Chereads / Please, Love Me.. / Chapter 14 - Surat Nino

Chapter 14 - Surat Nino

"Apa mau kita coba?." Tambah Farah sambil memegang erat tangan Dariel. Pria itu tahu maksudnya apa tapi dia hanya tersenyum.

"Jangan Farah. Nyoba sama gw itu buang-buang waktu, cari aja pria lain." Ucapan Dariel bersamaan dengan hujan turun. Benar kata Farah dikantor.

"Tapi…mungkin Papa bisa ngerti nanti."

"Kalau hambatannya udah datang dari orang tua itu susah. Gw kalo cari pasangan gam au main-main lagi. Umur udah segini, udah ga mantes. Gw yakin pasti jodoh lu nanti orang paling baik." Dariel mengusap tangan Farah yang ada digenggamannya pelan. Wanita itu terdiam. Ini rasanya seperti cinta bertepuk sebelah tangan tapi Dariel juga benar menaklukan hati orang tua memang sepertinya akan sulit.

"Masuk, hujan. Istirahat…"Ucap Dariel lagi. Dia tak mau om Deni memergoki mereka berduaan di dalam mobil. Bisa salah paham dia.

"Riel…sebelum gw masuk please ya Riel…jangan kaya Nino ya. Kalaupun bukan gw orangnya cari cewek yang lain, Gw yakin pasti ada."

"Iya engga." Dariel menjawab dengan yakin kali ini. Farah tersenyum kecil mendengar ucapan itu. Setidaknya dia lega bahwa Dariel tak salah arah hanya karena wanita.

"Gw masuk ya, makasih udah dianterin pulang."

"Bentar.." Dariel yang entah dapat keberanian dari mana malah mengecup pipi Farah.

"Makasih udah dengerin cerita gw, sampai besok." Dariel menjauhkan lagi badannya sementara Farah mulai turun dengan senyuman yang menghiasi bibirnya. Sorot mata Dariel dari dalam melihat kemana temannya itu melangkah. Saat sudah yakin dia masuk rumahnya barulah Dariel menjalankan mobilnya lagi. Rasanya dia sudah terbiasa dengan perasaan ini. Perasaan yang sama saat mengetahui bahwa Astrid cinta pertamanya tak bisa menjadi kekasihnya. Matanya kini fokus ke arah depan melihat jalanan yang mulai tampak digenangi air. Kalau saja orang tua Farah tak berkata seperti itu mungkin Dariel sejak dulu sudah berani untuk mengungkapkan perasaannya. Memangnya Dariel tidak paham apa yang dilakukan teman-temannya?mereka secara terang-terangan terus mencoba menjodohkan dirinya dengan Farah. Bukan tak mau tapi mereka tak tahu apa yang terjadi makanya Dariel hanya tersenyum saja setiap kali teman-temannya menggoda dirinya dengan Farah. Dariel menghela nafas lagi. Hari ini sedikit lega juga karena dia sudah berbicara dengan Farah. Dia mengingat-ngingat lagi wajah Farah yang begitu cantik dan bercahaya, sorot matanya yang tajam, bibir tipisnya serta hidung mancung membuat wajahnya tampak sempurna. Dia selama ini selalu memperhatikan bagaimana wanita itu berbicara di kantor. Tampak lembut tapi tegas jadi tak heran anak buahnya menganggumi sosok Farah. Dia juga baik dan suka menolong orang siapapun itu. Farah di kantor dan di keseharian adalah Farah yang sama. Dia tak pernah berpura-pura. Dariel suka itu. Dia pikir dulu bisa mendapatkan Farah tapi lagi-lagi gagal. Dariel sengaja sebenarnya sekolah lagi ke jenjang S2 agar bisa menjadi nilai plus bagi kehidupannya nanti, baik karir atau percintaan tapi tetap saja halangan utamanya ada diasal usulnya. Keluarganya. Kalau dipikir-pikir benar juga perkataan om Deni. Cari pasangan itu pasti yang dilihat adaah 3 hal utama. BIbit, bebet, bobot dan Dariel tak bisa memiliki salah satunya. Sampai kapanpun.

****

Dear Dariel,

Kalau kamu baca surat ini, aku benar-benar bersyukur seengaknya aku yakin kamu udah ga terlalu marah lagi sama aku dan mungkin aku udah di Tokyo sekarang. Aku cuman mau minta maaf. Maaf atas perlakuan aku kemarin, aku benar-benar khilaf dan ga bisa menahan diri. Aku selalu sadar kok ga semua orang sama kaya aku bahkan bisa menerima aku. Makasih selama kamu ada di komplek itu udah mau jadi temen aku padahal tetangga lain banyak yang ngomongin aku itulah sebabnya orang tua aku memutuskan pindah. Mereka sepertinya tahu aku punya kelainan. Aku nulis ini dengan tulus tanpa minta balasan apapun dari kamu. Kedepannya aku bakalan pergi ke tempat yang bisa menerima aku. Aku cuman berharap kalau suatu hari nanti aku balik dan kita ketemu jangan segan nyapa aku. Kamu pasti jadi salah satu orang yang aku paling inget karena aku sayang kamu. Semoga aja kita bisa ketemu dalam keadaan yang sama-sama baik. Selagi lagi aku minta maaf.

Nino

Itulah isi surat dari Nino yang Dariel baca. Sebelum tidur daripada terganggu Dariel memutuskan untuk melihat isi surat dari Nino. Dia tak bisa berkomentar apapun. Dia hanya berharap temannya itu mendapatkan yang terbaik dalam kehidupannya meskipun tak ada yang tahu dimasa depan apa mungkin mereka dapat bertemu lagi. Dariel jadi sedikit merasa bersalah karena telah marah terhadap Nino. Setidaknya Nino tidak pernah memaksanya. Dia bahkan menurut saat Dariel menyuruhnya pulang dengan bentakan. Apa dia harus menghubungnya sekarang?Dariel langsung meraih handphonenya. Mencari nama Nino disana. Tak ada yang berubah dari profil whatsap nya. Itu masih sama bahkan dia baru online beberapa menit yang lalu. Dariel ragu. Dia menyimpannya lagi disamping. Haruskah?haruskah dia melakukan itu?atau biar saja?. Entahlah Dariel bingung. Di lain tempat Ara yang sebentar lagi akan wisuda sibuk mempersiapkan segalanya khususnya pakaian yang akan dikenakannya nanti.

"Mom…kebaya wisuda aku kapan jadinya?" Tanya Ara.

"Lusa sayang, tenang…keburu kok lagian kakak mintanya mendadak segala."

"Nanti kalo kegedean, kekecilan gimana?kan lama lagi dibenerinnya."

"Kan kemarin udah diukur sayang, pasti ga ada acara ke gedean atau kekecilan."

"Lama nih.."

"Mommy udah bayar lebih supaya cepet, kakak sabar."

"Ga ada tamu spesial kak ke acara wisuda?"

"Spesial?maksud daddy?"

"Ya…siapa gitu. Supir-supir kakak misal." Kenan meledek orang-orang yang selalu mengantar Ara pulang. Bagi Kenan mereka seperti supir karena hanya berani mengantar tanpa masuk rumah.

"Ih daddy itu temen aku loh bukan supir."

"Ya…ajak dong ke rumah. Masuk gitu…"

"Pokoknya Dad aku udah bertekad mulai sekarang, yang bakalan aku ajak kerumah itu yang bakalan jadi calon suami aku." Perkataan Ara disambut tawa kecil oleh Kenan dan Jesica.

"Kok ketawa sih?aku seurius ini."

"Iya gimana kakak aja. Asal jangan jadi kaya kejadian David…"

"Iya dad aku kapok."

"Kapok-kapok tapi masih banyak daddy liat mobil gunta-ganti nganterin kamu."

"Ya orangnya aja punya banyak mobil, apa salah?"

"Udah deh kak, kalo pacaran sama Wira ya udah wira aja."

"Sotoy ih daddy. Siapa yang pacaran sama dia."

"Sotoy tapi bener…"

"Siapalagi Mas?" Tanya Jesica.

"Cowok yang suka anter kakak sayang."

"Ke wisuda suruh datang."

"Mom…" Ara protes.

"Ga mau tahu mommy. Sejak kejadian David. Mommy sama daddy wajib tahu, gimana wajah cowoknya, keluarganya siapa."

"Tapi mom…"

"Ga ada tapi kak, apa perlu mommy suruh pak Diman samperin kalo mobil dia parkir lagi di depan?"

"Iya-iya…" Ara menurut dan segera menghubungi Wira.

****To be continue