Chereads / Please, Love Me.. / Chapter 37 - Adik Ara

Chapter 37 - Adik Ara

Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam dan Dariel masih perjalanan. Tak seperti biasanya, tadi Ara pulang dengan terburu-buru. Katanya ada sesuatu terjadi dirumah dan ternyata itu tentang adiknya yang hilang. Belum juga sampai, mata Dariel salah fokus pada seseorang yang terlihat mundar mandir tidak jelas di pinggir jalan. Orang itu berkomat-kamit mengucapkan sesuatu yang Dariel tak tahu apa. Kini Dariel meminggirkan mobilnya. Siapa tahu orang itu butuh bantuan. Saat berjalan, Dariel dapat melihat mata orang itu melihat ke kiri dan ke kanan lalu sesekali melihat ke arah mobilnya sendiri.

"Daddy pasti marah, Daddy marah.." Orang itu terus mengulangi kata-kata itu sampai rambutnya berantakan karena terus dia usap saking bingungnya.

"Kenapa de?ada yang bisa dibantu?" Dariel kini melihat kondisi orang tak dikenal itu sedang terduduk disamping pintu mobilnya.

"Saya nabrak kak." orang itu melihat ke arah Dariel yang kini melihat ke arah mobilnya yang sudah tak menyala dengan bagian depan yang rusak parah rupanya dia menabrak pohon yang ada disana dengan cukup keras. Dariel bisa tebak jika orang itu masih muda. Dia sepertinya sedang ketakutan.

"Kamu ga papa?udah telepon polisi?atau keluarga?" Dariel mulai mendekati orang itu dan dijawab gelengan.

"Mau saya bantu hubungin?"

"Engga, ga usah kakak jalan lagi aja."

"Berapa usia kamu?"

"18 Tahun.."

"Siapa nama kamu?"

"Saya Jay.."

"Dariel.." Ucapnya sambil mengulurkan tangan untuk berkenalan dengan anak muda bernama Jay.

"Rumah kamu dimana?"

"Jauh.." Jay tak memberikan informasi lebih jelas karena dia takut untuk pulang. Dariel lalu duduk ikut bersama Jay. Kini dia melihat Jelas wajah Jay yang panik sekaligus sedih dan takut. Dariel merasakan ada sesuatu yang beda dari Jay. Wajahnya seperti pernah dia lihat tapi dimana, Dariel tak ingat.

"Ngapain kesini?"

"Saya ga tahu.."

"Boleh liat KTP kamu?"

"Buat apa?"

"Supaya saya tahu alamat kamu dimana."

"Saya ga mau pulang."

"Kenapa?"

"Daddy pasti marah liat mobilnya rusak."

"Keluarga kamu pasti khawatir sekarang." Dariel membujuk lagi membuat Jay diam dan tak lama Jay membuka dompetnya memberikan identitas diri. Dariel membaca dengan seksama informasi itu sampai dia melihat nama belakang Jay. Astaga inikan....

"Kamu keluarga Seazon?"

"Iya, itu nama keluarga Daddy."

"Daddy?Riko Seazon?Kenan Seazon?"

"Nama Daddy Kenan, Kenapa tahu?."

"Oh pak Kenan, dia atasan saya.."

"Jangan kasih tahu Daddy." Jay langsung mengambil KTP nya dari tangan Dariel. Kini Dariel ingat. Wajah Jay mirip dengan Kay yang jelas-jelas kembarannya, karena beberapa hari lalu Kay sempat datang ke kantor dan masuk ruangan Ara.

"Coba kamu hubungin keluarga kamu dulu siapapun itu takut mereka nyari."

"Mereka pasti bilang ke Daddy. Aku ga mau.."

"Bentar.."

"Kakak mau kemana?jangan telepon kantor.." Jay menarik tangan Dariel.

"Saya ambil minum, suara kamu serak mungkin butuh air.." Dariel lalu pergi ke arah mobilnya. Diam-diam Dariel menelpon Ara namun dia sama sekali tak menjawab.

# Kamu dimana?adik kamu sama aku.

Dariel mengirim pesan sebelum akhirnya kembali menemui Jay dengan sebotol air mineral.

"Nih minum dulu."

"Makasih.."

"Iya sama-sama, mau duduk di dalam mobil aja ga?disini kotor."

"Engga, aku pingin disini. Kakak pergi aja aku ga papa sendiri." Jay mengusap mulutnya yang basah.

"Rumah saya deket dari sini kok. Kamu udah makan?" Dariel perhatian dan dijawab gelengan oleh Jay.

"Aku boleh nginep dirumah kakak?"

"Boleh tapi kamu harus kasih kabar dulu.."

"Aku takut..."

"Kenapa takut?coba cerita."

"Aku...aku marah sama Daddy, aku pergi dari rumah. kalo sekarang aku pulang dengan keadaan mobil rusak aku takut Daddy marah."

"Kenapa bisa nabrak?"

"Aku ngebut, aku ga sadar kalo di depan ada mobil terus aku banting stir."

"Kamu yakin ga ada yang luka?"

"Engga.." Suara Jay bertepatan dengan bunyi ponsel Dariel membuatnya segera menjauh.

- Halo

- Jay dimana?dia ga papa?

- Nanti aku shareloc, dia ga papa kok cuman dia nabrak sampe mobilnya ancur. Dia takut pulang.

- Duh ampun deh, kamu jangan tinggalin dia ya..Dia itu...

- Iya ga aku tinggalin, kamu kesini dulu aja.

- Ya udah aku kesana.

- Jangan ngebut.

Dariel mengakhiri teleponnya dan kembali menghampiri Jay. Dia mencoba mengalihkan pikiran Jay.

"Aku takut...aku takut...Daddy marah.." Jay menundukkan kepalanya. Dia sembunyikan wajahnya di atas lengannya yang dilipat diatas lututnya yang tertekuk.

"Udah-udah. Dibanding marah pasti Daddy khawatirin kamu."

"Engga. Daddy lagi marah-marahnya sama aku."

"Pak Kenan itu terkenal baik di kantor sama karyawannya aja jarang marah apalagi sama anaknya."

"Aku buat salah...." Jay sedih. Dia tak tahu harus bagaimana sekarang. Dariel sendiri mencoba terus menenangkan.

***

Ara menepikan mobilnya lalu segera berjalan ke tempat dimana Dariel dan Jay sedang duduk sambil mengobrol.

"Kakak..." Jay kaget.

"Jay...ampun deh kamu.."

"Udah jangan diomelin.." Dariel berdiri dan menenangkan Ara.

"Kak Dariel telepon kakak?"

"Ga sengaja dari siang kakak kamu nyariin jadi daripada khawatir kakak kasih tahu."

"Kenapa nih mobil?" Ara langsung menghadapkan badannya untuk melihat apa yang terjadi.

"Ayo pulang.." Ara menarik tangan Jay.

"Ga mau!!"

"Kamu kenapa sih?orang serumah tuh nyariin kamu tahu, kalo sampe besok kamu belum ditemuin mommy mau lapor polisi."

"Ra..tenang.." Dariel lagi-lagi menegurnya.

"Aku mau ikut kak Dariel aja.."

"Katanya dia takut Daddy marah ." Dariel menjelaskan ketakutan Jay lalu melihat adiknya itu.

"Jay..." Ara dengan suara lembut mendekati adiknya lalu memeluknya.

"Please...pulang ya. Kasian mommy, dia khawatirin kamu karena ga ada kabar dari pagi."

"Daddy pasti marah sama aku Kak.."

"Daddy ga marah.."

"Kenapa kakak tahu?"

"Denger, Daddy pernah bilang dia ngasih kesempatan kita salah satu kali. Kay udah pake waktu itu, kakak juga udah kalo kamu kan belum pasti Daddy maafin." Ara melepaskan pelukannya lalu meletakkan kedua tangannya di pundak Jay.

"Aku banyak lakuin kesalahan ga cuman satu kak. Aku pukulin Kay, aku marahin Daddy terus kabur gitu aja dan sekarang aku rusakin mobilnya."

"Ya udah ga papa nanti kita jelasin."

"Aku takut.."

"Ada kakak oke, kakak bakalan bantuin kamu."

"Ga cuman Daddy kak, Kay sama mommy juga marah sama aku dan kakak juga kan?"

"Engga, kakak ga marah."

"Bohong."

"Kakak ga bohong." Ara membuat Jay diam sejenak dan belum menjawab.

"Jay, kakak tahu kamu lagi ada disituasi yang ga kamu suka, ini ga enak kan?kamu sedih terus marah disaat yang sama. Ga papa. Kakak ngerti, yang lain juga pasti ngerti tapi bisakan nanti setelah kamu tenang kita omongin baik-baik?Nanti dirumah kakak yang ngomong sama Daddy deh."

"Janji.."

"Iya janji..."

"Mobil aku gimana kak?"

"Mau ga mau harus di derek nih bawa kerumah."

"Ah...aku stress mikirin ekspresi Daddy kalo tahu." Jay memandang mobilnya.

"Aku ada temen yang suka ngederek, aku telepon dulu.." Dariel menawarkan bantuan lalu menjauh dari Jay dan Ara.

"Kak, Kak Dariel baik dia nemenin aku sambil dengerin cerita aku. Aku tadi sempet takut dia jahat."

"Iya mukanya emang kaya orang jahat." Ara senyum-senyum sendiri.

"Kenapa dia kenal kakak?"

"Dia...temen kakak." Ara bingung untuk menjawabnya tidak lama Dariel balik lagi.

"Dia udah oke nanti kesini, kamu ajak Jay makan dulu aja biar aku yang tungguin mobilnya."

"Kamu belum makan?"

"Belum kak.."

"Tuh di mobil kakak ada burger makan sana.."

"Kok ada burger?"

"Banyak nanya, makan aja sana.."

"Iya Kak..." Jay berjalan menuju mobil kakaknya.

"Sama adik sendiri galak banget."

"Kenapa?ilfil?."

"Engga, udah biasa digalakin." Dariel sambil tersenyum.

"Makasih ya."

"Iya sama-sama. Udah jangan kesel-kesel sama dia. Kasian sayang."

"Iya-iya, aku telepon mommy dulu." Ara mengeluarkan ponselnya lalu menghubungi orang yang ada dirumahnya.

***To Be Continue