagi saat ketemu dia nanti nah benerkan sekarang kakak punya ini itu meskipun ga bisa dibilang kaya tapi menjadi lebih baiklah. Begitupun kamu sekarang kamu fokus perbaiki diri kamu aja dulu jadi nanti kalo suatu hari kamu udah lebih baik dan ketemu dia lagi mungkin dia yang nyesel tinggalin kamu."
"Tapi kakak udah ketemu sama perempuan itu lagi?"
"Belum dan kakak ga pernah berharap lagi karena kakak udah nemu perempuan lain yang bisa nerima kakak dengan keadaan kaya gini." Dariel sambil melihat ke arah Ara yang masih sibuk dengan masakannya.
"Apa aku bisa gitu?"
"Bisa. Kamu pasti bisa, kakak dukung kamu."
"Aku udah salah sama Daddy." Jay mulai menyadari kesalahannya.
"Minta Maaf aja."
"Aku udah bilang benci Daddy padahal dia orang pertama yang nyusulin aku ke Jogja waktu aku putus sama Tiara. Daddy yang nemenin aku."
"Tuh kamu beruntung punya Daddy kaya gitu."
"Iya, aku harus minta maaf sama Daddy." Jay mulai tersenyum lagi.
"Habis pulang dari sini minta maaf ya.."
"Makasih."
"Iya sama-sama. Kayanya kakak kamu udah selesai tuh mending kita cuci tangan dulu." Dariel mulai bediri bersama Jay untuk membersihkan tangannya sebelum masuk untuk makan.
"Kak..." Panggil Jay lagi.
"Kak Dariel pacarnya kak Ara kan?."
"Pertanyaannya, Jay ijinin ga kalo kak Dariel pacaran sama kakak?." Dariel sambil berlalu menuju keran belakang. Jay terdiam sebentar lalu menyusulnya untuk memberi jawaban.
***To be continue