Saat acara puncak piala penghargaan festival film akan segera dimulai, pembawa acara dengan aktif berbicara di atas panggung dan berinteraksi dengan para penonton di depan kamera.
Shen Ruiqing duduk bersebelahan dengan Yan Lishu. Ia terus melirik ke pria yang di sampingnya ini dari waktu ke waktu.
Sejak Yan Lishu masuk ke dalam ruang upacara penghargaan, sepertinya wajah suramnya tidak berhenti terlihat dan sudah seperti dewa kematian.
Selebriti perempuan yang ada di sekitar juga tidak berani menyapanya. Mereka takut bila dengan tidak sengaja membuat Yan Lishu marah, maka masa depannya juga akan ikut hancur seperti penyanyi terkenal tersebut.
Rumor memang mengatakan bahwa Yan Lishu tidak suka dengan sentuhan perempuan yang tidak dikenalnya. Namun ia tidak menolak sentuhan Shen Ruiqing.
Tangan Shen Ruiqing tetap tergantung di lengan Yan Lishu dan menyapa para selebriti dan sutradara yang menghadiri acara ini. Mereka berdua nampak bagaikan pasangan yang serasi, seakan sudah saling menerima satu sama lain.
Tidak memedulikan kenyataan yang sebenarnya, Shen Ruiqing bisa berdiri di samping Yan Lishu seakan sudah menang dari seluruh selebriti perempuan yang datang.
Menjelang acara penghargaan, lampu tiba-tiba meredup, pembawa acara akan mengumumkan nama pemenang piala penghargaan aktor pria terbaik. Shen Ruiqing tidak begitu memedulikannya, matanya malah terus melirik ke arah Yan Lishu.
Ia mendekatkan wajahnya kepada Yan Lishu dan bertanya di telinganya dengan nada suara yang ringan, "Menemaniku ke acara penghargaan, apa sangat membosankan?"
Walau memiliki debut film yang baik, namun Shen Ruiqing bukan selebriti yang terkenal. Secantik apapun dirinya, ia juga hanya seorang sutradara saja. Ia memerlukan seseorang yang bisa menyorot keberadaannya. Oleh sebab itu, ia pun teringat dengan Yan Lishu dan memintanya untuk pergi menemaninya ke acara ini.
Ketika nama pemenang piala penghargaan aktor pria terbaik diumumkan, Yan Lishu menolehkan wajahnya ke Shen Ruiqing, "Maaf, aku ke kamar mandi."
Di bawah lampu yang redup, wajah Shen Ruiqing langsung terlihat suram, seketika senyumannya yang manis itu tampak canggung dan kaku, "Baik!" Shen Ruiqing tentu tampak kecewa dengan sikap Yan Lishu yang begitu kaku, namun ia juga tidak bisa melakukan apapun.
Setelah Yan Lishu pergi, Shen Ruiqing pun tidak bisa fokus kepada acara penghargaan lagi.
Sampai akhirnya pembawa acara pun mengumumkan nama sutradara terbaik di festival ini. Ternyata nama Shen Ruiqing dipanggil ke atas panggung. Orang yang ada di sekitarnya bertepuk tangan dan menaruh pandangan padanya.
Shen Ruiqing yang masih tenggelam dalam pikirannya tidak langsung memberikan respon. Setelah lampu dan pandangan banyak orang tersorot padanya, ia langsung tersadar dan tersenyum dengan canggung. Ya, ia telah memenangkan piala penghargaan.
Ia berdiri dari kursinya dan menundukkan badannya memberikan sapaan pada orang-orang yang ada di sekitar, kemudian berjalan menuju panggung.
Meski tampak sangat dramatis, sebenarnya Shen Ruiqing sudah diberitahu bahwa telah memenangkan penghargaan sebagai sutradara terbaik ini. Ia juga tahu bahwa namanya sudah masuk dalam amplop nama pemenang yang dibacakan pembawa acara.
Tidak hanya itu, Shen Ruiqing juga sudah menyiapkan pidato kemenangan yang akan disampaikan di atas panggung. Ia bahkan sudah merencanakan bila dirinya akan menangis saat menerima dan membacakan pidatonya. Hanya saja semua persiapan itu seakan sirna…
Shen Ruiqing hanya menaruh pandangannya pada kursi Yan Lishu yang ada di bawah panggung itu. Kursi itu masih kosong dan ditinggalkan pemiliknya sejak dua puluh menit yang lalu, kenapa Yan Lishu masih belum kembali?
Shen Ruiqing sangat peduli dengan desas-desus bahwa Yan Lishu benar-benar telah memiliki seorang kekasih.
Hari ini ketika ia dijemput oleh Yan Lishu, ia melihat di sudut bibirnya memiliki sebuah luka yang kecil dan tipis. Saat itu ekspresi wajahnya juga tampak ambigu. Ia mempertanyakannya dengan nada bercanda mengenai adanya luka tersebut.
Saat itu Yan Lishu hanya menjawabnya, "Seekor kucing liar yang memiliki cakar tajam mencakar bibirku."
Kucing liar dari mana, itu jelas-jelas adalah perbuatan seorang gadis. Iri hati Shen Ruiqing membuatnya sangat ingin tahu identitas perempuan tersebut!
*****
Di sisi lain, Yan Lishu ternyata masih di luar untuk menghirup udara segar. Ia menghabiskan dua batang rokok, dan telepon selulernya sudah berbunyi. Ternyata, telepon itu bergetar karena panggilan dari Yan Jianhua, kakak tertuanya.
"Ayah menyuruhmu segera pulang ke rumah!" Ucap Yan Jianhua yang terdengar di ujung telepon. Ia juga menambahkan, "Oh ya, mengenai berita malam ini, semua orang sudah melihatnya!"
Yan Jianhua ingin membantu menginformasikan kepada Yan Lishu, bagai manapun juga Yan Lishu adalah adiknya. Ia tidak rela bila adiknya itu dimarahi ayahnya terlalu parah. "Oh ya, mengenai anak perempuanmu itu..."
"Jianhua, aku menyuruhmu memanggil anak brengsek itu pulang, kenapa banyak sekali omong kosongnya!" Seketika ucapan Yan Wendong yang marah terdengar di ujung telepon.
"Uhuk uhuk, aku tutup dulu! Tut tut tut..."
Tidak menunggu jawaban dari Yan Lishu, Yan Jianhua cepat-cepat mengakhiri panggilannya.
Acara piala penghargaan yang membosankan ini, ia juga hanya kebetulan merasa bosan sehingga mengikuti Shen Ruiqing menghadiri acara ini.
Yan Lishu memadamkan rokoknya dan berjalan keluar gedung acara.
*****
Tepat di rumah keluarga Yan
Yan Xun sedang duduk tegak dan manis di sofa, matanya diam-diam memperhatikan para tetua keluarga yang sedang berkumpul di sini.
Tidak lama kemudian, ada suara mesin mobil berhenti di depan halaman rumah. Ah, mungkin pamannya sudah pulang!
Yan Lishu masuk dari balik pintu rumah ini, ia mengganti sepatunya dengan sandal rumah dan berjalan masuk ke dalam rumah.
Yan Lishu memperlakukan semua orang yang ada di ruang tamu bagaikan udara, mengabaikan keberadaan mereka dengan terang-terangan.
Sifat Yan Wendong yang ganas dan pemarah, tentu tidak tahan melihat perilaku yang seperti itu. Dengan kuat orang tua ini meletakkan cangkir tehnya di meja, "Sini kamu!"
Yan Lishu menghentikan langkah kakinya, namun ia juga tidak mendekati ayahnya. Dengan wajah dingin, ia bertanya, "Ayah, ada apa?"