Dariel hanya menatap Ara sambil sesekali memainkan minumannya. Selesai pulang kantor mereka janjian di cafe favorit mereka. Dariel masih tak tahu apa salahnya membuat Ara belum mau berbicara. Kini Dariel berpindah duduk disamping Ara yang sedang menyilangkan kaki dengan tubuh bersandar sambil menatap ke arah pemandangan luar balkon cafe.
"Ngomong dong Ra.."
"Ngomong apa?"
"Kamu kenapa?"
"Coba inget-inget istirahat kamu ngapain aja."
"Hm...makan, beli minum di depan, kumpul bareng temen di ruang accounting, apalagi ya...cuman itu kok ga ada yang aneh."
"Ya udah berarti ga ada."
"Kalo ga ada kamu ga akan kaya gini.."
"Masa sih ga inget?"
"Beneran jadi kasih tahu aku ya, ayo kita omongin kalo diem-diem gini ga akan selesai masalahnya sayang.."
"Siapa cewek yang rangkul-rangkul kamu? pegang-pegang lengan kamu terus berdiri disamping kamu mana deket lagi."
"Oh...Farah.."
"Oh?"
"Kamu kan tahu dia temen aku."
"Temen?masa temen gitu."
"Coba sebutin tadi dia ngapain aja?"
"Ngapain aku sebutin?kamu juga pasti masih inget."
"Udah sebutin, apa aja?"
"Dia rangkul kamu.."
"Terus?" Dariel lalu meletakkan tangan kirinya dipundak Ara seperti mendekap Ara agar lebih dekat lagi dengannya.
"Dia pegang lengan kamu.." Ara menyebutkan lagi sementara Dariel meraih tangan Ara dengan tangan kanannya dan menggenggam setiap jemarinya disana.
"Dia berdiri deket kamu." Ara membuat Dariel lebih menggeser lagi kursinya kali ini.
"Kaya gini ga dia lakuinnya?"Tanya Dariel membuat Ara diam.
"Engga kan?makannya aku sebut dia temen aku. Kalo dia udah berani rangkulnya gini, pegangannya gini, terus deketnya gini baru bukan temen." Dariel bertindak seromantis mungkin tak peduli orang disekitar mereka.
"Ih dasar nyebelin.." Ara senyum-senyum dengan tingkah Dariel.
"Kok nyebelin?orang lagi jelasin juga."
"Ya tapi ga usah gini juga."
"Supaya kamu tahu bedanya temen sama pacar tuh apa padahal tindakannya samakan?kaya ngerangkul tadi. Aku ga ada perasaan apapun sama Farah. Dia temen biasa aja."
"Ya aku sebel aja, tadi Daddy ngajak aku ke ruang manager Accountingnya eh ada kamu lagi ngobrol sama mereka."
"Iya maaf sayang..."
"Makannya kita ngaku aja pacaran Riel.."
"Engga, jangan dulu deh.."
"Aku sehari pacaran diem-diem gini aja ga enak."
"Ntar juga kebiasa."
"Terus aja gitu, lama-lama lupa ngakuin aku pacar kamu."
"Mana ada, aku inget kok. Sabar ya.." Dariel mengecup puncak kepala Ara sebentar.
"Ih Riel lagi di tempat kaya gini juga, malu."
"Ga papa, lagian sepi juga siapa yang mau liatin kecuali waitersnya dan palingan juga mereka iri. Aku suka manjain kamu, aku suka deket-deket gini soalnya di kantor ga bisa."
"Iya emang, kalo di kantor kamu kaya ogah banget deket aku, liat aku seperlunya aja. Kaya aku tuh apa gitu.."
"Ya supaya orang ga curiga aja kan aneh juga kalo aku natap kamu lama-lama."
"Ya apa kek ngasih kode-kode..."
"Kode-kode apa sih? ada-ada aja kamu.." Dariel tertawa kecil.
"Ya kan aku liat di drama-drama pasangan backstreet di kantor tuh pasti kode-kodean, kaya ngedepin mata kek, janjian di tangga darurat atau apa kek."
"Ih...ga jelas banget mending langsung aja ga usah kode segala."
"Dasar ga gaul.."
"Eh...aku Sabtu Minggu camping ya.."
"Camping?dimana?"
"Katanya daerah mana ya aku lupa, Sonya yang tahu soalnya suka camping.."
"Sonya?sama siapa aja emang?"
"Sama Chandra, Gio, Sandi, Mia, Sonya, Farah.."
"Sama si Farah lagi?"
"Kan ga berdua banyakan Ra..."
"Tadi udah ga kesel sekarang kamu bikin kesel lagi."
"Justru aku bikin kamu tambah kesel lagi kalo sampe aku ga bilang. Ini aku lagi jujur sama kamu."
"Ngapain sih acara camping segala?"
"Cuman refresing aja sayang, pulangnya nanti aku jemput kamu ya. Kita jalan..."
"Hm.."
"Udah dong, masa sekalinya bisa bareng malah marahan.."
"Iya engga.."
"Minggu aku sama kamu kan, aku pulang sore, kita jalan-jalan dulu kek bentar berdua terus malemnya aku ajak kamu ke rumah Pak Stefan." Dariel seolah sudah memiliki rencana yang matang untuk pergi dengan Ara.
"Kenapa kamu boleh kenalin aku sama keluarga kamu tapi aku engga?"
"Karena Pak Stefan tahu aku suka sama kamu, aku cerita tentang kamu kan ke dia waktu itu makannya aku pernah bilang dia nyuruh aku cerita tentang masa lalu aku sama kamu nah kalo kamu kan beda. Kamu anaknya Pak Kenan, aku harus banyak persiapanlah.."
"Kenapa sih takut sama Daddy aku?Daddy aku tuh baik tahu."
"Aku ga takut, aku berani bahkan kalo sekarang kamu nyuruh aku nemuin dia aku mau cuman butuh waktu aja Ra. Kalo aku anak orang kaya yang tajir melintir kemarin pun aku langsung main kerumah kamu tapi aku kan karyawan dia jadi banyak yang aku pertimbangin kalo mau ketemu dia."
"Hari ini kamu udah 3x nih bikin aku kesel, aku ga suka ya kita bahas-bahas kamu siapa aku siapa. Aku bener-bener ga suka. Kamu tuh harus rubah mindset kamu. Aku tuh suka sama cowok bukan karena dia kaya atau banyak mobilnya, aku suka ya karena emang perasan aku aja.."
"Iya maaf, aku ga maksud gitu Ra.."
"Tapi kamu bahas-bahas terus."
"Aku sayang kamu makannya aku gitu, aku minder aja.."
"Ya jangan dong, kita makan bareng aja kamu yang bayarin artinya kan kamu masih mampu kalo aku pingin ini itu. Aku kan engga minta macem-macem."
"Iya aku tahu, kamu yang aku kenal ga pernah macem-macem."
"Seurius deh Riel aku ga suka ya kamu mikir gitu terus, cape aku jelasinnya."
"Iya ini yang terakhir sayang, jangan kesel lagi.."
"Kamu yang harusnya berhenti bikin aku kesel.."
"Aku salah terus nih.."
"Iya emang, kamu salah."
"Kali ini aku ga salah. Aku jadi nerima tawaran jadi GM dari Pak Dikta."
"Terus gimana?"
"Katanya nanti dibicarain lagi soalnya tadi dia buru-buru."
"Biasanya masa promosinya 6 bulan tuh baru bener-bener diangkat."
"Udah makin hafal aja, makin pinter.."
"Iyalah nanti kamu protes aku panggil-panggil mulu."
"Mau pulang?cape?" Dariel mengusap pelan pundak Ara yang dia rangkul sejak tadi.
"Iya cape mikirin kamu.."
"Aku seurius, udah jam 7 nih.."
"Masih pagi juga, kamu pingin cepet pulang?padahal dari 8 jam aku bisa kaya gini cuman di jam pulang."
"Bukan gitu, takut kamu cape. Lain kali aku ajak kamu kerumah aku aja jadi ngobrolnya enak."
"Rumah kamu?" Ara senang sambil mengembangkan senyumannya.
"Iya lagian kalo diluar nanti ada orang kantor mergokin lagi."
"Ih lebay banget mikirnya."
"Biar mesra-mesraanya enak kamu kan suka protes aku pegang tangan aja.."
"Ih...dasar modus.."
"Aku ga akan macem-macem kok ini supaya kamu nyaman aja aku punya kursi pijat dirumah."
"Iya-iya aku mau.." Ara tertawa sendiri memikirkan kursi pijat yang dimiliki Dariel.
****To be continue